Prolog

290 37 4
                                    

"Selamat siang, Xiao Meiren~"

"Hari ini pun, Xiao Meiren terlihat sangat bercahaya, ya..."

"Xiao Meiren, sudah sarapan? Apa mau makan siang denganku?"

"Aiyoo, wangi sekali Xiao Meiren..."

"Xiao Meiren, tugasmu sudah aku kumpulkan di meja Huang Laoshi!"

"Masih siang sudah diberkati oleh keindahan Xiao Meiren, aku merasa lebih semangat menjalani hari!"

"Xiao Meiren, cokelat dariku kemarin sudah kau cicip belum? Jangan sampai keburu dihabiskan oleh teman chibimu itu ya!"

"Xiao Meiren, semalam aku menitipkan snack pada Zhuo Cheng untukmu!"

"Xiao Meiren, level gamenya sudah naik. Coba login ke akunmu sekarang. Aku juga sudah membeli beberapa skin limited edition untukmu."

Xiao Zhan, pemuda dengan paras menawan dan senyum yang super manis itu membalas satu persatu sapaan teman-teman sekaligus para penggemarnya. Xiao Meiren, awalnya hanya bercandaan antar roommatenya saja, lama kelamaan panggilan itu malah menjadi title mutlak bagi Xiao Zhan. Seolah menjadi identitas yang sangat melekat pada dirinya. Hampir semua teman satu angkatan bahkan juniornya pun, memanggilnya dengan julukan itu. Mau tidak mau, Xiao Zhan pun membiasakan diri dengan julukannya itu. Toh, diam-diam dia menikmatinya. Ya, walau pada awalnya dia berpura-pura merasa tersinggung dengan itu karena gengsi belaka.

Mana ada pria sejati yang mau menerima julukan feminin seperti itu?

Ada. Xiao Zhan orangnya.
Dia adalah pria yang sangat memahami kelebihan dan keistimewaan yang ada pada dirinya, juga tahu bagaimana memanfaatkan itu dengan baik.
Contohnya, Xiao Zhan tidak perlu susah payah mengantri di kantin. Akan selalu ada orang yang dengan senang hati mengantri untuknya ataupun membelikannya makan siang bahkan mengantarkan makan malam ke kamarnya.

Xiao Zhan juga tidak perlu takut kelelahan mengerjakan tugas. Ada banyak yang rela mengerjakan tugasnya, bahkan sampai begadang pun, jika memang Xiao Zhan menginginkannya. Tapi Xiao Zhan adalah murid yang jujur dan pekerja keras, kok! Dia cukup pintar jadi tidak perlu mengandalkan orang lain jika tentang tugas. Hanya saja dia senang menerima hadiah.

Xiao Zhan yang terkenal rendah hati akan menerima pemberian siapapun dengan senyuman hangat walau pada akhirnya pemberian-pemberian itu sebagian besar akan beralih tangan pada teman sekamarnya. Yang penting Xiao Zhan sudah menerimanya, 'kan?

Xiao Zhan yang masih menebar senyum sekaligus menebar pesona di lorong koridor kampus itu dikagetkan oleh teriakan sosok mungil yang merupakan teman sekamarnya.

"Zanzan! Zanzan! Tunggu!"

Xiao Zhan menghentikan langkah kakinya lalu menoleh pada temannya yang berlari tergopoh-gopoh ke arahnya.

"Ji Li, kenapa teriak-teriak, sih?"

Yang dipanggil Ji Li itu menyenderkan dirinya yang tersengal-sengal pada tubuh tinggi semampai Xiao Zhan.
"Aku ada info bagus!" serunya menatap Xiao Zhan dengan matanya yang bersinar-sinar.

"Info bagus apa? Memangnya tidak bisa menunggu nanti saja? Lebih enak bergosip di kamar, 'kan?" tanya Xiao Zhan, menyingkirkan Ji Li yang bersender pada badannya itu dan kemudian melanjutkan perjalanannya lagi dengan Ji Li yang mengekorinya.

"Ini tidak bisa ditunda!"

"Memangnya soal apa?"

Ji Li menatap sekitar yang ramai lalu menyeret Xiao Zhan memasuki kelasnya. "Kita bicarakan di kelas saja. Ayo cepat!" ujarnya.

I'm not Xiao Meiren! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang