Satu untuk setiap pemenang

22 1 0
                                    

I beg, and borrow, and steal.
At first sight and it's real.
I didn't know I would feel it.
But it's in my way.

-Carly Rae Jepsen
###

Matanya selalu memperlihatkan antusiasme saat menatap rak piala milik sekolahnya. Karena di setiap piala miliknya, bersanding satu nama; Zhuravleva.

Barak tak pernah bertemu gadis itu, tapi entah mengapa ia merasa dekat dengannya. Atlet panahan terbaik milik JIA, satu-satunya murid dengan absen terbanyak selain dirinya. Dia hampir tidak percaya kalau mereka berada di kelas yang sama, sampai Senin tadi, saat hasil ujian ditempel di seluruh koridor.


Kelas 3a bagian pertama; Alicia Zhuravleva. Nilai akhir:5,2

Dia sendiri tidak sadar kalau bibirnya telah melengkung sedemikian rupa sampai terlihat menyeramkan-sampai Billy Weintraub menegurnya.

"Aku lebih suka menyebutnya Seringai daripada senyuman" katanya jenaka.

"Aku tidak menyeringai, dan tidak tersenyum." Barak membalas tanpa mengalihkan pandangannya.

Hal itu jelas membuat Billy sedikit kesal, apa yang dilihatnya sampai seperti itu? Billy ingin tahu.

"Kalau begitu apa yang kau lihat? Gadis mana yang menarik perhatianmu?"

Barak mengangkat bahunya, menunjukkan ketidaktahuannya. "Aku tidak yakin, Billy..." Bibirnya memang berkata demikian, tapi matanya menunjukkan yang sebaliknya.

"Kau kenal Zhuravleva? Kita sekelas dengannya" Barak menatap mata hitam Billy dengan penuh harap.

Pada saat itu, mustahil baginya mengatakan bahwa ia tidak mengenal gadis itu. Reputasinya sebagai bajingan paling menarik akan hancur hanya karena hal tersebut. Tapi, apa yang diketahui Billy selain fakta bahwa eksistensi gadis itu seperti gerhana?

Langka. Billy, secara sadar tak pernah melihat gadis itu di kelasnya. Kecuali jika sesuatu yang teramat penting terjadi. Tapi.... Dia bahkan tidak datang saat hari kenaikan kelasnya. Yeah, hal itu mungkin bukan sesuatu yang penting bagi seorang Atlet sepertinya.

Lagipula, meskipun ia bukan seorang Atlet dan hanya siswa biasa, dengan kekuatan finansial keluarganya Billy yakin gadis itu tak perlu bekerja keras selama hidupnya.

"Tentu, siapa yang tidak mengenalnya? Si biru Alicia benar?"

"Biru?" Matanya menatap Billy tajam.

"Tentu, semua orang memanggilnya begitu. Kau tidak tahu?"

Barak menggeleng perlahan, ia merasa bodoh sekali. Hal seperti itu saja ia tak tahu, lalu bagaimana ia bisa mendekati gadis bangau itu? "Tidak, aku tidak tahu" masih dengan gelengan ia menutup kalimatnya.

"Maka sebaiknya kau mencari tahu. Tak ada gadis secantik dirinya di sekolah ini. Dan satu hal lagi, mata birunya yang menawan. Dia tampak seperti seratus persen Rusia, kau tahu?"

Tidak, untuk hal ini Billy tidak berbohong. Dia memang pernah melihatnya, sekali saat pembagian kelas. Dan gadis itu benar-benar cantik-Billy memiliki sensor yang sensitif terhadap hal itu.

Tak peduli dalam kondisi apa mereka bertemu, atau bagaimana penampilannya, matanya selalu menangkap jelas setiap kecantikan wanita.

Meski begitu, mereka tak memilik alasan untuk membencinya meskipun ia telah dilabeli "Bajingan" oleh seluruh murid. Entah bagaimana caranya, Billy Weintraub cukup mengagumkan dan tak terduga. Meski wajahnya tak sesuai dengan namanya, dia tetap menarik dengan caranya sendiri.

Lucid DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang