Prolog

18 1 0
                                    

Malam itu begitu kelam, tanpa bulan maupun bintang yang menghiasi langit. Hujan turun deras, menciptakan genangan air di sepanjang jalan yang sepi. Di salah satu sudut kota, seorang polisi muda bernama Artha sedang melakukan penyergapan terhadap seorang pembunuh berantai yang telah lama diburunya. Nama pembunuh itu adalah Ridwan, seorang pria berbahaya yang telah menghilangkan nyawa banyak orang tanpa ampun.

Artha dan timnya telah menghabiskan berbulan-bulan untuk melacak jejak Ridwan. Malam ini, mereka yakin bahwa mereka akan menangkapnya. Artha, dengan tubuh tinggi dan wajah penuh determinasi, mengenakan jaket hitam dan sarung tangan kulit. Ia berdiri di balik sebuah dinding, mengintip dari celah kecil untuk memastikan bahwa target mereka tidak menyadari kehadiran mereka.

"Tim, siapkan diri. Target akan keluar dalam waktu dekat," bisik Artha melalui radio komunikasi kecil di telinganya.

"Diterima, Komandan," balas salah satu anggota timnya dengan suara tegang.

Detik-detik berlalu dengan lambat. Suara hujan yang deras semakin menambah ketegangan malam itu. Artha memeriksa senjata di pinggangnya, memastikan semuanya siap. Ia menatap tajam ke arah pintu rumah tua yang mereka awasi. Pintu itu sedikit terbuka, dan cahaya redup terlihat dari dalam.

Tiba-tiba, pintu terbuka lebar, dan sosok Ridwan muncul. Pria itu tinggi, dengan rambut hitam lebat dan tatapan mata yang tajam. Ia melangkah keluar dengan santai, seolah-olah tidak ada yang perlu ditakutkan.

 Ia melangkah keluar dengan santai, seolah-olah tidak ada yang perlu ditakutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serang!" perintah Artha dengan suara tegas.

Artha dan timnya bergerak cepat. Mereka keluar dari persembunyian, berlari menuju Ridwan. Namun, Ridwan ternyata telah menyadari kehadiran mereka. Dengan gerakan cepat, ia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya dan menembak ke arah Artha. Tembakan itu meleset, namun cukup untuk membuat Artha kehilangan keseimbangan.

"Sial!" seru Artha sambil mencoba menghindar.

Ridwan melarikan diri, berlari ke arah mobil yang terparkir tidak jauh dari sana. Artha segera bangkit dan mengejarnya, meskipun hujan membuat jalanan licin dan berbahaya. Ia harus menangkap Ridwan malam ini. Tidak ada pilihan lain.

Artha terus berlari sekuat tenaga. Hujan yang semakin deras membuat pandangannya kabur, namun ia tidak peduli. Ridwan adalah seorang pembunuh berantai yang telah merenggut nyawa banyak orang tak berdosa. Artha harus menghentikannya, apapun risikonya.

Namun, keberuntungan tampaknya tidak berpihak pada Artha malam itu. Saat ia mendekati mobil yang digunakan Ridwan untuk melarikan diri, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari belakangnya. Sebuah peluru mengenai bahunya, membuatnya terjatuh ke tanah dengan rasa sakit yang luar biasa.

Ridwan mendekat dengan senyum licik di wajahnya. "Anda terlalu gegabah, polisi," katanya sambil menendang senjata Artha yang tergeletak di tanah.

Artha menggertakkan giginya, berusaha menahan rasa sakit. "Anda tidak akan lolos begitu saja, Ridwan."

Fateful encounter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang