Pulau Waktu #01

3 0 0
                                    

Aku merasakan hawa dingin menusuk-nusuk kulit. Bau tanah dan daun basah masuk ke indra penciuman, membuat kepalaku semakin pening. Aku mencoba menggerakkan tangan dan kaki, mengecek apakah kedua organ itu masih utuh. Setelah berkali-kali memperjelas pandangan, aku sadar jika aku terjebak di antara tumbuhan-tumbuhan yang padat. Saat aku mencoba bangkit, tumbuhan itu patah sana-sini, memberiku keyakinan jika ia gampang disingkirkan.

Pemandangan di sekitarku tidak jauh berbeda dengan hutan tropis lebat yang sering kulihat di layar televisi. Bedanya, tumbuhan di sini begitu rapat di antara pepohonan raksasa yang menjulang. Aku tidak bohong soal tumbuhan raksasa, karena yang bisa kupandang hanya titik-titik kecil yang menghalangi sinar matahari masuk. Tumbuhan perdunya pun tak kalah besar, lebar daunnya kuperkirakan tak kurang dari lengan bawahku.

BRUK!

"Aaaargh!" Aku memekik kaget saat sesuatu jatuh mengenai kepalaku. Benda itu menelusup di antara tumbuhan yang mengelilingiku. Penasaran, aku mengulurkan tangan dan berusaha mencari benda itu. Setelah aku menyentuh benda itu—keras, basah, dan agak berat, aku menariknya sekuat tenaga.

Oh, itu buku peminjaman Alan.

Meski tampak basah, kertas-kertasnya masih aman. Yang tidak kusangka sebelumnya, ternyata buku itu ikut terbawa ke alam antah berantah ini. Aku bahkan tidak ingat membawanya. Yang aku ingat hanyalah suara bisik-bisik yang begitu asing, tapi sangat dekat dengan telingaku. Yah, meski aku yakin itu hanyalah halusinasi dari orang yang berada di ambang kematian.

Tunggu, kematian? Apa aku sudah mati? Lalu, alam apa ini? Jika aku sudah mati, kenapa berada di hutan seperti ini? Atau sebenarnya ini bukan hutan?

Pertanyaanku dijawab oleh seekor musang besar yang tiba-tiba melompat ke arahku. Aku memekik kaget, sekali lagi, namun urung menjerit. Musang itu menggeram padaku, namun aku diam saja karena terlalu terpukau dengan hewan berbulu coklat gelap itu. Ini pertama kalinya aku melihat musang secara langsung. Dan ... dia terlihat lebih imut daripada yang di tv.

Tanpa sadar, aku mengulurkan tangan, hendak menyentuhnya. Musang itu kembali menggeram, namun tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerang. Sampai tanganku menyentuh moncongnya, musang itu tetap diam. Aku mengusapnya dan geraman itu pun berhenti. Musang itu mengusapkan moncongnya ke tungkaiku hingga aku terpaksa berdiri. Setelah itu dia melompat ke samping dan kembali menggeram, seolah menyuruhku mengikutinya.

Pelan-pelan, dengan menahan rasa sakit di kaki, aku berjalan terseok-seok di belakang musang itu. Saat tumbuhan sudah semakin jarang dan pohon-pohon semakin menjulang tak karuan, musang itu menghilang. Membuatku kembali terkaku-kaku sendirian di antara pohon raksasa. Namun, pikirku, setidaknya aku sudah tidak terjebak di antara tumbuhan perdu.

Mengikuti insting dan dorongan rasa lapar, aku berkeliling untuk mencari sesuatu yang bisa kumakan. Beberapa kali aku menemukan beberapa spesies buah, namun sepertinya buah itu diciptakan hanya untuk hiasan hutan atau penipu burung karena rasanya sungguh pahit dan keras.

Pada akhirnya, aku kembali ke tempat semula.

Perpaduan antara rasa ngilu dan lapar terasa sungguh menyiksa, aku bersumpah. Tubuhku sudah tidak memiliki tenaga sama sekali. Saat matahari tumbang di barat dan cahayanya ditelan pepohonan, aku terbaring lemas di bawah pohon. Burung-burung berkoak-koak di atasku, kembali ke sarang. Hingga gelap mengambil alih alam, aku tetap tidak bergerak.

Seandainya...

Aku mendekap buku Alan erat-erat. Bagaimanapun, buku itulah satu-satunya yang bisa membantuku di dunia tidak dikenal ini. Jika saja tidak ada buku ini, mungkin aku akan mati keracunan karena asal memakan buah. Tapi sialnya, buku ini membuatku tidak bisa mendapatkan makanan—kecualikan hewan, yang satu ini aku memang tidak berniat memakannya mentah-mentah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NATUREXILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang