7, Hancur?

861 124 30
                                    

                              HAPPY READING📚🍃
                                             ⬤
                                             ⬤
                                             ⬤
                                  Enjoyy gaesss❤🧚🏻‍♀️

--------

“Hiks… hiks…” Aqilla menangis lirih

Ia terbangun di sebuah kamar yang asing bersama seorang pria yang bahkan tidak dikenalnya. Hal yang membuat hati Aqilla semakin hancur adalah bercak darah di kasur yang sudah berantakan.

Ingatan dari malam sebelumnya mulai kembali. Tragedi yang tak pernah terbayangkan oleh Aqilla telah terjadi padanya.

Bagaimana ia akan menjelaskan ini pada kakek dan neneknya?

Pria itu menggeliat mendengar tangis Aqilla. Ketika tersadar, ia langsung bangkit dari tempat tidur. "Siapa lo?!?" tanyanya kasar.

Kepalanya masih terasa pusing. Sementara Aqilla, bukannya menjawab, malah semakin keras menangis.

Pria itu mulai mengingat gadis yang berada di sampingnya ini.

FLASHBACK ON.

“Jadi, kamu paham kan dengan misi kita?” tanya Om Max.

Aqilla mengangguk. “Iya, aku paham, Om.”

“Oh ya, Om, aku ke toilet dulu ya.” Ia izin sambil mengambil tasnya yang berada di sampingnya.

“Oh, ya sudah. Mau Om antar?”

“Ah, nggak usah, Om. Masa Om mau antar aku ke toilet cewek?”

Om Max tertawa. “Oke, aku tunggu di sini. Jangan lama-lama dan hati-hati ya, Aqilla.”

Aqilla pun berjalan menuju toilet, tetapi saat hampir sampai, sebuah tangan tiba-tiba menariknya. Orang itu asing, tak pernah ia lihat sebelumnya.

Di tempat lain, Edgar yang berjalan sempoyongan mengumpat pada dirinya sendiri. Ia melihat Aqilla yang hendak ke toilet. Karena sudah tak tahan lagi, Edgar mengikuti Aqilla dari belakang dan langsung menarik tangannya.

Aqilla terlonjak kaget. “Eh, lo siapa?! Lepasin gue!” Ia memberontak dan memukul dada Edgar.

“Diam, sayang. Jangan banyak bergerak, nanti yang di bawah malah makin keras,” kata Edgar dengan suara berat.

Tanpa ia sadari, Aqilla sudah berada dalam pelukan Edgar. Ia mencoba melepaskan diri sekuat tenaga. “Lepasin gue! Gue gak mau!” teriaknya.

Edgar membawa Aqilla ke sebuah kamar hotel yang berada di dalam bar. Sesampainya di sana, ia melempar Aqilla ke atas kasur. Melihat Edgar mendekatinya, Aqilla berusaha menjauh, bahkan berniat melompat dari kasur. Namun, rencananya tidak berjalan mulus. Sekarang, ia berada dalam dekapan Edgar, yang semakin mendekatkan wajahnya ke bibir Aqilla.

“Hiks… hiks… gue mohon, jangan lakukan ini…” sesenggukannya tak dihargai oleh Edgar.

Dengan kasar, Edgar mencium bibir Aqilla. Gadis itu terus memukuli dada pria tersebut, namun Edgar tidak peduli. Saat Aqilla hampir kehabisan napas, Edgar akhirnya melepaskan ciumannya.

“Lo gila ya?! Lo mau bunuh gue?!” Aqilla menjerit marah, tetapi Edgar hanya tersenyum sinis.

Dan malam itu, Edgar memaksanya melakukan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi.

FLASHBACK OFF.

“Hiks… hiks…”

Edgar yang jenuh melihat Aqilla menangis, mengambil handphone di sampingnya. Ia melihat jam—pukul 08:30. “Sial, gue kesiangan,” umpatnya sambil buru-buru mengenakan pakaian yang berantakan di lantai.

GarQil {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang