Prolog: Butterfly War Parade

13 0 0
                                    

Ganti background => hitam⚫

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ Prolog ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Hujan. Secara tiba-tiba terdengar kabar kilat dari dangao* bahwa hujan telah mengguyur seluruh dataran Alastin malam ini.

Parade peringatan perang kupu-kupu di ibu kota menjadi kacau balau. Puluhan pedagang bergegas mengamankan dagangan mereka. Rakyat biasa maupun bangsawan yang awalnya menantikan arak-arakan, sekarang dengan panik berlarian mencari tempat meneduh.

Di bawah kelap kelip lampu hias, inilah saat yang tepat bagi pencuri dan pelaku kejahatan lainnya melancarkan aksi mereka.




cit cit cit cit cit

Bunyi sepatu bayi milik putri kecil yang nakal itu mengejar bersama dengan langkah pendeknya. Berlari tak tentu arah. Tangan mungilnya berusaha menahan jubah penyamarannya agar tetap menjaga dirinya dari rintik hujan.

Dia tidak boleh meninggalkan jejak. Perjalanannya malam ini adalah rahasia.

Brukk

"Uhh... sakitt!!"

Putri kecil itu terjatuh, pantatnya mengenai genangan air. Lebih parahnya lagi, jubah di kepalanya terbuka, sehingga wajahnya kini terlihat jelas.

 Lebih parahnya lagi, jubah di kepalanya terbuka, sehingga wajahnya kini terlihat jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cr. Pinterest)

"Bangsawan, huh?"

Putri kecil itu meringis berusaha berdiri memegang pantatnya yang sakit. Tak sadar bahwa dua pria bertubuh besar di hadapannya menatapnya seolah menemukan mangsa.

"Kau lihat jepit rambut miliknya, itu emas bukan?!" bisik pria yang tadi menubruk putri kecil itu ke teman di sebelahnya.

"Heeh!" mendengar perkataan temannya, pria berjenggot tersenyum licik. Kemudian, menunduk mensejajarkan tubuh, berusaha terlihat baik. Karena di sekitar mereka masih ramai. "Maafkan saya nona kecil, apakah ada yang sakit?"

Putri kecil itu menggeleng spontan. Tidak mau berlama-lama. Tubuhnya sudah sangat basah. "Cana ingin pulang saja!"

Cana?

"Oh tidak nona kecil! Alangkah baiknya saya membawa anda ke kedai minuman di ujung sana, sekedar menghangatkan tubuh dengan secangkir coklat panas, bagaimana?" tawar pria berjenggot itu dengan tipu muslihatnya.

Coklat panas!

Cana mengangguk dengan mata berbinar. "Cana suka coklat panas! Ayo!!"

Putri kecil itu hampir saja meraih uluran tangan penculik itu. Namun, sebuah pedang lebih dulu terhumus tepat di samping leher kedua penculik tersebut.

"AKKKKK!!!"

Seluruh orang di sekitar mericuh dengan kedatangan prajurit keamanan. Lutut kedua penculik itu terjatuh di tanah. Tak sanggup melihat pedang bewarna putih, khas milik prajurit negeri 12 benteng.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Disaster Butterfly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang