Cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela hordeng kamar tidur Sana mulai menyinari wajah cantik Sana yang masih terlelap dalam mimpinya. Sinar hangat itu membuatnya menggeliat dan perlahan membuka kelopak matanya. Matanya yang berwarna coklat terang, saat terkena cahaya pagi, tampak lebih bersinar.
Sana mengangkat tangannya, mencoba menutupi matanya dengan telapak tangannya, tetapi sinar matahari tetap menyelinap melalui sela-sela jari tangannya. Mengeluh kecil, Sana menutup kembali matanya dan tangannya mulai meraba-raba sebagian besar kasur di sisinya yang lain, mencari kehangatan dari tubuh istrinya.
Sayangnya, Sana tidak dapat menemukan apa yang ia cari. Dia membuka matanya kembali dan menyadari bahwa Dahyun tidak ada di sebelahnya. Sana menghela napas dengan nada kesal. Ini adalah salah satu hal yang paling tidak disukainya tentang Dahyun.
Meninggalkannya saat tertidur di pagi hari, bahkan jika hanya untuk pergi ke dapur atau tempat lain di luar kamar tidur. Merasa sedikit jengkel, Sana memutuskan untuk bangun dan mandi terlebih dahulu sebelum mencari keberadaan istrinya.
Sana melangkah ke kamar mandi, membiarkan air hangat mengalir dan mengusir kantuk yang masih tersisa. Setelah selesai mandi, ia mengeringkan tubuhnya dan memakai pakaian santai. Rambut basahnya masih terurai saat ia keluar dari kamar mandi, memancarkan aroma segar dari sabun yang digunakan. Sana melangkah keluar kamar, matanya mencari-cari tanda-tanda keberadaan Dahyun.
Dia mendengar suara dari dapur dan segera menuju ke sana. Saat mendekati dapur, Sana melihat ibunya sedang sibuk menyiapkan sarapan. Ibunya menoleh saat mendengar langkah kaki mendekat dan tersenyum lembut ketika melihat anaknya yang sedang berjalan ke arahnya.
"Selamat pagi, sayang," sapa ibunya dengan lembut. "Tidurmu nyenyak?"
Sana mengangguk sambil tersenyum kecil, namun matanya langsung mencari keberadaan Dahyun. "Mama, di mana Dahyun? Aku tidak melihatnya di kamar," tanyanya dengan nada sedikit khawatir.
Ibunya tertawa pelan melihat kecemasan di wajah anaknya. "Dahyun tadi pagi diajak Papa memancing. Mereka mungkin akan kembali sore ini."
Sana mengerang kesal. "Tanpa pamit padaku?"
Ibunya tersenyum lembut, mendekati Sana dan menepuk bahunya. "Papamu mendadak mengajaknya, sayang. Jangan khawatir, mereka pasti baik-baik saja."
Sana mencoba menghubungi Dahyun, tetapi suara ponsel Dahyun terdengar dari arah kamar tidur Sana. Sana semakin kesal. "Dia meninggalkan ponselnya! Bagaimana aku bisa menghubunginya?"
Ibunya tertawa kecil melihat wajah kesal Sana yang lucu. "Tenang, sayang. Dahyun pasti baik-baik saja. Ayo, sarapan dulu. Mama sudah menyiapkan makanan kesukaanmu."
Sana masih merengut, tapi akhirnya mengangguk dan mengikuti Ibunya ke meja makan. Mereka duduk bersama, menikmati sarapan. Ibunya mencoba mengalihkan perhatian Sana dengan cerita-cerita lucu, membuat suasana menjadi lebih ringan dan hangat.
Setelah sarapan selesai, Sana merasa lebih baik. Meskipun masih sedikit kesal, kehangatan dan perhatian dari ibunya membuatnya merasa tenang.
.
.
.
.
.
Dahyun terbangun dari tidurnya, mengerjapkan mata dengan perlahan. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah cantik istrinya, Sana, yang masih terlelap dalam tidurnya. Senyum lembut muncul di bibir Dahyun tanpa sadar saat ia memandang wajah tenang istrinya itu.
Dengan hati-hati, Dahyun mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke wajah Sana. Ia mengelus pipi istrinya dengan lembut, berusaha agar tidak membangunkannya. Ini adalah hal yang selalu membuat Dahyun merasa damai—memandangi wajah istrinya di pagi hari. Setiap kali hal itu terjadi, ia merasakan kebahagiaan yang mendalam dan rasa syukur atas kehadiran Sana dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unparalleled Love
Fanfiction⚠WARNING⚠ GxG Konten ____________ Dahyun dan Sana adalah pasangan yang telah lama menantikan kehadiran seorang anak.