·:*¨༺ ♱✮♱ ༻¨*:·
"Lo tahu nggak sih, Jack?" ucap Sagara di sela tawa kecilnya, suara ringan itu menari di udara, sementara Jackson di seberang hanya tersenyum tipis. Matanya tak pernah lepas dari layar, memperhatikan Sagara yang asyik sibuk memasukkan berkas-berkas, seolah menghapus jarak yang memisahkan mereka.
"Gar, lo yakin nggak papa kerja sambil video call begini? Takutnya ngerepotin lo," suara Jackson terdengar khawatir, seperti angin lembut yang bertiup di ujung senja. Namun, kekhawatiran itu hanya ditanggapi dengan cengiran khas Sagara-sebuah senyum yang seperti biasa mampu memecah sunyi dan membuat segalanya terasa lebih ringan.
"Diem deh, Jack. Lo tuh satu-satunya hiburan gue selama ngerjain tugas-tugas monoton ini, tau nggak?" Sagara menjawab sambil memamerkan senyum yang, bagi Jackson, terasa seperti cahaya yang hangat. Namun, tanpa ia sadari, di balik layar, tatapan Jackson melembut. Ada rasa yang menggulung di dada Jackson, perasaan yang sulit diabaikan.
Jackson memandangi Sagara dengan perasaan yang tak pernah terucap-keinginan untuk merengkuh tubuh kecil itu, untuk sekadar merasakan kehadirannya lebih nyata. Namun, Sagara tetap larut dalam tugasnya, terlalu sibuk untuk menyadari betapa dalam tatapan Jackson.
Tiba-tiba, suasana pecah oleh suara keras pintu yang terbuka. Ayah tiri Jackson masuk begitu saja, membawa tongkat panjang yang membuat darah Jackson seakan berhenti mengalir sejenak. Dalam detik-detik panik, Jackson menutup telepon, berharap perbincangannya tak terdengar. Ia mengetik pesan dengan cepat, tangannya sedikit gemetar.
"Gar, gue tutup dulu ya? Nanti dilanjut, oke?"
Sagara yang membaca pesan itu hanya mengangguk dalam hati, tak berpikir panjang. Ia kembali tenggelam dalam pekerjaannya, menyelesaikan apa yang tinggal sedikit lagi.
Saat pekerjaannya selesai, Sagara diizinkan pulang lebih awal sebagai penghargaan atas kerja kerasnya. Di halte, sambil menunggu ojol yang sudah dipesan, ia membuka notifikasi di ponselnya, menunggu tanda kehidupan dari Jackson. Namun, tak ada pesan masuk. Ia mulai merasa jenuh, hingga akhirnya iseng mengirim pesan singkat lebih dulu.
Namun, bahkan setelah pesan terkirim, balasan Jackson tak kunjung datang. Hingga saat ojolnya tiba, ponselnya masih diam. Tapi tepat ketika Sagara hendak memasukkan ponsel ke dalam kantong, notifikasi muncul di layar.
Senyum kecil tersungging di wajahnya saat membaca pesan itu. Ada yang aneh, tapi menyenangkan-seperti kupu-kupu yang berlarian di dalam perutnya, menimbulkan getaran yang hangat dan tak bisa dijelaskan. Entah kenapa, perasaan itu membuatnya tak sabar untuk membalas pesan Jackson saat sampai di kosan.
Jackson
Gar, day off lu kapan?Senyum lebar tertera di wajah Sagara saat melihat notifikasi itu. Ada rasa hangat yang mengalir di dalam dirinya, seperti kupu-kupu yang berterbangan, menggelitik dan nyaman. Entah mengapa, perasaan ini membuatnya bingung, seolah ada semangat baru yang menghidupkan harinya.
Setelah perjalanan yang terasa lebih singkat dari biasanya, Sagara tiba di depan kosannya. Hati-hati, ia membuka pintu dan melangkah masuk, meresapi aroma familiar yang menenangkan. Ia meletakkan tas di sudut ruangan dan segera meraih ponselnya.
Pikirannya berputar di sekitar pesan Jackson. Ada dorongan untuk membalas, keinginan untuk berbagi perasaannya. Dengan penuh semangat, Sagara mengetik.
Sagarameow
Napa emang?? Kangen ea?Jari-jarinya bergerak lincah di atas layar, menunggu balasan dengan penuh harapan. Dalam keheningan malam yang menyelimuti, harapan dan rasa penasaran bercampur, menciptakan gambaran akan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.
Jackson
Nothing, mau ngajak ketemuan gue. Mau?Sagara tertegun sejenak. Ajakan itu datang tiba-tiba, menimbulkan rasa tak terduga.
Sagarameow
Tiba-tiba banget??? Ada apaan nih?Jackson
Mau gak? First meet kita nihh.Sagara merasakan detak jantungnya bergetar lebih cepat. Pertemuan pertama selalu membawa rasa campur aduk, antara antisipasi dan keraguan.
Sagarameow
Pak, dikira duit dari pohon ya? Saya anak magang yang tidak digaji, pak😞Senyum muncul di wajahnya, meski ada sedikit rasa khawatir yang menyelinap. Ia tahu, di balik candaan itu, ada harapan yang tak bisa ia abaikan.
Jackson
Oohh, gamau? YaudahPesan itu terasa ringan, namun ada sesuatu di dalamnya yang membuat Sagara merenung. Kecewa? Atau mungkin hanya sebuah keinginan untuk lebih? Semesta seolah berbisik, menyiratkan bahwa ini adalah awal dari sebuah kisah yang tak terduga.
Sagarameow
MAUUUUU :((( Emang lo dimana sii?? Kalo jauh gimana???Jackson
Bogor, siniSagarameow
Laahh jodoh kitaaa. Deket banget! 😋🤏🏻Jackson
Lo dimana?Sagarameow
Di Sukabumi 😋😋Jackson
Mayan lah, mau?Sagarameow
MAW MAW MAW MAW MAW! 😋😋😋🤏🏻Sagara merasakan keceriaan meluap dalam dadanya. Seolah ada aliran energi baru yang menggerakkan setiap detaknya. Dalam hatinya, ia tak sabar menantikan pertemuan yang telah lama diimpikannya, sebuah jalinan cerita yang dimulai dari pesan-pesan sederhana ini. Harapan akan momen indah bersama Jackson membara, menyatukan jarak yang sebelumnya terasa jauh, kini seolah menghilang dalam tawa dan candaan yang mengalir di antara mereka.
Setelah percakapan penuh canda dan harapan itu selesai, Sagara menghela napas panjang, mencoba menenangkan gejolak perasaan yang membuncah di dadanya. Dengan suara yang sedikit lesu, ia meminta izin kepada Jackson.
Sagarameow
Jack, gue ngantuk banget. Kayaknya gue tidur dulu ya. Lelah banget nih sama tugas-tugas magang.Jackson
Yaudah, istirahat yang cukup, Gar. Jangan lupa mimpiin gue ya!Sagara terkekeh pelan, kemudian mengetik balasan dengan senyum yang tak kunjung pudar dari wajahnya.
Sagarameow
Jelek banget lo jametSetelah itu, ia meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian merebahkan diri di atas kasur yang telah menunggunya. Rasa lelah yang tadi menghimpit perlahan-lahan memudar, digantikan oleh rasa hangat yang mengalir dalam nadinya. Sagara menutup matanya, membiarkan dirinya tenggelam dalam keheningan malam, sembari hati kecilnya memupuk harapan akan hari esok yang lebih cerah, dimana ia dan Jackson mungkin akan bertemu, dan semua yang mereka bicarakan akhirnya menjadi nyata.
·:*¨༺ ♱✮♱ ༻¨*:·
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour dans la Souffrance
Non-FictionKisah seorang yang rela menjadi *sakit* demi menjadi obat seseorang yang dicinta nya