Kasta | 08

1.2K 191 16
                                    








Vernan marah besar padanya, Risa tahu itu. Sejak kejadian tadi Vernan langsung membawanya pulang dan membawa mobilnya laju tanpa sepatah katapun setelah mengatakan hal itu padanya. Risa takut, ia merasa ia kelewatan batas kali ini sampai Vernan mengatakan hal-hal yang tidak pernah Risa pikirkan.

Risa jadi memikirkan hal itu, tentang status dirinya yang hanya anak angkat dan tidak sedarah dengan Vernan. Tidak menutup kemungkinan hal-hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin kan?

Risa meremas rok pendeknya takut. "Pi.."cicit gadis itu namun Vernan mengabaikannya.

"Pi, Risa minta maa-"

"Kamu diem Risa."

Risa mengigit bibirnya, rasanya ingin menangis sekarang. Ia membuang pandangan kesamping melihat pemandangan luar dari kaca mobil dengan tatapan kosong.

Tidak lama mobil terparkir di depan, Risa hanya menatap Vernan yang buru-buru keluar mobil tanpa berkata apapun dan meninggalkan Risa yang masih larut dengan penyesalan. Gadis itu lekas turun menyusul Vernan dengan langkah cepat. "Pi, Risa mohon maafin Risa."

Vernan acuh jalan cepat tanpa menoleh pada Risa. "Pi.."

Janetta mendengar keributan diruang tamu cepat jalan dari dapur kesana dan mendapati Risa menarik-narik lengan Vernan dengan mata berkaca-kaca. "Astaga, ada apa ini?"

Vernan berhenti melangkah menatap tajam Janetta dengan emosi yang menggebu-gebu. "Kamu masuk ke Kamar Clarissa!"

"Tapi Pi-"

"MASUK KE KAMAR!"

"MAS!"

Risa terkejut dibentak Vernan. Gadis itu pun lari menuju Lift untuk pergi ke kamarnya dengan tangisan meninggalkan Vernan dan Janetta yang berseteru karena dirinya. "Mas, kamu apa-apaan bentak anak kita kayak gitu ha?"

"Dia bukan anak kita, Janetta."

Janetta tidak percaya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Vernan. "Apa kamu bilang Mas?"

"Dia bukan anak kita, gada setetes darahku ngalir di tubuh anak itu."

Janetta menangis menarik kerah Vernan keras. "Jahat kamu Mas, dia anak kita itu mutlak mau sedarah atau bukan dia anak kita. Kita besarin dari kecil, tega banget kamu ngomong kayak gitu? Gimana kalo Risa dengar?!"

Vernan berdecih. "Anak kamu bukan anakku."

"Mas, kenapa kamu tiba-tiba brengsek kayak gini ha? Papi macem apa kamu?"

Vernan tidak terima. "Papi macem apa kamu bilang? Kamu ngaca Janetta! ibu macem apa kamu biarin anaknya pake baju gak bener didepan umum? Biar dilecehkan banyak orang? Fashion-fashion fuck! Asal kamu tau Janetta? gausah orang luar, kamu bahkan mancing sisi buas aku sendiri asal kamu tahu? Kamu mau aku perkosa anak kamu it-"

Plak.

Janetta marah, ia tersinggung dan merasa tidak enak dengan kalimat Vernan padanya. "Binatang, kamu bukan manusia Mas. Binatang kamu! Orangtua beradap gakan jadiin anaknya objek nafsu apalagi mikir sampai situ."

"Aku binatang, kamu yang mancing binatang buas disebut apa Janetta? Semua bermula dari kamu. Sekali lagi aku kasih peringatan! Jangan sampai karena kamu, aku melewati batas ku sebagai orangtua beradap dan beralih jadi binatang buas."

Janetta meremat tangannya kalut, ia menatap punggung Vernan yang pergi begitu saja setelah mengatakan hal itu. Dia tidak ke kamar melainkan keluar rumah lagi lalu Janetta dengan suara mobil melaju dengan cepat.

Janetta mengusap cepat air matanya sembari menahan rasa sakit kepalanya yang seolah-olah ingin meledakkan kepalanya sembari menatap lift, ia memutuskan menemui Risa sekarang. Anaknya itu mungkin butuh pelukan darinya karena dibentak oleh Vernan tadi.

Risa menangis keras sejak tadi. Ini pertama kalinya gadis itu dibentak oleh Vernan jadi rasanya benar-benar sakit, terkejut dan campur aduk. Vernan benar-benar marah besar padanya, terlebih lagi gara-gara dirinya Janetta jadi dimarahi juga. Risa tidak tahu apa yang akan Papinya itu katakan pada Maminya. Yang pasti, itu akan sangat menyakitkan untuk didengar.

Risa menoleh mendapati pintu diketuk dan dengan cepat mengusap air matanya lalu berdiri membuka pintu menemukan Janetta yang tersenyum hangat. "Mami boleh masuk?"

Risa yang masih terisak pun mengangguk. Gadis itu jalan lebih dulu dan duduk diranjang disusul Janetta di sampingnya. "Gausah diambil hati omongan Papi kamu sayang. Dia emang lagi gak mood aja akhir-akhir ini, makanya kelepasan bentak Risa kayak gitu."

Risa menggeleng dengan isakan. "T-tapi tadi Papi gamau maafin Risa, Mi. Risa takut."

Janetta menggeleng mengelus bahu anaknya lembut. "Sebenernya bukan gamau maafin Risa, Papi butuh waktu aja itu. Nanti juga kalo kerja pasti Risa diajak ngomong kan?"

Risa menatap polos Janetta. "Beneran?"

Janetta tersenyum kecil menahan gemas. "Iya dong, kan Risa kesayangan Papi dan Mami iya kali dimarahin berhari-hari kan?"

Risa menangguk semangat memeluk Janetta erat. "Risa lupa, kan Risa princessnya Papi sama Mami."

Janetta tersenyum hambar menatap nyalang foto ketiganya di meja nakas samping ranjang. Berharap dua kemungkinan terjadi sesuai keinginannya dan tidak ada satupun orang yang keberatan dengan itu meski dirinya harus mengorbankan hidupnya sendiri, ah tidak hidupnya memang sudah tidak lama lagi jadi semuanya harus benar-benar teratur sebelum itu benar-benar pergi.







°°°



"Anjir udahan lo minumnya setan!"

Rangga sudah panik menghentikan Vernan yang masih menenggak biru ditangannya tanpa menghiraukan dirinya. "Gue muak sama orang rumah, Ngga."

"Iya iya gue tau, tapi mikir anjing. Lo ada masalah sama orang rumah tapi ngerusak diri lo sendiri, tolol."

Vernan tertawa mulai ngelantur. "Lo tau bangsat, gue haha gue jilat ludah sendiri. Gue pengen tidur sama anak sendiri haha."

Rangga terkejut, tidak menyangka omongan bercandanya kepada Vernan setiap ketemu itu ternyata Vernan benar-benar merasakannya. "Bapak anjing lo."

Vernan yang tertawa langsung sedih. "Gue nafsu gila bangsat sama anak sendiri, bapak macem apa gue?"

Rangga mendorong keras Vernan hingga menabrak keras punggung sofa ketika pria itu berusaha memeluknya. "Modelan bapak dajjal kayak lo harusnya dikebiri, gue pikir lo beneran lurus anjing. Lo anggep candaan gue kayak biasanya, ini malah seriusan begitu lo."

"Ini semua gara-gara lo dan Janetta, Ngga. Kalo lo gak mancing gue buat mikir kotor dan Janetta gak ngasih baju minim ke Risa mungkin gue gakan se brengsek ini."

Rangga menoyor kepala Vernan cukup keras. "He emang lo nya aja yang kurang iman, jangan nyalahin orang lain Ver. Semua yang terjadi itu bermula dari diri lo sendiri, kalo lo nya gamau ya gakan mau. Beda cerita kalo dari awal lo punya pikiran kotor ke anak lo itu, mau lo sekuat tenaga nahan pun kalo hati kecil lo mau anak lo ya lo bakalan tetep kotor makanya dengan dorongan gue dan Janetta lo malah makin gak berotak mikirnya."

Vernan terdiam, ia benar mabuk tapi otaknya masih mencerna apa saja yang Rangga katakan seolah-olah kebenaran dan kesalahan semuanya berasal dari dirinya sendiri bukan orang lain. "Lo gakan tau rasanya gue nahan diri untuk gak ngelewatin batas tapi sekitar gue malah kayak setan dorong gue buat mikir kesitu."

"Yaelah coba aja ntar anak lo suruh pake gamis pas kerja, masih bisa tahan gak lo? Kalo tahan hebat, kalo gak tahan potong aja titid lo."











AUTHOR NOTES.

JADI YANG BENER SALAH SIAPA INI?

VERNAN UDAH GATAHAN CUMA BELUM ACTION AJA. KIRA-KIRA KAPAN PINDAH PERTAHANAN SUGAR DADDY INI YA???

THANKS FOR SUPPORT ME!

[ADULT]KASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang