02. Gelitik

411 58 22
                                    

Sepasang mata Jeehan tidak bisa berhenti pandangi benang merah yang ada di kelingkingnya. Bahkan ketika ia menaiki anak tangga menuju lantai tiga pun, ia sama sekali tidak bisa fokus. Memperhatikan benang semerah darah itu bergerak-gerak mengikuti langkahnya. Jeehan tenggelam dalam pikirannya.

Kaki Jeehan terhenti tepat ia menapaki anak tangga terakhir yang membawanya ke lantai tiga. Keningnya mengerut samar. Lalu kembali menoleh ke belakang. Melihat anak tangga ke bawah. Benang merah itu masih mengarah ke lantai bawah. Orang itu, Shankara, berada di lantai yang berbeda dengannya.

Hebat. Dirinya bisa-bisa terlihat seperti seorang penguntit. Karena hanya melihat benang merah saja, dia langsung mengetahui Shankara berbeda lantai dengannya.

Jeehan memilih duduk di sebuah kursi kayu panjang yang ada di ujung koridor tepat di dekat tangga. Ia mengeluarkan ponsel. Melihat jam. Masih ada sepuluh menit hingga bel pertama berbunyi. Ia menarik nafas dan mengembuskannya perlahan.

Sepasang matanya kembali menatap kosong pada benang merah yang terulur begitu panjang. Keningnya mengerut samar dapati orang-orang yang berlalu-lalang melewati benang merah miliknya begitu saja seolah tidak ada apa-apa.

Saat kecil dulu, Jeehan sudah tahu, hanya dirinya yang mampu melihatnya. Bahkan saat ia bertanya dengan Shankara mengenai benang merah di jarinya kala itu, laki-laki itu terlihat sekali tidak mengetahui apapun mengenai benang merah di antara mereka. Tapi, saat melihatnya seperti ini; benang merah miliknya dilewati seperti sebuah bayangan di depan matanya sendiri rasanya aneh. Benar-benar aneh. Dan membuatnya semakin yakin, tidak ada satupun yang mampu melihat dan menyentuhnya selain dirinya.

Kalau seperti ini ... Jeehan harus apa?

Haruskah ia membiasakan diri dengan benang merah ini?;

Atau, haruskah ia kembali memutuskannya...?

Opsi kedua sebenarnya tidak ingin Jeehan lakukan. Dia tidak ingin setelah memutuskannya kembali, Shankara akan kembali hilang dari hidupnya. Jeehan masih ingin berteman dengan Shankara. Dia ingin dekat dengan Shankara. Tapi, kalau hanya dirinya yang mampu melihat benang merah seperti ini... bagaimana nantinya justru ia sendiri yang tersiksa?

Tapi, bagaimana kalau Shankara justru tidak bisa bersama orang yang disukai lantaran terikat benang takdir dengannya?

Terlebih, memangnya Shankara mempunyai ketertarikan dengan seorang laki-laki?

Meski iya sekalipun, belum pasti juga orang itu adalah dirinya.

Jeehan sedikit melompat dari kursi, saat sebuah botol dingin menyentuh kulit pipinya. Umpatan nyaris keluar dari mulut, jika saja matanya tidak segera menangkap sosok Harsa yang sudah berdiri di depannya dengan cengiran tidak bersalah.

Mata Jeehan mendelik sebal. Bibirnya manyun tanpa sadar. Heran. Kenapa, sih, orang-orang di dekatnya suka sekali usil dan membuatnya kaget.

"Stop, ngagetin gue, ya, Sa," protesnya, "Hampir aja gue kelepasan."

"Ya, ngumpat, mah, tinggal ngumpat aja kali, Han." Harsa terkikik kecil. Tangannya membuka tutup botol yang ada di tangan kemudian menenggaknya sedikit. "Lagian, lo ngapain malah bengong di sini? Kesambet setan toilet tau rasa!"

Perkataan Harsa membuat sepasang mata Jeehan melirik pada toilet siswa yang tidak jauh dari tempatnya duduk. Ia bergidik. Memeluk dirinya sendiri. Tangannya mengusap-usap lengannya yang masih terbalut jaket. "Jangan disebut-sebut, anjir, Sa! Nanti dia merasa terpanggil terus beneran nyamperin gue gimana? Tai, lo, ah!"

Harsa tergelak. Tangannya terulur di depan Jeehan. "Ya, makanya, ayo, ke kelas."

Jeehan merengut, namun tetap meraih tangan Harsa. Membiarkan tubuh jangkung Harsa menarik tubuhnya bangun dari kursi. Sepasang coklat hazel Jeehan hanya melirik saat Harsa merangkul pundaknya. Ia memilih membiarkan dirinya diseret oleh teman sebangkunya saat di kelas sepuluh itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Us [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang