tiga

239 36 10
                                    

"Kenapa dia?" Ji Li menyenggol bahu Zhuocheng sementara yang disenggol kemudian hanya melirik sinis.

"Bukannya kemarin habis menemui pujaan hatinya?" tanya Ji Li lagi, menaruh tasnya di meja. Matanya menatap Xiao Zhan yang tengah mengaduk-aduk makanannya.

"Ya berkatmu, sekarang dia jadi tidak nafsu makan." sinis Zhuocheng pada Ji Li.

"Loh, kenapa? Sudah bertemu pujaan hati kok malah kehilangan nafsu makan?" Ji Li tidak habis pikir dibuatnya.

BRAK

Xiao Zhan menjatuhkan sumpitnya ke meja dan menatap dua temannya yang duduk di depannya, mata bening besarnya yang selalu bersinar itu nampak memerah.
"Bisa tidak, jangan bergosip tentangku tepat di depanku? Kalian pikir telingaku ini cuma aksesoris, hah? Menyebalkan!" omelnya dengan mata yang kini mendelik lucu.

Ji Li tertawa kecil melihatnya. Di mata Ji Li yang berukuran mini ini pun, Xiao Zhan yang tengah mengomel-ngomel  terlihat persis seperti kucing marah yang bulu-bulunya berdiri.

"Bukannya lebih baik membicarakan orangnya langsung di depan, daripada di belakang?" ledek Ji Li yang langsung dihadiahi delikan mata oleh Xiao Zhan.

"Tapi seriously, what happened?" tanya Ji Li.

Pemuda dengan gigi kelinci itu merengut, enggan menjawab pertanyaan teman mungilnya.

"Gara-gara Wang Yibo, apalagi?" ujar Zhuocheng menimpali. Tangannya mengambil makanan Xiao Zhan yang sudah tidak berbentuk karena terus diaduk-aduk. "Makan snack saja kalau memang tidak nafsu makan, jangan sampai perutmu kosong lagi," ujarnya menyodorkan biskuit.

'Masih saja berusaha...' batin Ji Li menahan geli.

Ji Li menepuk pundak Zhuocheng, "Nice try, bro."

Kali ini pemuda mungil itu dihadiahi delikan mata super dari Zhuocheng si pemuda judes.

"Apa yang sudah dilakukan Wang Yibo?" masih penasaran, Ji Li tidak bisa tidak bertanya kepo.

"Yibo bilang, kalau ingin bicara hubungi dia saja di WeChat. Tapi sampai sekarang chatku belum juga dibalas!" keluh Xiao Zhan.

"Memangnya kau chat apa?"

"Baca saja sendiri!" Xiao Zhan menyodorkan ponselnya pada Ji Li. Zhuocheng langsung menyambarnya dengan cepat. Kedua pemuda beda ukuran itu menatap dengan serius layar ponsel Xiao Zhan yang menunjukkan isi percakapan solo Xiao Zhan dengan Wang Yibo. Ya, karena Wang Yibo tidak kunjung membalasnya jadi Xiao Zhan hanya bicara seorang diri.

Sungguh menyedihkan bagi seorang Xiao Meiren.

"Skateboard? Kau mau main skateboard?" tanya Zhuocheng.
Xiao Zhan mengangguk lalu tersenyum malu-malu. Ekspresi wajahnya dengan cepat berubah dari murung ke berbunga-bunga.

"Wang Yibo bilang kalau mau jadi temannya aku harus masuk komunitas motor atau skateboard dulu. Jadi aku memilih belajar main skateboard!"

Zhuocheng mengernyitkan dahi, "Berlebihan sekali. Berteman saja harus ada syaratnya? Kenapa dia sok keren begitu? Tidak normal." makinya.

Xiao Zhan mengambil ponselnya dengan kasar. "Kau tidak boleh memaki Wang Yibo, Chengcheng. Apa mau kugigit, ha?" ancamnya sambil menunjukkan gigi kelincinya, seolah-olah itu bisa menakuti orang lain.

Digigit? Tentu saja mau. Zhuocheng membatin dalam hati namun wajahnya masih tampak serius dan garang.

Sementara itu Ji Li tiba-tiba tertawa dan terkekeh. "Kalau kau mengancam setiap orang begitu, yang ada mereka akan terus melakukannya dengan sengaja."

I'm not Xiao Meiren! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang