3, Pertemuan tidak di sengaja

803 132 15
                                    


                            HAPPY READING📚🍃
                                             ⬤
                                             ⬤
                                             ⬤
                                  Enjoyy gaess❤🧚🏻‍♀️
---

"Nitt! Oyyy Nitta!" teriak Amora tepat di depan telinga Nitta.

"Huem, apaan sih, Mor? Gue ngantuk, tau..." gumamnya sambil berbalik ke arah samping.

"Oh ya udah, kalau lo gak mau ikut, gak apa-apa. Ntar gue bilang aja ke Aqilla, 'Qill, si Nitta gak jadi jemput lo'."

Mendengar itu, Nitta langsung terlonjak kaget. Ia baru ingat kalau malam ini dia harus menjemput Aqilla di bandara. "Astaga! Jam berapa sekarang, Mor?" Setelah berkata begitu, Nitta langsung berlari menuju kamar mandi di pojok ruangan.

Amora yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala. "Emang ya, gak pernah berubah kebiasaannya, ckck."

Setelah itu, Amora melanjutkan memakai jaket tebalnya. Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya, jadi supaya gak masuk angin, Amora memakai jaket kulit yang cukup tebal. Selesai memakai jaket, Amora langsung melihat jam. Ternyata sudah pukul sebelas kurang sepuluh menit.

"Mor, lo punya celana panjang gak? Gue lupa bawa celana panjang. Masa iya gue ke bandara jam sebelas malam pakai celana pendek. Dingin banget, nih!" keluh Nitta sendirian.

Amora menyodorkan celana dan jaketnya kepada Nitta. "Nih, udah gue siapin. Gue tau banget kebiasaan lo. Nih, pakai juga jaketnya biar gak masuk angin."

"Heh, mulut lo, Mor! Masuk angin, bukan 'anjing'!"

"Tuh, lo juga sama aja. Udah, cepetan! Gue udah siap, nih!"

"Iya-iya, bentar, gue ambil handphone sama tas dulu."

Setelah itu mereka menuju lantai bawah. Sesampainya di sana, mereka melihat Papa Amora sedang duduk di sofa sambil menyeruput kopi.

"Ehh, pah? Papa belum tidur?" tanya Amora.

"Belum, Papa belum ngantuk. Ini mau nonton TV dulu. Terus kalian mau ke mana malam-malam begini, udah rapi?"

Amora dan Nitta saling pandang. Haruskah mereka bilang ke Papa kalau mereka mau ke bandara? Yah, bilang saja, toh mereka ke sana untuk menjemput Aqilla. "Emm, Pah, kita mau ke bandara."

"Lah? Mau ngapain ke bandara? Mau pergi keluar kota? Kok gak bilang Papa, Mor?"

"Ehh? Bukan gitu, Pah! Kita ke bandara bukan mau jalan-jalan keluar kota!" jelas Amora.

Papanya Amora jadi bingung. Lah, terus mereka mau ngapain tengah malam ke bandara kalau bukan mau keluar kota? Kan gak mungkin cuma buat duduk-duduk doang.

"Jadi kita mau jemput Aqilla, Pah... Papa tau kan Aqilla? Yang waktu itu pergi ke Jerman, ke rumah kakeknya?" tanya Amora.

"Oh, Aqilla? Anak almarhum Hendra itu? Dia mau pulang ke Indonesia... Kapan?"

Amora hanya menghela napas sambil menepuk keningnya. Memang, papanya ini kadang suka lemot. "Iya, Papa. Ya pulangnya sekarang lah! Masa iya dia pulang minggu depan terus gue jemputnya sekarang?"

Papa Amora mengangguk lalu menyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Oh iya, iya. Terus kalian mau Papa antar gak? Udah malam, gak baik juga buat cewek-cewek keluar sendirian."

"Ehh, gak usah, Om. Kita berdua aja cukup."

"Bener?"

"Bener, Papa sayang. Udah, mending Papa masuk kamar, deh. Tadi kayaknya aku denger Mama manggil Papa."

GarQil {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang