Sebelum baca sebaiknya vote dulu, ya. Nggak susah dan nggak bayar kok, kalian tinggal klik bontang yang ada di sebelah fitur komentar. Terima kasih.
—oOo—
"Pokoknya aku nggak mau, Bu. Aku masih ingin gapai cita-cita aku dulu. Aku nggak mau kalau harus ikut berpartisipasi di pernikahan masal!" tolak Andin.
Andin yang baru saja pulang, dibuat terkejut oleh perkataan ibunya yang mengatakan, jika salah satu tokoh masyarakat meminta dirinya dan semua anak gadis yang berusia 20 tahun untuk mengikuti pernikahan masal di desa mereka.
"Kamu tidak boleh menolak Andin, ini sudah menjadi keputusan semua orang. Bahkan Ibu dan Ayah sudah menyetujui hal tersebut," ucap Ibu Sarah mencoba membujuk putrinya. "Lagi pula, bukan hanya para gadis, tapi para pemuda di desa ini juga harus ikut dalam acara itu," ucap Ibu Sarah memberitahu.
"Tetap saja, Bu. Aku nggak mau, aku tidak ingin menikah!" tolak Andin sembari berjalan ke kamarnya.
BRAK!!
Andin menutup pintu kamarnya dengan sangat keras hingga membuat Ibu Sarah mengelus dadanya karena sangat terkejut. Dia tidak menyangka jika putrinya akan berbuat seperti itu. Padahal sedari dulu, dia tidak pernah mengajarkan anaknya berbuat kasar seperti itu dan hal itu membuat Andin tumbuh menjadi gadis yang lemah lembut di mata ibunya.
—oOo—
Sementara itu di dalam kamarnya, Andin berdiri menyandarkan tubuhnya di balik pintu. Sungguh dia sangat kecewa dengan Ibu dan ayahnya. Bagaimana bisa mereka menyetujui dirinya akan ikut berpartisipasi dalam acara nikah masal di desanya.
Hah!
Andin mendesah.
Sungguh hal itu membuat Andin sangat kesal. Saking kesalnya Andin tidak sadar jika dirinya tadi menutup pintu kamarnya dengan sangat keras.
"Astaghfirullah hal'adziim, apa yang udah aku perbuat tadi. Pasti Ibu sangat kecewa sama aku," ucap Andin penuh penyesalan saat menyadari perbuatannya yang sungguh tidak sopan.
"Tapi mungkin dengan ini, Ibu akan membatalkan rencana pernikahan yang harus aku ikuti," gumam Andin sembari berjalan menuju tempat tidurnya.
Andin membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia menatap langit-langit. "Apapun alasannya aku tetap nggak mau nikah. Lagipula siapa sih yang mau menikah sama aku."
—oOo—
Hari terus berganti, hingga akhirnya tiba di mana di desa Andin akan di selenggarakan acara pernikahan masal. Akan tetapi, di hari ini Andin yang seharusnya mengikuti acara pernikahan masal yang akan di selenggarakan di lapangan balai desa malah mengunci dirinya di dalam kamar. Ibu Sarah yang sedari tadi mencoba membujuk putrinya itu untuk membuka pintu kamarnya, tetapi sia-sia saja.
"Andin sayang. Ayo dong buka pintunya, sebentar lagi acara pernikahannya mau di laksanakan. Masa kamu sebagai mempelai perempuan nggak datang ke acara tersebut sih. Ayo sayang, dibuka. Kita berangkat ke balai desa," ucap Ibu Sarah masih sabar membujuk putrinya itu.
"Nggak mau! Aku nggak mau menikah. Kalau Ibu mau ke balai desa Ibu pergi aja sendiri," ucap Andin dari balik pintu.
"Kok Ibu yang disuruh berangkat sendiri sih. 'Kan yang mau nikah itu kamu, ya berangkatnya harus sama kamu dong. Memangnya kamu nggak mau tau apa siapa calon suami kamu," tanya Ibu Sarah.
Andin yang sedang berada di dalam kamar terdiam, mendengar ucapan ibunya barusan. Namun, dia segera menggelengkan kepalanya, menghilangkan rasa penasarannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Ustadz Muda
RomanceAndini Anggraini, gadis berusia 20 tahun yang ingin menggapai cita-citanya. Namun, dia harus mengubur cita-citanya karena harus menikah muda akibat harus ikut serta dalam acara pernikahan masal di desanya. Sebenarnya Andin menolak mentah-mentah akan...