Orang bilang anak tengah adalah anak yang paling diabaikan dalam keluarga, paling tidak disayang dan paling harus mengalah dengan saudaranya. Disaat anak pertama menjadi kebanggaan dan anak terakhir menjadi anak kesayangan, sedangkan anak tengah hanya menjadi penonton. Mereka selalu ada tapi seolah tidak pernah terlihat.
Dulu Kirana selalu berpikir bahwa orangtuanya memberikan kasih sayang sama rata dengan kakak dan adiknya. Semakin bertambahnya usia, dia pelan-pelan mulai sadar jika porsi kasih sayang yang diberikan untuk Kirana dan saudara-saudaranya sangat jauh berbeda.
Disaat Kak Reza, kakak Kirana mulai jahil dan mereka akhirnya bertengkar, ayah selalu berkata "Kirana yang sopan sama kakak, nggak boleh teriak-teriak". Lalu saat bertengkar dengan Fabian adiknya, ibunya akan memarahinya "Kirana kamu harus ngalah dong sama adiknya". Perkataan orang tuanya selalu diulang-ulang saat Kirana bertengkar dengan saudaranya, dia mulai merasa, kenapa selalu dia yang disalahkan? Kenapa harus selalu dirinya yang harus mengalah? Kenapa orang tuanya tidak pernah membela dirinya?
Saat bertanya kepada ibunya, Laras mengatakan jika kakaknya pintar dan rajin disekolah maka dari itu ayahnya, Andrian selalu membela sang kakak. Dan adiknya masih terlalu kecil untuk dimarahi. Jadi ibu selalu bilang jika Kirana harus menjadi anak yang baik dan pintar disekolah.
Kirana yang mendengar hal itu menjadi bersemangat untuk belajar, menjadi anak yang rajin saat disekolah. Tapi tidak ada yang berubah, ibu berbohong pada Kirana. Walau dia mendapatkan peringkat 1 sekalipun, ayah dan ibu tidak pernah membela Kirana. Orang tuanya bahkan selalu membanggakan kak Reza karena mendapat peringkat 2 dikelas. Kirana mengatakan jika dirinya lebih pintar dari kak Reza karena mendapat peringkat satu, tapi orangtuanya bilang jika pelajaran SMP lebih sulit dari SD jadi tentu saja lebih pintar sang kakak. Kemudian disaat Kirana sudah sekolah SMP dan selalu mendapat peringkat 1 paralel, orang tuanya masih membanggakan kak Reza yang saat itu mendapat peringkat 3 dikelas bahkan tidak masuk 10 besar peringkat paralel.
Setelah itu Kirana mulai sadar, mau sepintar apapun dirinya tidak akan pernah bisa mengalahkan kak Reza dimata ayah dan ibu.
Kemudian saat kak Reza ataupun Fabian sakit, orangtuanya akan sangat khawatir kepada mereka. Membawa mereka berobat, membelikan makanan yang mereka inginkan. Ibunya selalu menemani kak Reza ataupun Fabian tidur saat sakit, bahkan sampai kak Reza sudah kuliah dan Fabian yang sudah SMP. Entah itu hanya karena demam, sakit perut ataupun karena jatuh dari motor. Ibunya selalu bilang, takut ada apa-apa jika ditinggal saat sakit.
Lalu bagaimana dengan dirinya, kenapa dia tidak pernah mendapat perlakuan yang sama dengan saudaranya saat sakit. Kirana harus selalu bilang jika dirinya sedang sakit, baru orangtuanya sadar jika Kirana sakit. Setelah itu memberinya obat dan menyuruh Kirana untuk istirahat dikamar. Kenapa dia tidak ditemani? Kirana juga ingin ditemani saat sakit, ingin dipeluk ibu seperti saat ibu memeluk kak reza ataupun fabian saat mereka sakit. Ingin dibelikan makanan oleh ayah saat pulang kerja. Dulu Kirana selalu menangis saat sakit, ia merasa sendirian dan menyedihkan. Pernah satu kali Kirana bertanya kepada ibunya, laras mengatakan jika Kirana perempuan, jadi harus bisa mengurus dirinya sendiri. Saat itu Kirana belum paham jadi ia hanya menerima jawaban tersebut.
Kirana selalu berdoa agar orangtuanya juga menyayangi Kirana seperti saudaranya. Kirana juga berusaha untuk mengambil hati ayahnya dengan menjadi anak pintar disekolah, tidak menjadi anak yang boros, Rajin menabung, dan mematuhi perintah Andrian. Kirana juga ikut membantu ibunya memasak, membersihkan rumah ataupun menjaga toko kelontong yang dimiliki oleh orangtuanya. Berharap hal tersebut membuat orangtuanya sayang pada Kirana.
Tapi ternyata harapan Kirana tidak pernah terwujud, sampai saat Kirana menginjak SMA, orangtuanya masih seperti dulu. Sepertinya memang mau sekeras apapun usaha Kirana kasih sayang orangtuanya memang hanya untuk kakak dan adiknya. Saat ini Kirana mulai menerima, menyerah untuk berharap kepada kedua orangtuanya, Kirana merasa lelah.
Saat ini Kirana baru saja pulang dari sekolah, bersih-beraih, kemudian beranjak keluar kamar untuk makan, perutnya lapar karena belum makan siang saat disekolah.
"Bu, ini Kirana boleh makan ayamnya?" Tanya Kirana. Tangannya mulai mengambil piring dan sendok."Eh, itu buat kakak sama adik kamu, kamu makan yang lain aja" Jawab ibu dari dalam toko. Toko kelontong milik ibu memang berada teras rumah, hanya toko kelontong kecil, barang dagangannya juga hanya sedikit. Tapi menurut ibu lumayan untuk tambah uang belanja.
"Masih sisa 3 ayamnya bu, yang satu nggak boleh buat Rana?" Tanya Kirana lagi. Masakan ibunya memang enak, apalagi ayam goreng buatan ibunya menjadi salah satu menu favorit Kirana.
"Buat ayah kamu, kamu makan lainnya aja. Nasinya jangan ngambil banyak-banyak, beras lagi mahal. Lagian kamu perempuan, makannya dikit aja, jangan rakus"
Dulu mungkin Kirana akan menangis karena merasa dibeda-bedakan, tapi sudah Kirana bilang kan, jika dirinya sudah menyerah. Kirana mulai terbiasa dengan perlakuan kedua orang tuanya. Dia tidak mau berharap untuk kasih sayang yang tidak mungkin dirinya dapatkan.
"Iya bu, Rana ngambil dikit kok nasinya"
Setelah mengambil nasi dan lauk pauk, Kirana mulai makan dengan tenang. Sebenarnya Kirana sangat suka makan, dulu porsinya bahkan sama dengan kak Reza dan ayahnya. Tapi ibu selalu bilang, perempuan tidak boleh makan terlalu banyak. Ibunya selalu makan paling akhir, membiarkan ayah, kak Reza dan Fabian makan sebanyak apapun yang mereka inginkan, ibu akan makan lauk apapun yang masih tersisa.
Dulu Kirana selalu kasihan jika melihat ibunya seperti itu, tapi ternyata tanpa sadar hal tersebut juga berlaku untuk dirinya. Walaupun Kirana tidak makan paling akhir, dirinya kadang tidak diperbolehkan ibunya mengambil lauk terlalu banyak, atau tidak boleh makan salah satu lauk yang bahannya mahal seperti ayam, daging ataupun telur.
Menurut ibu biar para laki-laki saja yang makan banyak karena mereka nantinya yang akan bekerja. Ibu selalu ingin kak Reza dan Fabian agar gizinya terpenuhi, tumbuh tinggi dan sehat seperti anak-anak yang lain, lalu bagaimana dengan dirinya? Kirana juga masih dalam masa pertumbuhan, tapi yasudahlah, selagi dirinya masih diberi makan, Kirana harus bersyukur dan merasa cukup.
"Rana! Kalau udah selesai makan, cucian didapur kamu cuci sekalian, ibu belum sempet cuci piring tadi" Teriak ibu lumayan kencang.
Setelah menyelesaikan makannya Kirana segera mencuci piring, tumpukan piring-piring kotor dan alat-alat masak yang menggunung langsung mengambil alih etensi Kirana saat masuk dapur.
Kirana menghela nafas, tangannya mulai sibuk membuang bekas-bekas makanan yang tidak dihabiskan dalam piring, mubazir sekali pikirnya. Ini pasti piring bekas Fabian, adiknya itu memang selalu tidak bersih saat makan, dia akan mengambil lauk dan nasi yang banyak walau ujung-ujungnya tidak pernah dihabiskan, sedangkan Kirana diminta untuk mengambil lauk dan nasi sedikit.
Dan yang paling menjengkelkan selalu Kirana yang mencuci piring, bukan hanya mencuci piring sebenarnya, mencuci baju, menyetrika dan membersihkan rumah menjadi tugas tetap Kirana saat dirumah. Dulu Kirana memang suka karena ingin membantu ibunya, tapi lama-lama Kirana merasa jengkel kenapa hanya dirinya. Padahal kak Reza dan Fabian juga bisa membantu pekerjaan rumah.
Tapi sekali lagi ibu selalu bilang jika pekerjaan rumah adalah tugas perempuan, bukan kodratnya jika laki-laki yang mengerjakan pekerjaan rumah.
Baru-baru ini Kirana mulai menyadari, ayah tidak pernah sekalipun membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah, setelah pulang bekerja ayahnya akan makan dan istirahat, atau paling sering keluar dengan teman-temannya. Bahkan saat ada pelanggan di toko, ayah yang sedang duduk-duduk santai menonton TV, akan memanggil ibu yang saat itu repot didapur. Dan lebih parahnya, ibu juga tidak merasa keberatan akan hal tersebut.
Ibu seolah mewajarkan tindakan ayah, dan mendidik anak laki-lakinya sama seperti itu. Tidak memperbolehkan kak Reza dan Fabian membantu pekerjaan rumah, dan melimpahkan semua tugasnya kepada Kirana.
Ternyata saat Kirana dirumah kakek dan nenek dari pihak ibu, nenekpun melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan ibunya. Jadi sedari kecil ibunya sudah didik seperti itu oleh neneknya. Maka tidak perlu heran jika ibunya mendidik Kirana dengan cara yang sama.
******
Pict: PinterestAku nggak bisa janji cerita ini bakal sampai selesai. Kalau misal idenya mandek bakalan aku hapus.
Jangan lupa vote dan komennya
Buat 100 days sabar ya nulisnya belum kelar 🥰🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Deux
FantasyKirana selalu percaya dengan adanya kehidupan setelah kematian. Dia selalu berdoa agar diberikan kehidupan lebih baik saat hal itu terjadi. Bukan berarti kehidupan yang sedang dia jalani saat ini sangatlah buruk. Kirana bukan anak broken home, bukan...