Chapter 25 : Distance

333 40 14
                                    

Titik-titik peluh menghiasi kulit wajah Jiae saat turun dari mobil Jimin. Rona merah berpendar di wajah dan leher sontak membuat Jimin merogoh sapu tangan berwarna putih dari saku celana kemudian menyeka wajah wanita di hadapannya. Jiae terkikik geli saat menyadari kesibukan Park Jimin mengurusnya. Jimin bukan hanya sekadar menyeka wajah, namun juga menggosok area leher seolah berharap dapat menghilangkan jejak merah yang ia tinggalkan di sana.

"Aku khawatir kau akan membuat kulitku iritasi jika terus menggosoknya seperti sedang menggosok kupon berhadiah," komentar Jiae sehingga Jimin menghentikan kesibukannya, menyorot lekat seolah menyatakan permintaan maaf.

"Aku tidak sadar sudah membuat terlalu banyak tanda. Kau akan kesulitan besok pagi." Pria itu berujar dengan nada khawatir.

"Aku akan menggunakan scarf untuk menutupinya."

"Kau tidak pernah memakai hal-hal seperti itu di wilayah kantor. Orang-orang akan berprasangka."

"Mereka akan penasaran. Aku hanya perlu menjawab bahwa aku sedang antusias melakukan kencan buta dengan seorang pria tampan dan mapan yang rupanya tergila-gila padaku sampai tak sanggup menahan diri." Jiae tertawa pelan usai mengungkapkan hal itu, begitu pun Jimin yang ikut menyemburkan tawa, tak berlangsung lama sebab matanya melirik ke sisi lain dan menyadari seseorang tengah memperhatikan mereka dari puncak undakan rumah utama.

Jiae terpaku sesaat mengamati perubahan ekspresi di wajah Jimin lantas bergegas menoleh dan menemukan sosok Shin Jihwan berdiri dengan kedua lengan menyilang di depan dada. Netra wanita itu menyorot tajam sekaligus menyelidik seolah baru saja menangkap basah seseorang bertindak tak menyenangkan di wilayahnya. Lingkar hitam tak sehat membayang di bagian bawah matanya karena kurang istirahat. Kulitnya putih mendekati pucat sehingga terlihat seperti mayat yang diberi nyawa dalam balutan gaun tidur mahal. Jihwan tidak berusaha turun dan mengunjungi keduanya. Dia jelas menanti untuk dihampiri alih-alih menghampiri dan menjadi tuan rumah yang bersikap hangat.

"Kakakku," bisik Jiae dengan hati-hati.

"Bisa kulihat. Dia cantik, tapi kelihatannya tidak terlalu sehat," balas Jimin lewat bisikan pula. "Apa yang terjadi? Kalian sungguh baik-baik saja?" lanjutnya bertanya, justru terlihat peduli sungguhan alih-alih sekadar penasaran. Jiae menyorot lekat sejenak ke mata pria itu sebelum berakhir menggeleng karena tak mampu memberi penjelasan. Jiae akan bercerita panjang lebar saat ini juga andai berani memulai.

"Tidak perlu menghampiri dia, kau bisa pulang sekarang. Aku yang akan menghadapinya," kata Jiae meyakinkan. Jimin lekas menyulam senyum geli.

"Yang benar saja. Jangan kira aku pengecut," balas pria itu lantas tanpa aba-aba bergegas mendaki anak tangga sehingga mata Jiae terbelalak kaget. Jiae memutar kepalanya kaku saat mendapati Jimin sudah berdiri di hadapan sang kakak dengan sikap ramah lalu tanpa sadar sudah menggerakkan kakinya untuk menyusul.

"Selamat malam. Senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan Anda. Saya Park Jimin." Inisiatif pria itu untuk memperkenalkan diri lebih dulu luar biasa mengagumkan. Saat Jimin mengulurkan tangan, Jihwan melirik beberapa saat seolah berpikir dahulu sebelum menyambut. Jiae mengerutkan kening, mengamati raut wajah Jihwan yang sama sekali tak berminat menilik ke arahnya. Perhatian Jihwan hanya mengarah pada Jimin, berusaha mencermati hingga akhirnya menyambut uluran tangan pria itu setelah merasa yakin.

Jihwan tentu saja mengenali wajah pria itu. Dia melihat pria itu pertama kali saat di pernikahan Jiae. Cara pria itu menyelamatkan sang adik dengan menawarkan pernikahan di tengah-tengah acara yang berlangsung kacau sungguh di luar dugaan. Tapi kemudian Jiae menolaknya dengan alasan bahwa mereka tidak saling menyimpan rasa dan di sisi lain pula Jiae masih mengalami syok mendapati pelaksanaan pernikahannya dengan Kim Namjoon berakhir gagal. Setelah insiden itu, Jihwan kembali melihat Jiae dan Jimin bersama di bioskop. Jihwan tidak menyangka saat itu acara kencannya dengan Jungkook akan mempertemukan ia dengan Jiae dan Jimin di tempat yang sama, hingga ia memutuskan untuk diam-diam mengamati pergerakan sang adik, meski sempat menimbulkan kekacauan kecil, menghujani pasangan itu dengan seporsi besar popcorn.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trapped by LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang