Aku Yang Rugi

14 2 0
                                    

Sebelum baca sebaiknya vote dulu, ya. Nggak susah dan nggak bayar kok, kalian tinggal klik bontang yang ada di sebelah fitur komentar. Terima kasih.

—oOo—

Ayah Surya berjalan mondar-mandir, ia terlihat sangat bingung. Bagaimana tidak bingung, putrinya kabur saat akan mengikuti pernikahan masal. "Bagaimana ini, Bu?" tanya Ayah Surya sambil menatap istrinya.

"Ibu juga bingung, Yah," jawab Ibu Sarah. "Apa lebih baik, sekarang kita ke balai desa dan mengatakan jika Andin tidak bisa datang."

Ayah Surya menundukkan pandangannya sebentar, setelahnya ia menatap Ibu Sarah lagi. "Tapi Ayah tidak enak, Bu."

"Enak tidak enak kita harus mengatakan nya, Yah. Terutama pada calon suami Andin."

Ayah Surya memikirkan apa yang baru saja di katakan istrinya. "Baiklah, kalau begitu ayo kita segera ke balai desa."

Setelah itu, Ayah Surya dan Ibu Sarah berangkat ke balai desa. Mereka mengatakan semua yang telah terjadi pada calon suami Andin.

—oOo—

Sementara di tempat lain, lebih tepatnya di desa sebelah desa Andin. Andin turun di depan rumah sahabatnya. Ia melepas helm yang ia kenakan.

"Terima kasih ya, Bang," ucap Andin sembari memberikan helm dan uang pecahan dua puluh ribu rupiah kepada abang tukang ojek.

"Sama-sama, Neng," jawab si abang tukang ojek. Setelah itu, si abang tukang ojek langsung pergi dari sana. Sementara Andin, ia berjalan menuju teras rumah sahabatnya.

Tok … tok … tok …

"Assalamu'alaikum," ucap Andin memberi salam. Andin menunggu sebentar, tetapi tidak ada jawaban.

"Assalamu'alaikum." Andin kembali mengucapkan salam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah," balas seseorang dari dalam rumah.

Tidak lama pintu rumah itu terbuka. Memperlihatkan seorang gadis yang sangat di kenal oleh Andin. "Andin?" gumam gadis di depan Andin.

Gadis di depan Andin terlihat bingung dengan keberadaan Andin di rumahnya. "Kamu kok ke sini? Bukannya sekarang kamu seharusnya lagi di acara pernikahan massal ya?" tanya gadis itu bingung.

"Panjang ceritanya, Mir. Sebaiknya kita bicarain di dalam aja," jawab Andin sembari masuk ke dalam rumah sahabatnya itu.

Gadis yang berada di depan Andin tadi itu adalah Mirna, sahabat Andin semenjak mereka masih di bangku SMP. Dan kebetulan di saat SMA, Andin dan Mirna juga masih satu sekolah. Bahkan, kemarin saat mereka ingin mendaftar kuliah, universitas yang di inginkan mereka juga sama.

"Sekarang kamu harus jelasin apa yang terjadi." Mirna menuntut penjelasan pada Andin setelah mereka duduk di ruang televisi.

Andin mengambil jus yang di sajikan Mirna. Dia meminum jus itu, lalu dia  menoleh ke sana kemari memastikan tidak ada siapa pun yang ada di sana kecuali mereka berdua. Setelah itu, Andin menatap Mirna dengan serius.

"Ibu sama Ayah kamu nggak di rumah 'kan?" tanya Andin yang berhasil membuat Mirna mendengkus kesal.

Bagaimana Mirna tidak mendengkus. Mirna tadi berpikir jika Andin akan mengatakan hal yang sangat penting melihat gelagat Andin yang seperti tadi. Namun, ternyata Andin malah menanyakan keberadaan kedua orang tuanya.

"Kamu tuh ya! Orang disuruh jelasin kenapa kamu di sini, ini malah nanyain orang tua aku!" sungut Mirna kesal.

"Aku 'kan pengen mastiin kalo di sini nggak ada orang lain," jawab Andin. "Ibu sama Ayah kamu di rumah nggak?" tanyanya.

Dinikahi Ustadz MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang