Bab 1

5 1 0
                                    

Pagi itu terasa lebih terang dari biasanya, namun bagi Artha, yang terbangun di tubuh Aska, semuanya terasa asing dan membingungkan. Setelah peristiwa kecelakaan yang mengubah segalanya, Artha harus beradaptasi dengan kenyataan baru yang aneh ini. Ia mengamati sekeliling, merasakan perban yang melilit beberapa bagian tubuhnya.

Artha mencoba mengingat-ingat kejadian terakhir yang ia alami: pengejaran, kecelakaan, dan pemuda sekolah yang mencoba menyelamatkannya. Namun, kini ia melihat wajah pemuda itu di cermin, dan tubuh yang ia rasakan bukanlah miliknya. Ini adalah tubuh Aska, pemuda yang telah berusaha menyelamatkannya dari kecelakaan maut itu.

Artha meraba wajahnya yang baru, merasa aneh dengan kulit yang lebih halus dan rambut yang lebih tebal. "Ini tidak mungkin," bisiknya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua ini hanyalah mimpi buruk.

Beberapa saat kemudian, pintu kamar rumah sakit terbuka dan seorang pria berwajah tegas dengan setelan rapi masuk.

"Apa ini? Kenapa jaksa mulut saos ini ada di sini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa ini? Kenapa jaksa mulut saos ini ada di sini?"

Pria yang Artha maksud itu adalah Jaksa Johan. Jaksa Johan memang terkenal dengan ucapannya yang lembut tapi terdengar menyakitkan. Mereka sangat tidak akur, Artha benar-benar tidak suka dengan Jaksa Johan.

"Aska, bagaimana kondisimu?" tanya Johan dengan nada yang lembut, sesuatu yang sangat jarang terdengar dari mulutnya.

Artha, yang kini berada dalam tubuh Aska, merasa canggung. "Saya... saya baik-baik saja," jawabnya perlahan.

Johan menghela napas lega. "Syukurlah. Dokter bilang kamu butuh istirahat lebih banyak. Jangan memaksakan diri." ucap Johan lalu mengelus rambut Artha.

Artha hanya bisa mengangguk. Johan menatapnya dengan penuh perhatian, lalu berkata, "Bang Johan harus kembali ke kantor sebentar, tapi abang akan segera kembali. Jangan khawatir, abang akan mengurus semuanya."

Saat Johan keluar dari kamar, Artha merasa semakin bingung. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Jaksa itu saudara orang ini?" pikirnya. Ia tidak hanya harus beradaptasi dengan tubuh baru ini, tetapi juga dengan kehidupan yang sama sekali berbeda dari yang ia kenal.

Tak lama setelah Johan pergi, beberapa teman sekolah Aska datang menjenguk. Mereka tampak cemas dan penuh perhatian, berusaha menghibur Artha yang masih mencoba beradaptasi dengan identitas barunya. Ada Rina, gadis berambut panjang dengan senyum manis, dan Dimas, pemuda yang selalu penuh semangat.

"Aska, kita khawatir tau," kata Rina dengan nada lembut. "Gimana kondisi lo sekarang?"

Artha tersenyum kaku. "Saya... saya baik-baik saja, hanya butuh sedikit waktu untuk pulih."

Dimas, yang duduk di sebelah Artha, berkata dengan nada serius, "Apa kecelakaannya parah? Kenapa lo ngomong pake bahasa formal?" tanyanya.

Artha semakin kikuk dan melihat Dimas serta Rani secara bergantian. "Emang biasanya saya ngomong bagaimana?" tanya Artha.

Fateful encounter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang