Chapter 03: Selalu Begitu

267 50 38
                                    

[ KITA, SEMPURNA? : EPISODE 03 ]

“Manusia terkadang terlalu serakah selalu mencari yang lebih padahal, mensyukuri yang telah di miliki jauh lebih baik ketimbang memilik lebih”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Manusia terkadang terlalu serakah selalu mencari yang lebih padahal, mensyukuri yang telah di miliki jauh lebih baik ketimbang memilik lebih”.

Imanuel Jayandara

“Aku nikah sama kamu itu hanya gara gara orang tua kamu yang memaksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku nikah sama kamu itu hanya gara gara orang tua kamu yang memaksa..

      Katakanlah muak— Pemuda dengan netra elang tajam tersebut memilih untuk menutup telinga nya dengan earphones daripada mendengar orang tuanya? Yang terus bertengkar. Tidak ada yang namanya canda tawa, kehangatan ataupun kebahagiaan di dalam kediaman mewah tersebut.

Jaya membuka pintu kamarnya setelah dirasa tak ada lagi teriakan ataupun bunyi benda benda yang dilemparkan orang tuanya kepada satu sama lain. Pemuda kelahiran April tersebut terhenti dari pergerakan nya saat suara parau dari pria paruh baya yang ia yakini adalah ayahnya.

"Kita tidak bisa terus seperti ini, lebih baik kita berpisah". Tutur—Sakha selalu pria yang menyanjung gelar sebagai ayah dari Jaya.

Sakha Imanuel—Seseorang yang selalu disanjung dengan kehormatan pemilik dari perusahaan besar yang membuka cabang dimana mana tak lain hanya seorang bajingan di mata Jaya.

"Cih, pisah ya? Bagus deh gak ada lagi rumah rasa orang tawuran". Ucapnya sembari melintasi kedua orang tuanya yang tampak tengah menandatangani sebuah berkas.

Jaya berlalu keluar dari rumah yang menjadi tempat selama ini dirinya tinggal dengan sepotong roti dan tas ransel. Sedikit kesal saat dirinya tau motor kesayangan nya baru saja dijual sang Ayah.

"Aelah, Untung Bapak sendiri".

"Tapi dia kan gak ngakuin gue sebagai anaknya?". Gerutunya dengan mulut yang setia mengunyah roti yang sempat dirinya buat sendiri. Berjalan menyusuri trotoar sesekali menghirup udara segar di sepanjang jalan. Hilir angin menerpa surai tampan nya.

𝐊𝐈𝐓𝐀, 𝐒𝐄𝐌𝐏𝐔𝐑𝐍𝐀? || [ HYUNGLINE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang