II

1 1 0
                                    

Bel masuk kelas telah berdering, di tempat duduknya, Valerie termenung memikirkan Manu yang setiap detik ada di benaknya. Pikirannya berkecamuk, ia heran bagaimana bisa Manu lepas dari pandangannya kemarin, padahal netra Valerie tak teralihkan sedikit pun dari Manuel, ya kecuali saat laki laki itu berbelok. Tapi, aneh saja, seharusnya masih terlihat ada, kan?

Selama kurang lebih lima bulan terakhir, Valerie tak pernah sekalipun mendapati Manuel yang hilang di tengah kegiatan menguntitnya. Valerie selalu membuntuti Manu sampai laki laki itu masuk ke kawasan Mansionnya berada.

Terlarut dalam lamunannya, ia beberapa kali di tegur oleh guru karena tak memperhatikan. Saat bel istirahat ber bunyi, Martha Veronica dan Helena Adamary, selaku sahabatnya datang menghampiri Valerie hendak mengajaknya ke kantin.

Rasa lapar yang sudah tak bisa di bendung lagi karena ia melewatkan sarapannya pagi ini, Valerie pun menerima ajakan Martha dan Helena, tak memperdulikan kegiatan menguntit Manu yang telah ia rencanakan.

Langkah mereka bertiga di koridor menuju kantin sesekali di selingi pembicaraan Martha dan Helena. Sedangkan Valerie, gadis itu malah sedang memikirkan Manu yang saat ini entah berada di mana.

"Heh Val!" Helena menyenggol lengan kanan Valerie yang berjalan di samping kirinya. Martha dan Helena memandang aneh Valerie, sejak tadi gadis itu hanya diam melamun, bahkan tak menggubris panggilan keduanya beberapa kali.

Valerie tersentak kecil, ia mengalihkan perhatiannya pada kedua temannya ini. "Hm? Ada apa?"

"Diem bae lo. Kenapa?" Tanya Martha menyelidik.

Helena yang ada di posisi tengah diantara kedua temannya, memandang Martha dan Valerie bergantian. "Tau tuh, dari pelajaran pertama sampe istirahat ngelamun mulu. Ada masalah di rumah?" Helena prihatin dengan Valerie, pasalnya menurut Helena, hanya Valerie lah yang masalah keluarganya bejibun, tak selesai selesai.

"Engga, nggak papa." Sangkal Valerie. Masalah keluarga ya? Bener sih, masalah keluarga Valerie dengan Manu di kemudian hari, tapi dalam khayalan Valerie, haha.

Martha dan Helena hanya mengangguk kecil lalu hening hingga langkah mereka berhenti di dalam kantin. Ketiganya sama sama mencari bangku kantin yang kosong. Namun, nihil. Semua bangku di sini penuh!!

"Duh, kayanya kita telat ke sini deh." Ucap Helena.

"Penuh semua." Timpal Valerie

Martha mnyetujui ucapan kedua temannya, lalu netranya menatap lama salah satu meja yang memiliki beberapa bangku kosong di tempatnya. "Tuh ada yang kosong, ke sana aja, gimana? Mejanya punya Kak Peter tapi, nggak papa? Dari pada kita balik lagi, gara gara nggak dapet tempat."

Dengan terpaksa, Helena dan Valerie menyetujui untuk duduk di meja milik Peter Mauricio dan ketiga temannya. Fyi, Peter ini adalah Kakak sepupu Martha, maka dari itu, Helena dan Valerie setuju setuju saja bergabung dengan mereka walau sebenarnya sungkan.

"Bang, gabung boleh, ya? Bangku meja kantin pada penuh semua." Izin Martha ketika mereka bertiga telah sampai di meja Peter.

Perhatian ke empat laki laki pentolan sekolah itu pun secara bersamaan memandang Martha, selaku pemilik suara. Jeda beberapa saat, Peter beserta temannya dengan welcome mempersilahkan Valerie, Martha dan Helena untuk bergabung. "Silahkan, silahkan." Ucap Peter.

Martha duduk di kursi kosong tepat di sebelah kanan Peter, diikuti pula oleh Helena yang duduk di sebelahnya dan Valerie di hadapan Helena.

"Eh, gue nggak pernah liat lo deh. Anak baru ya?" Baru hendak mendudukkan pantatnya dikursi, laki laki di sebelah kiri Peter melontarkan pertanyaan seraya menatap Valerie.

VALERIE Where stories live. Discover now