Vioner menunggu Fiko dan Ecan di parkiran mobil. Posisinya sekarang duduk di depan mobilnya sambil membalas pesan dari seseorang yang tak ia kenal. Vioner bukan orang yang senang meladeni orang iseng. Tetapi setelah membaca chat dari orang itu, membuat rasa penasaran Vioner tergugah juga. Seseorang yang mengirimi pesan tersebut tahu seluk-beluk hidupnya. Mulai dari ia kehilangan ibunya hingga permasalahan Vioner yang kelar beberapa bulan yang lalu.
Salah Sambung
Gue tau kok lo anaknya Om Handika 'kan? Nyokap lo udah meninggal karena serangan jantung.Gue juga tahu lo sekarang tinggal di rumah pria dewasa bernama Andro yang baru aja menikah 3 bulan lalu dengan Loria. Betul?
Vioner
Sebenarnya kamu siapa? Kenapa tahu hal itu? Kamu penguntit, ya?Saya nggak suka berurusa dengan orang iseng. Katakan kamu siapa dan maumu apa.
Salah Sambung
Gue cuma mau temenan, Vioner. Tadi lo bilang nggak mau save nomor orang nggak dikenal 'kan?Nah, itu gue udah sebutin soal kehidupan lo. Berarti kita orang yang dekat dong, ya. Saling kenal. Nggak! Harus kenal pokoknya.
Vioner
Oke, anggap saya mau temenan sama kamu. Sekarang jawab pertanyaan saya.Kamu siapa?
Salah Sambung
Kamu ke rumah Papamu hari ini. Kita kenalan langsung di sana.Saking fokusnya pada ponsel, Vioner sambil tak sadar jikalau Fiko dan Ecan sudah berjalan mendekatinya. Ecan ingin iseng mengagetkan Vioner, tetapi Fiko menarik kerah kemejanya dari belakang.
"Apaan sih, Fik. Kagetin dia doang," komentar Ecan tak suka.
"Ntar Hp orang jatoh lo kagetin."
Vioner yang mendengar suara kedua orang itu, lantas mendongkak wajahnya. Ternyata orang yang ia tunggu sudah ada di hadapan matanya.
"Mobil saya 'kan?"
"Iya, Vi. Kita berdua ikut mobil lo aja. Mobil Ecan biar aja tinggal di sini," sahut Fiko.
"Oke. Kita jalan sekarang aja," kata Vioner seraya membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalamnya. Fiko duduk di samping Vioner, sedangkan Ecan memilih duduk di kursi belakang.
Sepanjang perjalanan Vioner kepikiran soal orang misterius itu. Perasaannya tak enak begitu orang tersebut bilang menunggunya di rumah ayahnya. Siapa dia? Apakah ada hal yang mengejutkan yang akan segera ia ketahui setelah ini?
Kurang lebih 30 menit mereka telah sampai di perumahan elit rumah Handika. Ecan yang sempat terlelap sebentar, lantas terbangun begitu Fiko melempar dirinya dengan permen.
"Eh, sudah sampai?" Ecan menelisik ke arah luar jendela mobil.
"Buru keluar!" ujar Fiko yang baru saja menutup pintu mobil.
Vioner menekan bell rumah. Tak lama pintu terbuka menampilkan sosok Bi Ami—pembantu rumah Handika semenjak Vioner kecil.
"Eh, Den Vio. Masuk, Den!"
"Iya, Bi. Makasih."
Vioner diikuti Fiko dan Ecan memasuki rumah besar itu. Sesampai di ruang tengah, ia dihadapkan dengan pemandangan Handika yang sedang memasangkan kalung di leher Bunga. Bunga yang duduk di sopa pun menoleh, wanita itu terlihat semringah melihat kedatangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANK YOU, AYAH [BROTHER SEASON 2]
Genel KurguBADAI PASTI BERLALU. Memang benar badai pasti berlalu. Tapi bukan berarti ujian hidup akan hilang selamanya dari kehidupan seseorang. Hakikat kehidupan itu apa? Kalau tidak ada ujian sama sekali, bukan hidup namanya. Sejatinya manusia punya keimanan...