Rasanya, ia ingin sekali berteriak sangat kencang. Sesuatu yang saat kecil ia ingin inginkan, mengapa harus seperti ini? Sejak kecil, Septi selalu mengira jatuh cinta itu akan membuat dirinya selalu bahagia dan tersenyum. Tapi kenyataannya, itu adalah hal sebaliknya, jatuh cinta adalah hal yang paling buruk, ia sampai muak terlalu excited sendiri dalam hubungan. Mau itu teman ataupun pacar, sama aja seperti itu. Tidak pernah di hargai, apalagi mendapatkan feedback.
Menit-menit setelah Zia meninggalkan Septi, ia pun bergegas untuk pulang ke rumah. Hatinya sangat terasa sakit, nama baiknya hancur, bahkan beberapa kenalan adik kelasnya pun ikut menjauh. Ia sangat merasa kecewa pada Zia, dengan mudah ia menyebarkan berita hoax tentang dirinya. Di sepanjang jalan, Septi hanya merenungkan kejadian yang telah ia alami tadi. Sebenarnya ia bisa saja melawan, tapi sepertinya ia akan kalah. Mengapa begitu? Karena Zia adalah anak osis yang mempunyai jabatan dan mempunyai banyak teman. Tentu saja seorang Septi akan kalah.
"Assalamualaikum, bu."
Ia dari tadi berusaha memanggil manggil ibunya namun hasilnya nihil. Kemana keluarganya pergi? Biasanya tidak seperti ini.
Ia pun mulai mencari dimana ibunya meletakkan kunci rumah. Ia sudah mencari di berbagai sudut depan rumahnya, namun ia tak kunjung menemukan kunci rumah itu. Pasti ibu nyimpan kunci rumahnya, nggak mungkin kalau ibu membawa kunci rumah, keluh Septi.
Beberapa menit setelah mengacak ngacak rak sepatu, akhirnya Septi mendapatkan apa yang ia cari. Septi pun bergegas masuk ke dalam rumah. Ia langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti seragam sekolahnya terlebih dahulu. Itu adalah salah satu kebiasaan buruk yang akhir-akhir ini sering Septi lakukan. Ia ingin sekali menangis, tetapi ia tidak bisa melakukan hal itu. Ia pun bingung dengan dirinya sendiri, sambil memandangi langit-langit atap kamarnya, Septi memikirkan mengapa ini bisa terjadi dalam hidupnya.
Sebuah pengakuan yang bisa menjadikan nama baiknya hancur di sekolah.Tanpa sepengetahuan nya, Septi pun tertidur dengan pulas. Dan saat ia terbangun, ia sangat shock, karena jam sudah menunjukkan pukul 18.00. Ibu bapak, dan adiknya pun sampai sekarang masih belum pulang. Kemana mereka pergi?
Dengan tergesa-gesa, Septi mengambil handuk dan langsung membersihkan dirinya untuk bersiap siap menunaikan ibadah sholat maghrib, tak lupa ia pun mengqodho sholat dzuhur dan ashar. Setelah melakukan itu semua, Septi membereskan tempat tidurnya, meja belajar dan tas sekolahnya. Ia pun lupa, kalau hari ini ada tugas sekolah yang harus secepatnya diselesaikan.
Karena ibunya sedang pergi, dan kebutuhan saat itu ibunya tidak memasak, terpaksa septi merebus mie dan telur untuk makan malam ia hari ini. Saat selesai memasak, Septi kembali ke kamar dan langsung duduk di depan meja belajarnya. Saat akan menyuapkan satu sendok mie ke dalam mulutnya, ia teringat akan sesuatu. Rasa itu pernah jatuh kepada seseorang yang tak pantas mendapatkannya. Namun, hal itu terus di lahap oleh detik demi detik yang berjalan sampai pada akhirnya tidak menjadi apa-apa.
Rasanya sakit sekali apabila harus mengingat kejadian itu lagi.
***
Setelah selesai makan dan membereskan semua tugas yang ia kerjakan tadi. Septi kembali membereskan meja belajarnya dan lanjut untuk mencuci piring yang telah ia gunakan tadi untuk makan. Tak lupa, ia pun mengambil wudhu untuk menunaikan sholat isya.
Setelah semua pekerjaannya selesai, Septi baru sempat memegang handphone. Ia mendapatkan banyak notifikasi WhatsApp dari beberapa grup dan terutama notifikasi dari Herlino. Tak bosan bosan, Herlino selalu saja mengajaknya untuk berpacaran. Padahal Herlino tau sendiri kalau Septi sekarang sedang not okay. Tapi mengapa ia selalu saja memaksakan kehendaknya sendiri? Septi hanya seorang gadis biasa, tubuh yang bisa terbilang pendek, berkulit sawo matang, rambut sebahu, hidung yang pesek, dan hobinya selalu marah marah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Stranger (PROSES REVISI)
Historia CortaSeptiana Alena Rosalina yang sering kali di sapa Septi merupakan seorang gadis cantik yang sangat menyukai es krim cokelat. Ia sangat beruntung, karena tuhan telah mempertemukan nya dengan seorang pria tampan dan baik hati. Mempunyai keluarga kecil...