HUJAN UNTUK AWAL BULAN MEI

193 10 5
                                    

SELAMAT MEMBACA, KAAL 👋

TYPO BANTU TANDAIN YA💗

VOTE😌

SEMOGA SUKA🥲

5. HUJAN UNTUK AWAL BULAN MEI

Katakan saja manusia lebay. Berani memprediksi sesuatu yang sama sekali belum terjadi, dan juga berpikir sesuatu itu tak akan terjadi

***

Seusai dari markas Bumi memutuskan untuk pulang. Pulang kerumah yang berpenghuni tapi dirinya merasa neraka didalam sana. Dari perpindahan tahun, ternyata banyak perubahan disetiap harinya. Bukan kehangatan tapi ucapan dan bentakan yang selalu menyabutnya jika pulang.

Bumi turun dari motor sport hitam miliknya. Setelah memarkir digarasi laki-laki itu bergerak masuk lewat pintu belakang. Sudah sering ia melakukan itu, menghindari tatapan dan ucapan dari sesorang yang ia sebut sebagai orang tua.

Suasana dapur terlihat sepi, mungkin para pembantu sudah tidur dikamar mereka. Bumi meraih gelas berisi air lalu meneguknya hingga tandas.

"Kenapa pulang? Lebih bagus lagi kalau kamu nginap diluar"

Perkataan pedas yang sudah sering ia dengar. Perkataan yang membuatnya mencekam gelas dengan begitu eratnya. Pikiran tentang keduanya berada diruang tamu ternyata salah, dimana pun Bumi melangkah pasti diketahui oleh mamanya.

Bumi tak menggubris ucapan Jisava. Laki-laki beranting hitam dan baju yang berantakan itu memilih melangkah menuju deretan anak tangga. Tapi, suara Jisava kembali menghentikan langkahnya.

"Dasar anak tak sopan, kalau orang tua bicara itu didengarkan, persis seperti kelakuan Karang yang berensek itu"

Bumi tersenyum miring dalam keterdiamanya, kemudian suaranya terdengar " Suami anda kan? Berarti anda jauh lebih brensek dari dia"

"BUMI!, DASAR ANAK NAKAL! PANTAS SAJA KARANG  TAK MAU MENGANGGAP MU SEBAGAI ANAKNYA!"

"Kenapa sih ma? Segitu bencinya mama sama Bumi? Hanya karena Bumi lahir sedangkan Bintang meninggal dan ngak bisa lahir dengan nyawa? Itu juga bukan keinginan Bumi ma, itu salah mama karena ngak bisa jaga keham—"

"DIAM ANAK BRENSEK! JANGAN SEBUT ANAK SAYA DENGAN MULUT TAK SOPAN MU ITU!"

Dalam kehidupan yang banyak mendengar perkataan pedas orang. Ternyata perkataan pedas yang keluar dari mulut orang tua jauh lebih sesak.

Bendungan air dipelupuk mata Bumi nyaris saja terjatuh jika saja laki-laki itu tak mengusapnya dengan cepat. Sesuatu yang berkuasa dan terjadi tanpa keinginannya ternyata sangat berpengaruh pada kehidupannya saat ini.

Ingin sekali ia merasakan rasa kasih sayang dari orang tuanya. Tapi, justru mereka menyalahkan sesuatu yang bukan keinginanya.

"Tapi Bumi juga anak mama" Suara Bumi terdengar berat sekali. Laki-laki itu seperti merasa napasnya tercekat karena menahan sesak.

"Anak saya cuma satu, dan dia sudah tak ada"

Bugh, bagai belati tajam yang menusuk tepat dijantungnya. Bahkan mungkin sakitnya tak sesakit belati tajam itu. Entah dosa apa yang Bumi perbuat dikehidupannya yang lalu sehingga harus merasakan kesiksaan batin yang sialnya dari orang yang selalu ia harapkan pelukannya.

UNTUK BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang