Chapter 2 : Closer

6.7K 1K 167
                                    

[Song : Hailee Steinfeld, BloodPop - Capital Letters]

Pekerjaan ini tidak mudah. Sama sekali tidak. Jiae sudah berusaha berulang kali meyakinkan diri bahwa ia pasti dapat menghadapi problemnya. Tapi keyakinan itu pula yang seringkali menghancurkan ekspektasinya.

Berhadapan dengan Jimin bukan perkara mudah. Ada banyak hal yang membuatnya merasa pria itu begitu menyebalkan. Terkadang Jiae sangat ingin memukul atau menendang kemaluannya untuk membuat Jimin sadar karena telah berlaku semena-mena padanya.

Dia tidak lagi diperlakukan seperti sekretaris, melainkan seperti seorang babu. Ada kalanya Jiae harus berusaha mati-matian untuk menahan kemarahannya, menarik napas dalam-dalam lalu menyemburkannya secara kasar. Andai embusan napasnya dapat menyebabkan angin topan, maka Jimin tentu adalah target utama yang akan menjadi korban.

Katakanlah, di balik senyum menawan serta kesabarannya, Jiae menyimpan dendam kesumat dan sebenarnya ingin mencekik Jimin. Tingkat kejengkelannya sudah benar-benar di ambang batas.

Sekarang ia melangkah berdampingan dengan Jimin, melihat jelas bahwa pria itu melintasi lorong dan terkesan angkuh, menyahut seadanya saat berpapasan karyawan lain yang menyapa. Jiae memahami jelas mengenai sifat Jimin yang satu ini. Tapi nampaknya, tak satu pun dari karyawan kantor yang merasa jengkel menghadapi Jimin.

Ada satu hal yang mungkin membuat orang-orang tetap menyukai karakter Jimin. Ia terlihat sedikit dingin, tapi begitu hangat di dalamnya. Tak jarang pria itu memberi pendapat serta saran usai mengomentari pekerjaan para karyawan. Dia tidak melepaskan begitu saja, mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki dan membangun motivasi. Visi dan misinya sungguh totalitas. Tentunya Jimin akan selalu mementingkan perusahaan tetapi tidak melupakan tugasnya untuk membuat kondisi para karyawan tetap stabil.

Begitu sampai di area parkir, Jimin langsung melemparkan kontak mobil pada Jiae sehingga wanita itu menangkap sigap dan mengerjap beberapa kali. Dia tersenyum tatkala Jimin menengok dengan tatapan datar lalu berniat membukakan pintu namun Jimin malah menahan tangannya sehingga sepasang manik keduanya segera bertemu di satu titik.

"Bos⸺"

"Tugasmu hanya menyetir. Aku bisa membuka pintu untuk diriku sendiri," kata Jimin sambil menepis tangan Jiae lalu bergegas membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.

Sesaat Jiae menganjurkan bibirnya sebal lalu menyemburkan napas seraya memutari mobil dan mengambil posisi di bagian kemudi. Selama menyetir, ia menyadari bahwa Jimin lebih banyak diam hari ini. Pria itu memijit pangkal hidungnya sesekali sambil mengembuskan napas, gelisah lalu berakhir menyandarkan punggung pada jok mobil dan mulai memejamkan mata. Sepanjang perjalanan, Jimin terlihat tidak nyaman, membuat Jiae mengerucutkan bibir dan berpikir bahwa mungkin kehadirannya lah yang membuat Jimin merasa terganggu.

"Sir, Anda baik-baik saja, kan?" tanya Jiae hati-hati saat rungunya mendengar Jimin berdecak satu kali tanpa menyingkap kelopak matanya sedikit pun. Hingga beberapa menit lamanya, Jiae tak mendengar jawaban apa pun. Jeda panjang yang sunyi itu membuat Jiae jadi serba salah dan memilih diam sampai akhirnya mendengar Jimin berbicara lirih, nyaris seperti gumaman daripada ajakan untuk mengangkat topik obrolan.

"Apa menurutmu Naomi benar-benar suka padaku atau hanya ingin memanfaatkanku, Ji?" Jimin bertanya tanpa melirik wanita di sampingnya, sementara Jiae menelengkan kepala sebentar sambil memikirkan jawaban atas pertanyaan pria itu. Oh, tumben sekali Jimin tertarik membahas nama wanita itu.

Ryu Naomi. Dari keseluruhan, sebenarnya wanita itu sangat menarik. Sempurna, malah. Tapi entah mengapa Jimin terlihat tidak tertarik pada Naomi. Jimin pernah mencetuskan bahwa tipe idealnya adalah wanita pintar. Tentu saja Naomi sudah memenuhi syarat. Cantik; lagi-lagi Naomi memilikinya. Bertubuh seksi; ya, Naomi benar-benar indah. Lekuk tubuh aduhainya tidak pernah membuat para pria berani menyodorkan ibu jari yang menghadap ke bawah padanya. Profesinya sebagai pramugari juga bisa menjadi nilai tambah yang mutlak sampai-sampai membuat Jiae tidak mengerti letak kekurangan wanita itu. Ah, mungkin ada satu hal. Perilakunya. Jiae tidak menyukai beberapa perilaku wanita itu. Terlalu angkuh, misalnya.

Trapped by LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang