Bab 2

9 2 0
                                    

Artha membuka matanya perlahan, ia melihat sekelilingnya yang masih samar. Setelah beberapa saat akhirnya pandangannya kembali normal. Di samping kiri ranjang terlihat Samuel menatapnya dengan wajah datar.

"Hal pertama yang saya lihat kenapa orang ini tuhan,"

Artha menutup matanya kembali lalu memegang dadanya yang sudah tak sakit seperti sebelumnya. Ia kembali teringat oleh memori yang membuatnya pingsan.

"Apa itu? apa sekarang saya bisa mendapatkan memori tubuh ini?" lirihnya.

BRAK!

Pintu dibuka dengan keras oleh Johan. Laki-laki itu berjalan menuju Artha dengan wajah cemas serta keringat di seluruh wajahnya. Artha menebak jika Johan berlarian sampai berkeringat banyak seperti ini. Ia kagum karena Johan sosok yang perduli pada adiknya.

"Siapa yang buat kamu begini?" tanya Johan.

"Polisi datang ke sini menanyakan soal keberadaan detektif Artha. Tiba-tiba saya mengingat kejadian dan itu yang menyebabkan saya jatuh pingsan." jelas Artha.

"Polisi?" Johan berniat untuk pergi lagi, tapi langkahnya terhenti saat Artha memegang tangannya.

"Bisakah anda di sini menemani saya? Hati saya gelisah." ucap Artha.

"Saat melihat Jaksa ini saya sangat tenang, mungkin yang bisa membuat Aska tenang adalah saudaranya sendiri." monolog Artha.

Samuel terkejut saat mendengar Artha menyuruh Johan untuk tetap di sana. Ia melihat ke arah Johan yang mungkin lebih terkejut darinya.

"Disini?" tanya Johan yang di beri anggukan oleh Artha.

Di tempat lain, tepatnya SMA NEGERI HIMALAYA. Dimas terlihat sedang menata beberapa tugas dan catatan untuk diberikan pada Aska. Teman sebangkunya yang bertag name Bayu terus merayu anak itu karena terlihat sangat rajin.

"Mau gimana lagi? Sebagai ketua kelas, gue harus pastiin gak ada siswa yang bermasalah di sini." kata Dimas dengan senyuman.

"Dia beneran hilang ingat ya?" tanya Bayu penasaran.

"Mungkin sementara, kalo dia berangkat jangan ganggu dia ya?" Dimas menepuk pundak Bayu lalu berjalan keluar kelas.

***

Di depan kantor kepolisian, Harsa duduk dengan memegang sebuah botol kopi. Ia terlihat sangat frustasi dan terus menghela nafas.

"Kenapa main tangan? Kalo Jaksa Johan protes sama kamu memangnya kamu bisa mengatasinya?"

Ucapan dari teman satu rekannya itu masih terngiang-ngiang. Harsa sendiri juga tidak tau kenapa bisa sampai emosi seperti itu.

"Harsa, coba perbaiki emosi kamu sebelum saya benar-benar menguburmu." suara Artha teringat jelas di benak Harsa.

Ia menatap langit malam dengan mata yang berkaca kaca. Artha adalah sosok yang paling Harsa hormati, ia juga sudah menganggap Artha adalah saudara kandungnya. Tak heran jika sekarang ia sangat frustasi menyelidiki keberadaan Artha.

Sementara itu, di rumah sakit Artha terlihat duduk diam sambil menatap ke arah Johan dan Samuel yang sedang berbincang di sofa. Artha merasa bosan, ia melihat sekelilingnya dan menghela nafas karena rasa bosannya itu.

"Besok saya pulang bisa?" tanya Artha yang membuat Johan dan Samuel menatapnya.

"Emang kamu udah sehat?" tanya balik Johan.

Fateful encounter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang