Jam 2

12 1 0
                                    

Tangan Kei diam membeku di udara, keraguannya membekuk pergerakan untuk meraih kenop pintu ruang klub Fotografi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Kei diam membeku di udara, keraguannya membekuk pergerakan untuk meraih kenop pintu ruang klub Fotografi.

Maju, dong! Kau ini pria dewasa, bentak batin pria tiga puluhan yang berada di raga enam belas tahun itu. Yang dibalik pintu ini bukan Kiamat, bukan prajurit pemberontak, atau titan! Yang ada di balik pintu ini adalah—

"Ara~? Kamu anak kelas satu?"

Kei memekik aneh sambil menjauh dari pintu dan membelalak kaget ke arah suara, sebelah kiri.

Mima di sana, mendengus tawa, kegelian mendengar pekikkan aneh yang tak pernah ia dengar dari laki-laki sebelumnya. "Apa itu 'IIK'? Aaaneh!"

"E-i-itu—"

Ini Mima! Aku sempat ragu, tapi dia benar-benar Mima! Katanya dalam diam, menatap lekat Mima yang tertawa.

Mima mengusap ujung matanya, mengakhiri tawa dengan senyum ramah. "Kamu ingin masuk ke Klub Fotografi?"

"I-iya ...."

"Kalau begitu kenapa kamu malah mematung di lorong sejak tadi? Aku pikir kamu sedang merapalkan doa." Mima menggeser pintu, mempersilakan Kei masuk lebih dulu, lalu menutupnya.

"Ngomong-ngomong, kamu anak kelas satu pertama, loh, yang datang ke sini. Biasanya, murid baru akan mendatangi klub lain dulu dan klub ini jadi pilihan terakhir. Semacam pilihan terpaksa," ungkap Mima, mencari kertas pendaftaran anggota baru yang seingatnya disimpan di dalam map plastik. "Tahun kemarin, anak kelas satu baru datang bergabung setelah enam bulan sekolah. Sekarang, kamu yang belum sampai dua minggu datang pada kami. Aku pribadi senang sekali! Tahun ini pasti tahun yang beruntung untuk klub Fotografi!"

Kei membatin, orang ini memang sejak dulu suka sekali berbicara, ya ....

"Setiap tahun, kami ikut lomba majalah tingkat nasional dan dua tahun ini dewi keberuntungan tidak melirik kami sama sekali! Sungguh memalukan! Padahal—"

"Aku kira kamu bukan orang yang suka memandang alam," ucap Kei yang otomatis keluar ketika ia menyadari banyak sekali foto pemandangan alam di papan mading koleksi foto 'Hanae Mima'.

Mima berhenti dari aktivitasnya, memandang Kei dengan kaget juga bingung. Dia melirik papan itu karena tau itu namaku? Pikirnya, mulai menerka adanya hal yang tidak beres dari si anak kelas satu. Eh, tapi aku belum memperkenalkan diri, loh.

BODOH! batin Kei, langsung menoleh ke Mima. "A-aku cuma bicara sendiri, senpai—"

"Kamu tau aku?" potong Mima.

"Tidak." Kei menggeleng cepat. "Mana mungkin, aku baru dua minggu berada di sekolah ini dan kamu kakak kelas entah dari kelas mana."

"Iya, ya."

Kei menghempas napas lega tanpa suara ketika Mima kembali meneruskan kegiatannya.

Siswi itu memberikan selembar kertas ke Kei. "Ini. Isi dengan serius, ya. Kalau lembarannya mau dikembalikan, kamu tidak perlu merasa tidak enak hati, kok." Mima tampak agak pasrah. "Setidaknya, aku harap kamu tidak membuangnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruang dan Waktu [SPIN OFF #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang