" Dari semua keterlambatan yang ada, semoga kita tidak pernah terlambat menghargai."
******
Full part POV Shani.
aku sebenarnya sungguh bingung dengan diriku sendiri. aku tidak bisa berpikir jernih melihat gracia dapat begitu dekat dengan anin. Saling bercanda, merangkul, tersenyum dan segala aktivitas skinship. Ohh demi Tuhan aku benci melihatnya.
Gracia juga dengan mudahnya dapat akrab dengan Christian adikku, sedangkan padaku, Christian sangat irit bicaranya.Setelah kejadian antara aku dan gracia di kantin sebulan yang lalu, ia bahkan tidak pernah sekalipun melirik padaku. Senyuman yang walaupun sangat tipis bahkan kini sudah berganti dengan tatapan datar nan dingin.
Gracia yang semula duduk bersama ella di belakang tempat dudukku kini pindah ke dua deretan menjauh dari bangku ku. Ia lebih memilih duduk bersama anin.
Sebenarnya aku tidak terlalu peduli toh sebelumnya kita juga tidak pernah dekat tapi entah mengapa hatiku terasa sakit diabaikan gracia.Christian juga sama anehnya. Ia lebih sering menghindariku. Ia yang biasanya overposesif padaku sekarang jadi cuek. Jika sebelumnya aku belum pulang ia akan meneror dengan banyak panggilan dan pesan, sekarang bahkan tidak pernah sama sekali.
Zee sudah menjelaskan Soal pertemanannya dengan groupnya gracia, alhasil orangtua ku tidak melarang mereka berteman. Biar Christian banyak bergaul katanya. Huffftt aku tidak mungkinkan melarangnya sedangkan ia sudah mendapat izin dari papa mama.Disekolah aku hanya akrab dengan dengan mario, jinan, dan Cindy. Kalau dengan feni rasanya asing. Feni terang-terangan berkata ia tidak suka aku menuduh gracia bersekongkol dengan Vino kala itu.
"Aku berani jamin shani, gracia gak ada hubungannya sama Vino waktu itu. Ia benar-benar tulus membela kamu. "
begitulah kata feni dengan yakin.
Hal itu hanya membuatku semakin merasa bersalah pada gracia tapi aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya.Saat ini aku sedang menonton pertandingan futsal antar sekolah karena kebetulan Mario yang mewakili sekolah kami.
Kalau ditanya bagaimana perasaanku pada mario saat ini sepertinya aku akan menjawab biasa saja. Tidak sesenang waktu mario mengajakku jalan atau mengacak-acak rambut ku.
Hubungan kami hanya seperti formalitas saja sebagai sepasang kekasih yang saling menemani, nyatanya tidak ada lagi cinta didalamnya.Suara tepuk tangan bergemuruh saat sekolah kami menjadi pemenang pertandingan kali ini, mario menghampiriku setelah selesai briefing bersama coachnya. Waktu ia ingin memelukku, aku refleks menghindar.
" Loh sayang? Kok gak mau aku peluk sih ?"
" kamu keringetan mario ..."
" hm? Biasanya kamu fine-fine aja loh sayang." kata mario sedikit manja.
Jika dulu mario merajuk, aku akan memeluk dan mencium pipinya namun kali ini rengekan mario terdengar menjijikkan di kuping ku." nanti aja, yuk pulang, mama udah nelpon dari tadi."
Di mobil aku mengalihkan pikiranku ke luar jendela. Sejak dari tempat pertandingan Mario terus mengajakku bicara namun aku hanya menjawab dengan singkat. Malas sebenarnya menanggapi mario.
Mario memberhentikan mobilnya di tikungan sebelum rumahku, memang selama ini kami berdua backstreet dari orang tuaku, sehingga ia tidak pernah menurunkan aku tepat didepan rumah. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun apapun pada mario, aku turun dari mobil terdengar helaan napas dari mario namun aku tidak peduli.
Aku segera berjalan menuju rumahku, aku merasa mario tidak suka dengan sikapku padanya, terbukti ia langsung menancap tinggi gas mobilnya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSURE
Fanfiction"Cinta gak selamanya riang kan? " - Reine Gracia Matthew - " kita? Maaf tapi gak mungkin." - Shani Leandra Miles - Apakah ada kemungkinan keduanya bersama? DESCLIMER!!! 100% FIKSI cerita ini hanya karangan Author. jangan dibawa ke dunia nyata at...