Bab 9: Janji di Bawah Langit

848 59 2
                                    

Setelah kembali dari Kalimantan, para taruna dan taruni Akademi Kepolisian mempersiapkan diri untuk tahap terakhir perjalanan mereka di akademi: Prasetya Perwira (Praspa). Upacara kelulusan yang akan diadakan di Istana Merdeka, Jakarta, menjadi puncak dari semua usaha dan pengorbanan mereka selama ini.

Hari yang dinanti-nantikan pun tiba. Istana Merdeka dipenuhi dengan keluarga, teman, dan para pejabat tinggi negara yang hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para taruna dan taruni berbaris rapi, siap untuk mengikuti prosesi.

Presiden Republik Indonesia, didampingi oleh para petinggi TNI dan Polri, hadir untuk memimpin upacara. Para taruna dan taruni berdiri dengan tegak, seragam putih mereka berkilau di bawah sinar matahari.

Saat upacara dimulai, suasana penuh khidmat. Satu per satu, nama taruna dan taruni dipanggil untuk menerima pangkat dan penghargaan mereka. Khalifah dan Fabiola merasakan campuran antara kebanggaan, haru, dan kebahagiaan yang mendalam.

"Terima kasih, Bapak Presiden," jawab Fabiola dengan suara bergetar oleh emosi.

Setelah upacara resmi selesai, para taruna dan taruni berkumpul dengan keluarga mereka. Suasana penuh kebahagiaan dan perayaan. Khalifah dan Fabiola merayakan kelulusan mereka bersama keluarga dan teman-teman.

"Kita berhasil, Fab. Ini adalah awal dari perjalanan kita yang sesungguhnya," kata Khalifah.

"Ya, Khal. Aku senang kita bisa melalui semua ini bersama. Makasih telah menjadi teman yang selalu ada untukku," jawab Fabiola dengan senyum tulus.

Beberapa hari setelah kelulusan, suasana di akademi mulai sepi. Khalifah dan Fabiola, yang telah mendapatkan pangkat Inspektur Dua Polisi, sedang mengemas barang-barang mereka di asrama. Mereka akan segera ditempatkan di daerah tugas masing-masing.

Di tengah kesibukan itu, Khalifah mengajak Fabiola ke taman akademi, tempat di mana mereka sering menghabiskan waktu bersama. Malam itu cerah, dengan bintang-bintang berkelap-kelip di langit.

"Fabiola, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," kata Khalifah dengan suara lembut.

Fabiola mengangguk, menunggu apa yang akan Khalifah katakan. Mereka duduk di bangku taman, di bawah langit yang cerah.

"Kita akan segera berpisah, menjalani tugas di tempat yang berbeda. Aku ingin kau tahu bahwa selama ini, aku sangat menghargai kebersamaan kita. Kamu adalah teman yang luar biasa," lanjut Khalifah.

Fabiola tersenyum, merasa hangat di dalam hatinya. "Aku juga merasa demikian, Khalifah. Kau selalu ada untukku, di saat-saat sulit dan senang. Aku bersyukur punya teman sepertimu."

Khalifah menatap Fabiola dalam-dalam. "Fabiola, aku ingin kita tetap berhubungan, meski kita nanti berjauhan. Aku berharap kita bisa saling mendukung dan menjaga komunikasi."

Fabiola mengangguk. "Aku juga berharap demikian, Khalifah. Kita sudah melalui banyak hal bersama. Aku percaya kita bisa menjaga persahabatan ini."

Mereka saling berpandangan, merasakan kedekatan yang mendalam. Namun, ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka, sebuah perasaan yang menggantung di udara.Mereka merasa bahwa ada hal-hal yang belum tersampaikan, namun keduanya terlalu ragu untuk mengungkapkannya.

"Malam ini begitu indah, bukan?" kata Fabiola akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

"Iya, sangat indah," jawab Khalifah, matanya tetap tertuju pada bintang-bintang. "Aku selalu suka malam-malam seperti ini, tenang dan penuh harapan."

"Aku harap kita bisa bertemu lagi setelah ini, Khalifah. Meskipun kita akan sibuk dengan tugas masing-masing, aku ingin kita tetap menjaga persahabatan ini," ujar Fabiola, suaranya lembut dan penuh harap.

Khalifah mengangguk. "Aku juga, Fabiola. Aku akan selalu ada untukmu, apa pun yang terjadi."

Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati keheningan malam dan kebersamaan yang tenang. Saat itulah Khalifah mengambil keputusan dalam hatinya, sebuah keputusan yang mungkin akan mengubah segalanya. Namun, ia tahu bahwa ini bukan saat yang tepat untuk mengungkapkannya.

Keesokan harinya, mereka berangkat ke tempat tugas masing-masing. Khalifah ditempatkan di Jakarta, sementara Fabiola di Medan. Perpisahan itu penuh dengan harapan dan janji untuk tetap berhubungan.

Misi dan Cinta (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang