Bab. 3 ± Revisi

83 11 1
                                    

Bab. 3

Kafe belajar Jakarta, tempat dimana para siswa menjalankan kewajiban kedua setelah sekolah. Zee berdiam diri didepannya, mengamati bangunan tiga lantai ini.

Ia baru saja mendapatkan pesan singkat dari papanya, Tuan Harlan. Hanya simple, 4 kata; 'Tempat les baru kamu' dengan kiriman pesan lokasi 3 detik setelahnya. Zee baru membuka pesan itu saat bel pulang sekolah menderung kencang, dan langsung menuju  ke lokasi setelahnya.

"Terima kasih, pak. Hati-hati diperjalanan." Zee memberikan tip kepada supir taksi yang membawanya. Soal jarak tidak terlalu jauh, hanya menempuh waktu satu jam saja. Jika tidak macet.

"Permisi," Zee menyapa salah satu karyawan kafe. Tubuh Zee dipandang dari atas hingga bawah. Lalu tangan karyawan menunjuk sopan ke arah tangga.

"Tempat khusus les ada dilantai 2 dan 3, kak. Perlu saya antar?"

Zee bisa melihat tangga itu, tidak perlu diantar. "Tidak perlu, saya bisa sendiri. Terima kasih."

Karyawan mengangguk, kembali sibuk dengan kerjaannya. Zee melangkah naik menuju lantai 2.

Saat sampai, mata Zee lansung disuguhkan dengan beberapa ruangan, yang Zee yakini adalah tempat les dilakukan. Didekat tangga, tepat disampingnya, penjaga dengan pakaian rapi menyapa, mengatupkan tangan didepan dada.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Kalau mau daftar sebagai member baru, saya harus ngapain dulu, kak? langsung ikut atau bagaimana?" Zee bertanya polos. Seperti itulah, pesan dari Tuan Harlan hanya memberi tahu lokasi saja. Zee tidak tahu apa papanya sudah mendaftarkannya atau belum.

Penjaga itu terkekeh. "Tidak, anda harus melakukan beberapa proses dulu. Kalau boleh tahu, nama anda siapa? saya bisa carikan data anda jika memang anda sudah terdaftar."

"Azizi, Azizi Harlan."

Lima menit penjaga resepsionis mengecek komputer miliknya. Dan dengan waktu singkat itu pula Zee mengamati sekitar.

Tidak terlalu mencolok, ataupun tidak terlalu membosankan. Tempat ini dicat warna coklat minimalis yang memanjakan mata. Bunga-bunga hias cantik diletakan dipinggir setiap lorong. Menambah kesan asri, mampu membuat otak rileks.

"Oh, nama anda sudah terdaftar." Penjaga bersuara, mengambil secarik kertas. "Kalau begitu, anda tidak perlu melakukan proses lebih lanjut lagi. Anda hanya perlu mengisi biodata anda dalam kertas ini."

Zee mengangguk, menerima lembar kertas sebesar kertas hvs. Membacanya singkat, lalu dengan cepat mengisinya disitu juga.

"Terima kasih," kata penjaga menerima kertas yang berhasil Zee selesaikan.

"Sekarang bisa langsung ikut les?" tanya Zee polos. Penjaga terkekeh lagi, member baru ini masih polos sekali ternyata. Padahal tadi saat melihat Zee pertama kalinya, penjaga berpikir kalau Zee seorang siswa Sma ataupun Mahasiswa. Tubuh tingginya tidak mencerminkan anak Smp jaman sekarang.

"Tidak, anda belum bisa. Di hari pertama member baru, hanya diisi dengan tes proses, tetapi, dengan sudah terdaftarnya anda, anda dipersilahkan pulang. Tidak perlu melakukan proses apapun lagi. Dan anda baru bisa mengikuti les besok setelah kartu pengenal anda selesai dibuat."

Zee melongo, "Anda sedang tidak berbohong, bukan?" tanyanya memastikan. Bisa sia-sia kalau disuruh pulang beneran. Dia kesini saja hampir satu jam-an.

Penjaga mengangguk. "Tidak, saya sungguhan. Tenang saja, proses pembuatan kartu pengenal hanya memakan waktu satu hari. Besok mungkin anda bisa memulainya."

Yah, mau bagaimana lagi. Kalau sudah begini ya, mau ngapain lagi, 'kan? Sia-sia saja Zee datang kesini yang ternyata cuma mengisi biodata yang tidak sampai 10 menit.

Jenaka - RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang