Vioner dan Fiko sedang makan di kantin kampus. Biasanya mereka bersama Ecan juga, tetapi entah mengapa pemuda itu belum tampak juga sedari tadi. Pasalnya Ecan selalu paling awal ke kampus dari mereka.
"Kamu nggak liat Ecan? Biasanya kan dia sama kamu terus," celetuk Vioner pada Fiko duduk di sampingnya yang sibuk menyeruput mi instan pedas.
Fiko berdesis karena rasa pedas. Ia menggeleng untuk menanggapi pertanyaan Vioner. "Nggak tau. Biasanya emang datang cepet," sahut Fiko seadanya. Ia meraih sebotol minuman yang masih belum dibuka labelnya.
"FIKOFIKOFIIIKKK!!! Onerrrr!!!!"
Fiko hampir tersedak mendengar suara menukik Ecan memasuki kantin. Tampak adik dari Sugian itu dengan antusias menghampiri meja mereka. Pria bernama lengkap Ehsan Elpiji itu langsung duduk di hadapan mereka berdua.
"Kalian berdua harus tau ini!" ucap Ecan sambil menghentakkan kedua kepalan tangannya di meja, membuat mangkuk di atasnya sedikit terguncang.
"Bisa nggak lu sehari aja normal?" tanya Fiko tampak malas.
"Nggak bisa," sahut Ecan ringan. Ia kemudian memfokuskan pandangannya pada Vioner. "Lo udah tau nggak Tante Bunga dibebasin dengan uang jaminan dari kakaknya? Bapak lu juga bersedia tuh cabut tuntutan," lontar Ecan terlihat gemas ingin memangsa manusia.
"Tante Bunga bebas? Kapan?" tanya Vioner terkejut.
"Serius lo, Can? Barusan banget dapat infonya?" tanya Fiko.
"Itulah alasan gue telat. Emang kalian nggak ngerasa janggal gue nggak ada di kampus?" sahut Ecan dengan raut wajah juteknya.
"Ngerasa sih. Kan lo kek setan ada di mana-mana," sahut Fiko.
"Udah lo sono jauh-jauh. Gue temenan sama Oner aja. Sana lu!"
"Nyenyenye. Gitu aja ngambek."
"Kamu liat dimana, Can? Kok saya baru tau," tanya Vioner.
"Tadi malam gue dapat kabar kalau temen dari temen gue masuk penjara. Jadi si temen gue itu minta temenin buat besuk, mau ngobrol bentar katanya. Ya udahlah gue ngikut. Kami berkunjung jam delapan lewatan gitu. Gue nggak mau ikut masuk ke dalem, gue nunggu di luar aja gue bilang. Nah, nggak sengaja gue liat Tante Bunga masuk ke dalam mobil, yang nyetir bapak-bapak gitu. Auto penasaran dong gue, gue masuklah ke kantor buat nanyak-nanyak. Ternyata beneran emang dibebasin karena Papa lo udh cabut tuntutan. Gue denger juga tuh bapak yang bawa dia kasih duit jaminan. Ada yang nyeletuk gitu sambil ketawa," tutur Ecan panjang lebar.
"Wah, nggak bagus nih. Gue nggak percaya Tante Bunga bakalan insyaf. Baru 3 bulan loh dikurung, setannya belum keluar semua," celetuk Fiko.
"Dari mana lu tau setannya ada berapa?" tanya Ecan dengan tatapan julid.
"Saya harus ke rumah Papa habis pulang ngampus. Saya harus pertanyakan ini," ucap Vioner. Pemuda itu tampak tak suka mendengar kabar dari Ecan.
Ecan melirik Fiko, ia meneguk salivanya. Tiba-tiba merasa canggung dengan suasana yang tercipta.
"Gue ikut, Vi," celetuk Fiko.
"Gue juga. Gapapa toh?" celetuk Ecan.
"Lagian kan bokap lo udah baik, nggak bakal gimana-gimana sama kita. Lo juga anak beliau kan? Nggak masalah dong kalau ada temen anaknya yang bertamu," ujar Fiko mencoba menyakinkan Vioner yang tampak ragu.
Vioner yang tadinya terdiam dengan pemikirannya, lantas mengangguk juga pada akhirnnya. "Oke kalian boleh ikut. Saya berharap sih Ecan salah liat tadi. Soalnya kemarin itu Papa cuma bilang berita kehamilan Tante Bunga doang, nggak bilang mau cabut tuntutan."
KAMU SEDANG MEMBACA
THANK YOU, AYAH [BROTHER SEASON 2]
Ficción GeneralBADAI PASTI BERLALU. Memang benar badai pasti berlalu. Tapi bukan berarti ujian hidup akan hilang selamanya dari kehidupan seseorang. Hakikat kehidupan itu apa? Kalau tidak ada ujian sama sekali, bukan hidup namanya. Sejatinya manusia punya keimanan...