Nura bergegas masuk ke arah kelasnya di lantai 3. Setelah menunggu, akhirnya pintu lift terbuka. Setelah menekan tombol 3, pintu lift hampir menutup sempurna sebelum tiba-tiba seseorang juga membukanya dari luar.
Deg!
"Ya Tuhan, Pak Tio.." jerit Nura dalam hati
Nura hanya mengangguk dan tersenyum sopan. Tentunya dibalas dengan senyuman Tio seperti biasa.Wait, biar ku jelaskan dulu 'senyuman Tio seperti biasa' itu bagaimana. Usia Tio sekitar 35-an. Sepertinya seumuran dengan Nura. tinggi standar laki-laki orang indonesia, badannya tegap dan proporsional. Kulitnya cenderung putih, seperti cindo pada umumnya. Orangnya agak pendiam. Dia banyak bicara hanya saat mengajar di perkuliahan saja. Diluar itu, aku bahkan nyaris tidak pernah mendengar suaranya bercengkerama dengan siapapun. Wajahnya? Khas cindo tapi lebih pribumi. Saat tersenyum wajahnya mirip Rey Mbayang, suami Dinda Hauw. Itu lho artis di tv. 😁
Ting!
Lift sudah sampai di lantai 3. Ketika bergegas keluar, tak sengaja tas Nura tersenggol Tio. Entah karena keseimbangan Nura sedang tidak baik-baik saja atau memang Nura masih kepikiran mimpinya semalam. Nura tiba-tiba jatuh selepas keluar dari lift. Tio yang menyadarinya langsug terkejut dan bergegas menawarkan tangannya untuk membantu Nura berdiri.
Deg!
Ketika tangan Nura menyambut tangan Tio. Perasaan hangat menjalar dari tangan hingga hatinya. Percis seperti perasaan nyaman yang dia rasakan dalam mimpi.
"Duh maaf ya mba Nura. Saya gak sengaja."
Tio berujar, sambil membantu Nura berdiri.Nura mengangguk kikuk. Antara kaget, malu, senang, dan oh my God, dy ingat namaku.
Setelah berdiri, mereka berdua berjalan ke arah yang sama. Ya. Ruang kelas H011. Mata kuliah Metode Kuantitatif bersama Pak Tio.
Selama 2 jam perkuliahan, Nura hanya bisa pasrah pada isi kepalany yang sudah di-monopoli Tio.
Perasaan yang sungguh tidak karuan.
Perasaan bersalah karena Nura adalah wanita bersuami, dan perasaan bahagia karena kejadian tadi seperti reka ulang mimpi semalam di dunia nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monopoli
RomanceBisa-bisanya dia hadir begitu manis dalam mimpiku. Lantas menguasai setiap sisi ingatanku. Dia yang bukan siapa-siapa di kehidupan pribadiku. Sekedar bertegur sapapun kita hanya sebatas kehidupan akademis. Tolonglah, jangan jadikan aku seperti berkh...