8

7.8K 177 6
                                    

Adira dan kedua orang tuanya sedang menunggu Dean di meja makan.

"Sepertinya calon suami anak kita mengalami macet dijalanan," ujar ibu Adira memecah keheningan.

Ayah Adira mengangguk, pikirannya sama seperti istrinya. "Jam segini emang jam-jamnya macet di jalan."

"Momm Dadd, Adira mau telepon Dean dulu ya, Adira mau bilang kalo ga usah buru-buru kalo lagi kejebak macet, kita pasti bakal nunggu dia kan," ucap Adira lalu beranjak bangun dan keluar dari ruang makan untuk menelepon Dean

Setelah berulang kali menelepon tak terangkat, akhirnya panggilangnya tersambung dengan Dean.

"Kamu dimana?" tanya Adira.

'Aku lagi makan sama Erin kenapa Adira? kalo ga penting ga usah nelepon.'

Adira meremas ponselnya kuat saking kesalnya, di ruang makan sana kedua orang tuanya antusias menunggu Dean untuk makan malam bersama.

"Kamu lupa?"

'Jangan basa-basi Adira, aku tutup teleponnya ya?'

"Gapapa kamu boleh ingkarin janji kamu ke aku Dean, aku udah biasa kecewa sama kamu selama ini, tapi kenapa kamu tega kecewain Mommy sama Daddy aku?"

Napas Adira memburu karena kesal, ia sangat marah dengan tindakan Dean kali ini.

'Astaga, Adira... aku ke sana sekarang,' ujar Dean dengan panik.

'Jangan pergi Dean, aku bakal marah kalo kamu tinggalin aku disini! Lagi pula kita lagi makan malem sekarang, buat apa kamu makan malem lagi di sana?'

Suara Erin terdengar oleh telinga Adira, Erin mencegah Dean untuk beranjak dari sana.

"Kamu ga usah kesini, lanjutin aja makan malam kalian," kata Adira lalu mematikan telepon.

Adira kembali ke dalam ruang makan. "Kata Dean lagi macet parah, jadi Adira suruh dia pulang aja," ujar Adira berbohong.

"Hmm padahal Daddy mau sekali mengobrol banyak dengan Dean, sekalian membicarakan pernikahan kalian, ga mungkin kan selamanya kalian cuma jadi tunangan aja," ujar ayah Adira kecewa.

"Nanti Adira ajak Dean kesini buat ngobrol bareng ayah," kata Adira.

"Ya udah sekarang kita makan hidangan ini, sayang sekali calon menantu Mommy yang ganteng itu ga ikut makan bersama kita," ujar ibu Adira menyayangkan semua masakan ini dibuat untuk menyambut calon menantunya tapi Dean tidak bisa datang.

Akhirnya mereka bertiga makan makanan yang banyak tersedia di meja.

Adira merasa bersalah pada orang tuanya, ia telah berbohong demi menutupi kesalahan Dean, lalu ia ingin mencakar wajah tampan tunangannya itu karena berani mengecewakan orang tuanya dan malam makan malam dengan Erin si jalang munafik.

"Maaf terlambat."

Adira dan kedua orang tuanya menatap Dean yang bernapas terengah-engah.

Dean tiba saat pemilik rumah sudah hampir menghabiskan makanan di piringnya. Kebetulan tempat makan malam Dean bersama Erin tadi lumayan dekat dengan rumah Adira, dan Dean mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga cepat sampai di rumah Adira.

"Kamari nak, duduk di sebelah Adira," suruh Ayah Adira.

Dean duduk di kusri sebelah Adira. "Om Tante, saya minta maaf datang sangat terlambat," ucap Dean merasa bersalah.

Ibu Adira tersenyum, dan mengambilkan makanan dipiring untuk Dean. "Gapapa Dean, ini makan ya, maaf kalo kita makan duluam sampe udah hampir habis makannya, kami kira kamu beneran pulang karena kejebak macet tapi ternyata kamu tetep ke sini."

"Makasih tante makanannya," ujarnya.

Dia merasa bingung lalu menatap Adira disebelahnya.

Adira yang merasa ditatap pun merespon. "Aku kan udah bilang kalo kejebak macet kamu langsung pulang aja, aku ga mau maksain kamu Dean."

Dean jadi mengerti situasinya, jadi Adira berbohong demi menjaga nama baiknya di depan orang tuanya.

"Aku ga mungkin kecewain orang tua tunanganku Adira," ujar Dean.

Adira tersenyum kecut. "Makan itu Dean, semua makanan disini khusus dibuat spesial buat kamu," kata Adira sarkas, ia sedikit menyindir Dean dengan perkataannya bahwa kedua orang tuanya sangat berharap pada kehadirannya, sedangkan Dean malah mudah melupakannya.

Setelah makan malam selesai, mereka berempat berkumpul di ruang keluarga sambil menonton TV.

"Om mau ngomong serius sama kamu," kata Ayah Adira pada Dean.

"Om mau ngomong apa?" tanya Dean.

"Kira-kira kapan ya kamu dan Adira menikah? Adira juga kayanya bosen jadi tunangan kamu, dia maunya jadi istri kamu," kata ayah Adira sekalian menggoda anak perempuannya.

"Kapan aku bilang gitu Dadd?" tanya Adira syok.

Ibunya tertawa. "Bagaimanapun menunda pernikahan itu tidak baik Dean, tante harap kamu juga segera memanggil tante dengan sebutan Mommy seperti Adira," ucap ibu Adira.

Dean menatap Adira, tapi Adira seperti tak peduli dan santai mengunyah potongan buah.

"Kami perlu mendiskusikannya Om Tante, Dean belum bisa memutuskannya sekarang," ujar Dean.

"Dean, Adira saat kecil itu sangat manis, dia anak paling cantik dan manis di dunia ini, Om harap kamu juga bisa membuat anak yang sangat manis bersama Adira."

"Ukhukkk..." Adira terbatuk-batuk mendengar perkataan ayahnya.

"Daddy!" teriak Adira tak nyaman mendengar perkataan ayahnya pada Dean.

"Daddy sedang bicara dengan Dean, bukan kamu jadi kamu harus diam Adira," seru ayahnya.

"Nyebelin," kata Adira sebal.

Selama 2 jam lebih Dean dan ayah Adira mengobrol tentang Adira dan juga bisnis, lalu setelah itu Dean pamit untuk pulang karena sudah malam.

Adira disuruh untuk mengantar Dean sampai depan pintu rumah.

"Hati-hati," kata Adira singkat.

Dean menatap Adira. "Adira, kamu yang merencanakan ini kan?"

"Apa maksud kamu?"

"Haahh aku lelah... kamu menyuruh orang tuamu untuk mendesakku menikahimu kan?" kata Dean.

"Kenapa aku melakukan itu sialan?" ucap Adira tak terima.

"Kamu tau kan aku menyukai siapa? aku juga akan menikahinya, bukan kamu."

Plak.

Adira menampar pipi Dean. "Kenapa harus Erin? kenapa bukan aku Dean?"

"Dia lebih baik dari kamu," jawab Dean.

"Kamu beneran cinta Erin?" tanyanya.

"Kamu menanyakan gal yang ga perlu aku jawab lagi," kata Dean.

"Kalo kamu cinta sama dia, kenapa kamu diem-diem ambil foto aku? kenapa kamu simpan ribuan foto aku Dean?" tanya Adira dengan mata berkaca-kaca.

Dean tersentak kaget karena Adira tahu isi galerinya, namun hal yang paling membuatnya kaget itu karena pertanyaan Adira tak bisa Dean jawab, Dean tak tau alasannya sering memotret Adira diam-diam, itu seperti rutinitas rahasianya.

"Itu..."

"Karena aku suka memotret saja," jawab Dean ragu-ragu.

"Kamu pikir aku menyukaimu?"

Dean memundurkan langkahnya, ia tak tahu apa yang diucapkannya sekarang, ia seperti bingung pada dirinya sendiri.

"Yang aku sukai itu Erin, dia jauh lebih baik darimu," ujar Dean.

Adira mengusap matanya yang meneteskan air mata. "Oh ya? kamu hanya belum tau teman kecilmu itu lebih parah dari yang kamu bayangkan. Jangan menyesal," ujar Adira lalu masuk ke dalam rumahnya.

•••
Update seminggu sekali diwp, udah lengkap dikryakarsa(link dibio)

Follow jga akun Diatasumur7 soalnya sering ilang

Tunanganku atau sepupunya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang