14

176 10 0
                                    

Bab 14 : Keraguan karena hujan

"Aku lapar. Aku bisa memakanmu utuh!" Suara yang dalam itu memberitahuku.

"P..P'Chan, tak perlu sekeras ini," ucapku pelan sambil mendorong seniorku menjauh.

Seniorku menjauh sesuai keinginanku sebelum dia mengacak-acak rambutku dengan kesal.

"Kenapa kamu harus pergi ke kamar Mint?" Tatapannya yang mengeras melembut sebelum dia bertanya dengan nada acuh tak acuh.

"Yah, dia menemuiku dan memintaku untuk datang."

"Lalu kenapa Mint tidak mengenakan pakaian apa pun?"

"P'Mint memberitahuku bahwa dia hendak mandi."

"Itu dia?"

"Uh-huh," jawabku dengan santai sebelum menyadari bahwa ekspresi seniorku tidak begitu bagus. Kemudian, aku mengubah kata-kata aku agar terdengar lebih menyenangkan. "Ya."

"..." P'Chan hanya bisa mengangguk sebagai jawaban, tapi yang jelas suasana hatinya sudah membaik.

"Kau pasti sangat lapar, P'Chan. Aku akan pergi dan membuatkan makanan untukmu."

"Aku tidak lapar."

"Lalu ada apa? Aku hanya duduk dan ngobrol di ruangan P'Mint. Kamu tidak perlu memarahiku seperti ini," lanjutku. Karena aku masih belum bisa menemukan alasan yang bagus, aku juga tidak boleh dimarahi.

"Baik, aku lapar. Cepat buatkan makanan," kata P'Chan datar sebelum berjalan dan menghilang ke dalam kamarnya.

Jadi sekarang tinggal aku dan tugas membuatkan makanan untuk dimakan oleh Khun Chawakorn yang pemarah, seperti yang dijanjikan.

Tumis sayuran dan sup tom yum dada ayam sudah matang, dan baunya enak. Aku berharap begitu pria pemarah itu memakannya, suasana hatinya akan lebih baik.

"P'Chan, ups!" Aku mengetuk pintu untuk memanggil pemilik kamar, dan kebetulan dia membuka pintu pada saat itu.

"..."

"Aku sudah selesai memasak. Apakah kamu mau makan sekarang?"

"Mm," jawab pria berwajah datar itu sebelum berbalik berjalan menuju meja makan.

“Apakah suasana hatimu sudah bagus? Jadi aku tahu bagaimana harus bersikap,” tanyaku padanya.

"Aku baik-baik saja."

“Tidak perlu keras kepala,” kataku sambil menyodorkan sepiring nasi kukus padanya.

"..."

"Aku tahu kamu orangnya tegas, P'Chan, dan kamu suka memarahiku tentang segala hal. Tapi kalau ada yang menurutku tidak masuk akal, kamu harus menjelaskannya padaku."

"Ugh, berhentilah banyak bicara dan makan saja," tegur P'Chan lagi, tapi itu membuatku tersenyum.

Omelan seperti ini adalah P'Chan yang sebenarnya.

“Apakah makanannya enak hari ini?” Aku bertanya padanya setelah kami makan beberapa saat, dan aku melihat wajahnya yang tanpa ekspresi telah kembali ke ekspresi biasanya.

"Tidak apa-apa."

"Aww, kawan. Aku sedang berpikir untuk membuatkannya lagi untukmu besok." Aku berpura-pura kecewa.

"...Aku menyelesaikan kelas jam lima. Aku akan menunggumu di depan gedung fakultasmu." kata P'Chan.

"Kenapa kamu harus menjemputku? Aku bisa pulang sendiri," kataku lagi, pura-pura tidak mengerti.

P'Chan hanya menatap makanan di depannya seolah menyuruhku memasak lagi.

Matanya berbicara banyak.

Aku tidak bisa menahan tawa pada diriku sendiri melihat perilakunya yang kontradiktif. Dia bilang makanannya oke, tapi dia meminta aku membuatkannya untuknya tiga hari berturut-turut.

Chan's Exception [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang