PROLOG

73 29 85
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


( Nala Amberly )

( Rigo Harmesto )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Rigo Harmesto )

( Samuel Bagaskara )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Samuel Bagaskara )

( Samuel Bagaskara )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Friska Deborah )

( Adrian Mahendra )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Adrian Mahendra )

( Adrian Mahendra )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Galang Ann )

( Kalea Anggita )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Kalea Anggita )



Di sebuah kota kecil yang tenang, di antara riuh rendah suara anak-anak bermain, tumbuh dua sahabat sejati.


Nala, seorang gadis dengan senyum yang selalu menghangatkan hati, dan Rigo, pemuda yang selalu berada di sisinya sejak mereka masih mengenakan seragam sekolah dasar. Rigo telah mengenal Nala lebih lama daripada ia mengenal dirinya sendiri, dan dari waktu ke waktu, rasa suka yang ia pendam tumbuh menjadi sesuatu yang lebih dalam. Namun, setiap kali hatinya bergetar saat Nala tersenyum, keberanian untuk mengungkapkan perasaannya selalu hilang entah ke mana. Rigo memang punya nilai plus dimata Nala, karena dia sudah bisa berbahasa isyarat. Dikarenakan kakaknya yang memang juga seorang teman tuli.

Rigo selalu berpikir bahwa waktu akan memberinya kesempatan, bahwa suatu hari ia akan menemukan kata-kata yang tepat. Tetapi, hari demi hari berlalu dan kesempatan itu tampak semakin jauh dari jangkauannya. Meski begitu, ia selalu ada untuk Nala, mendengarkan ceritanya, menjadi sandaran saat ia butuh, dan memberikan dukungan tanpa pamrih. Bagi Nala, Rigo adalah sahabat terbaik yang tidak tergantikan, seseorang yang ia anggap sebagai bagian dari dirinya.

Hingga pada suatu hari, suasana kota kecil mereka berubah dengan kedatangan seorang pria baru. Samuel, dengan pesona dan karisma yang memikat, berhasil menarik perhatian banyak orang, termasuk Nala. Samuel bukan hanya tampan, tetapi juga cerdas dan penuh percaya diri. Juga dia menguasai 6 bahasa sekaligus. Ia dengan mudah berbaur dalam kehidupan sosial kota kecil itu, dan dalam waktu singkat, ia mulai berkenalan dengan Nala.

Samuel, yang awalnya hanya merasa penasaran dan hanya ingin mempelajari bahasa baru, yaitu bahasa isyarat, perlahan-lahan mulai terpesona oleh kebaikan dan perhatian yang diberikan Nala. Senyum dan tawa Nala yang dulu selalu menjadi milik Rigo, kini sering kali ditujukan kepada Samuel. Rigo menyaksikan semuanya dengan hati yang bergetar. Setiap kali ia melihat Nala tersenyum kepada Samuel, hatinya seakan-akan teriris. Rigo tahu, bahwa jika ia tidak segera mengungkapkan perasaannya, ia mungkin akan kehilangan Nala untuk selamanya. Namun, rasa takut dan ragu masih membelenggunya, membuatnya tak berdaya di hadapan cinta yang tak terucap.

Di tengah kebimbangan dan perasaan yang berkecamuk, Rigo harus memutuskan apakah ia akan terus memendam perasaannya atau akhirnya mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya sebelum semuanya terlambat.

Silent ReverieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang