Bagian 2

88 7 0
                                    

"Sana, apakah tidak masalah jika aku ingin memberitahu kedua orang tuaku terlebih dahulu?" tanya Dahyun dengan hati-hati, suaranya berbisik di keheningan malam.

Saat ini mereka sedang berbaring di atas tempat tidur mereka, mencoba beristirahat setelah menonton film bersama. Cahaya lembut dari lampu tidur di sudut kamar menciptakan suasana hangat dan nyaman, membuat mereka merasa semakin dekat.

Sana menoleh dan tersenyum lembut, tangannya meraih wajah Dahyun untuk mengusap pipi istrinya. Matanya fokus menatap mata Dahyun yang selalu membuatnya merasa aman dan nyaman. Sana dapat melihat ketulusan terpancar di mata Dahyun.

"Tentu saja tidak masalah, sayang," jawabnya dengan tenang. "Lagi pula, mereka yang lebih dekat untuk dikunjungi terlebih dahulu, jadi tidak masalah jika kamu berpikir seperti itu."

Dahyun menghela napas lega dan meremas tangan Sana dengan lembut. "Terima kasih, aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan dengan baik. Akhir pekan ini kita bisa pergi mengunjungi orang tuaku."

Sana mengangguk, "Setelah memberitahu orang tuamu, kita bisa langsung merencanakan perjalanan ke Jepang. Aku yakin orang tuaku akan sangat senang mendengarnya langsung dari kita." 

"Tentu, sayang. Aku akan segera mengurus surat cuti agar kita bisa pergi ke Jepang," kata Dahyun dengan penuh semangat.

.

.

"Dahyun, kamu sudah memberitahu orang tuamu?" tanya Sana sambil memasukkan pakaian mereka ke dalam koper biru besarnya.

"Ya, sudah," jawab Dahyun sambil menutup telepon dengan senyum di wajahnya. "Mereka sangat senang mendengar bahwa kita akan berkunjung. Mereka bahkan bilang tidak sabar untuk bertemu denganmu lagi."

Sana tersenyum lembut, matanya berkilau tampak senang. "Aku juga tidak sabar untuk bertemu dengan mereka. Aku berharap perjalanan ini akan berjalan lancar."

Dahyun mendekat dan mengusap lembut rambut Sana dengan penuh kasih. "Aku yakin semuanya akan baik-baik saja," katanya dengan nada meyakinkan. "Apakah kamu butuh bantuan dengan pengepakan?"

Sana menggelengkan kepala, masih tersenyum. "Tidak, terima kasih sayang, aku hampir selesai," jawabnya sambil menata pakaian terakhir ke dalam koper.

Dahyun memandang istrinya dengan tatapan penuh kekaguman, merasakan betapa Sana tampak semakin cantik dan memikat. Ia bertanya-tanya dalam hati apakah ini karena pesona yang terpancar dari seseorang yang sedang hamil.

Saat Sana selesai menutup kopernya, Dahyun tiba-tiba berkata, "Sayang, kenapa kamu terlihat semakin cantik?" tanyanya sambil tersenyum lebar.

Sana tertawa ringan, menggeser kopernya ke sudut ruangan sebelum berjalan kembali ke arah Dahyun yang masih memandangnya dengan senyum yang tak pudar. Mata mereka bertemu, memantulkan perasaan cinta yang begitu dalam.

"Oh ya? Jadi, apa yang kamu inginkan dariku, Dahyun? Berbicara manis seperti itu," goda Sana sambil mendekatkan wajahnya, senyumnya semakin memikat.

Dahyun tertawa kecil. "Tidak, sayang. Aku benar-benar merasa bahwa kamu semakin cantik dan..." Dahyun menghentikan kata-katanya sejenak, terpesona oleh bibir Sana yang tampak begitu menggoda. Ia kembali menatap mata istrinya dan melanjutkan, "memikat." Tanpa sadar, Dahyun menggigit bibir bawahnya, sebuah gerakan yang tak luput dari pandangan Sana.

Sana melingkarkan kedua tangannya di leher Dahyun, mendekatkan wajahnya hingga kening mereka bersentuhan. Senyum penuh arti terlukis di wajahnya, membuat mata mereka terkunci dalam pandangan yang intens.

"Jadi, kamu tidak ingin sesuatu dariku, Dahyun?" tanya Sana dengan suara yang begitu seksi, membuat napas Dahyun menjadi tersengal-sengal karena tergoda.

Unparalleled LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang