Nura baru saja hendak beranjak dari kursinya. Ia berniat pergi mencari cafe ice cream untuk mendinginkan kepalanya. Tiba-tiba..
"Nura, bisa ikut ke ruangan saya dulu sebentar?" Tio menepuk bahu Nura sambil berjalan ke arah kantornya. Sepertinya ia yakin Nura akan mengikutinya.
"Ya Tuhan.. Apalagi ini.." batin Nura menjerit.
Setelah menghela nafas dan menguatkan pijakannya, Nura berjalan ke ruangan Tio.
Pin nama di pintunya tertera
"SATRIO WINATA, PhD""Ya pak,, hmm.. ada yang bisa saya bantu?" Jantung Nura berdebar-debar.
"Hai Ra, duduk dulu. Tunggu sebentar ya."
Tio menunjuk kursi di depan mejanya agar Nura bisa duduk disitu. Tangan Tio sibuk mencari sesuatu di lacinya.
"Nah.. ini dia.." Tio mengeluarkan 2 lembar kertas dari lacinya.
"Jadi gini Ra, saya ada proyek penelitian tentang tata kelola industri di kabupaten bekasi. Barangkali kamu minat join. Soalnya saya perhatikan kamu ada potensi di bidang analisis ekonominya."
"Hmm.. berapa lama ya pak?" Tanya Nura
" Sekitar sebulan.. tapi ya survei lapangannya cuma 5 hari aja sih. Sisanya bisa kita kerjakan di Bandung aja." Jawab Tio
Entah bagaimana sinkroniasasi antara kepala dan mulut Nura. Tanpa dia sadari hanya mengangguk dan bilang "siap pak!"
15 menit kemudian diisi dengan penjelasan Tio tentang tugas apa saja yang harus dikerjakan Nura nanti.
Jantung Nura berdebar kencang. Tio percis ada di hadapannya. Matanya sesekali beralih dari kertas yang sedang dijelaskan Tio. Dia tidak pernah sedekat itu dengan seorang pria, selain suaminya. Untung saja Nura bisa menjaga mood-nya saat itu.------
Selesai pembicaraan tentang proyek itu, Nura berencana pamit pulang. Tapi lagi dan lagi..
"Kamu kost dimana, nanti biar sekalian aja saya antar. Saya kebetulan tidak ada jadwal ngajar lagi ."
Yaa Tuhan.. godaan apa lagi ini..
"Ehm.. di.. geger kalong pak.." jawak Nura.
"Wah kebetulan aku juga ada agenda kesana. Yuk sekalian aja."
Belum menjawab, Tio sudah bergegas jalan cepat. Meninggalkan Nura dengan pikiran benang kusutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monopoli
RomanceBisa-bisanya dia hadir begitu manis dalam mimpiku. Lantas menguasai setiap sisi ingatanku. Dia yang bukan siapa-siapa di kehidupan pribadiku. Sekedar bertegur sapapun kita hanya sebatas kehidupan akademis. Tolonglah, jangan jadikan aku seperti berkh...