Orang-orang introvert berkelana dihiruk-pikuknya jalanan. Serasa pendekar tanpa nama, tanpa musuh. Sudah tua, lelah dan hanya ingin kembali bertapa. Mengumpulkan tenaga untuk musim berikutnya.
Dunia ini memiliki beberapa musim. Bagi si tua yang masih ambigu dipanggil bapak atau ibu, seperti aku, memiliki musim tersendiri. Musim ini dibagi menjadi dua hal. Musim menyenangkan dan musim menyedihkan. Yaitu musim tanggal muda dan musim tanggal tua.
Dahulu saat air hujan turun sangat menyenangkan. Duduk dikursi kecil didepan tungku ibu. Menghangatkan tubuh dan tidak pernah memikirkan hari esok. Namun begitu hujan reda, dan aku sudah dewasa setiap hari menghangatkan diri dan berusaha tidak memikirkan apapun untuk hari esok, adalah yang selalu kulakukkan. Padahal apa yang terjadi sekarang adalah apa yang dikhawatirkan dahulu kala.
Kelopak mataku lelah berkedip dan berkedip. Menunggu pujian, dari segala rasa lelah yang sudah dilakukkan. Kukira aku pejuang, pahlawan yang berperang dengan tombak bambu setengah patah. Nyatanya aku hanya bangun dan berangkat kerja seperti biasa sesuai arah. Lalu pulang kerumah.
Akan selalu ada kekuatan didalam diri ini meski kecil seperti dinar ditengah kota yang mati lampu. Bagi jiwa kecil ini, yang penting besok bisa melangkah lagi. Menari bodoh dan tertawa melepas gulana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKIN DEWASA MAKIN INTROVERT (Tapi Aku Ga Mau)
ChickLitAku memang sudah dewasa namun sebenarnya aku hanyalah anak kecil yang semakin besar.