" Aku baru tahu, jika kau itu ternyata masih bocah."
Tadi, setelah mereka sampai di rumah sakit. PP langsung membawa Billkin keruang UGD dan memaksa dokter disana untuk segera memeriksa. Beruntung keadaan tengah sepi, sehingga aksi PP tidak membuat kegaduhan.
Dan baiknya lagi, keadaan pemuda tidak parah. Ia hanya kesleo dan membuat sarafnya kaget, hingga mengakibatkan kaki pemuda itu tidak bisa digerakkan. Beruntung sekarang sudah normal kembali setelah meminum obat.
Dan sebagai prosedur untuk mengisi formulir pendaftaran, tentu saja PP harus meminta identitas pemuda itu. Maka dari sanalah ia tahu, jika pemuda bernama asli Puttipong Assaranatakul itu masih berada dikelas 3 menengah atas.
" Terus?" Billkin menyahut acuh, toh apa yang dikatakan pemuda dihapanya ini memang benar. Jadi ia lebih memilih untuk menyenderkan kepalanya pada kepala ranjang dengan bantal tinggi yang super empuk.
' Huh, ternyata ruangan VIP senyaman ini'
PP yang tengah duduk anteng disofa disamping ranjang, mencebik. " aku masih ingat ya, jangan lupa. Kau bersikap seolah-olah lebih tua dariku kemarin malam."
Membuat Billkin yang mendengarnya spontan nyengir karena malu." Phi sadar ya?"
" Yak bocah! Mataku ini masih normal dan otakku juga belum pikun. Tentu saja aku tahu, jika itu kau."
" Ya maaf, lagian akukan juga tidak tahu jika kamu lebih tua dariku."
Dan PP hanya mencebikkan bibirnya untuk menanggapi.
Mereka akhirnya terdiam, tidak tahu harus membahas apalagi. Maka yang lebih tua memutuskan untuk memilih bermain ponsel. Sekedar membalas pesan dari sahabatnya yang menanyakan keadaanya. Sebab, ia memang tadi sempat mengabari mereka jika ia menabrak seseorang.
Sedangkan yang lebih muda, memilih menyalakan televisi. Dan mencari saluran televisi yang menurutnya menarik untukia tonton.
" Kau itu memang benar-benar bocah, ya?"
PP menggeleng heran begitu melihat tayangan televisi yang ada dihadapanya." Memang apa salahnya, itu lucu phi." Yang lebih muda menyahut tak terima.
" Masha and the bear itu hanya untuk bayi." PP menekankan. Membuat Billkin mendengus malas, memilih untuk tak menanggapi ejekan yang lebih tua.
" Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kakimu?" PP menatap kaki Billkin yang masih terbalut rapi oleh perban. Sebenarnya tidak terlalu parah, namun ia yang ngotot untuk membuat pemuda berlesung pipi itu menginap dirumah sakit minimal semalam. Hitung-hitung sebagai bentuk dari pertanggung jawabanya.
Yang ditatap segera mengalihkan netranya dari kartun ditelevisi, lalu melirik kakinya sebentar.
" Kurasa sudah lebih baik phi, ya walaupun mungkin aku harus istirahat beberapa hari lagi dirumah."
" Syukurlah" PP mengangguk pelan,
" ngomong-ngomong, kau tak ingin mengabari orang tuamu? Kau tidak takut mereka khawatir?" Hanya sebuah pertanyaan yang wajar, namun ia langsung menyadari jika raut pemuda dihadapanya ini langsung berubah.
" Kenapa?"" Aku sudah tidak punya orang tua phi." Billkin menjawab pelan, dan PP seketika merasa bersalah.
" Oh maaf."
" Hei, kenapa minta maaf? Bukan phi yang membunuh mereka semua kok." Billkin tersenyum.
" Ya...," ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, " aku hanya merasa tidak enak."
" Sudahlah phi, lagian semua juga sudah lama berlalu kok."
Obrolan mereka terus berlanjut, dari mulai hal serius menjadi hal yang sangat random. Bahkan tak jarang mereka saling tertawa padahal tidak ada yang lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Through the Universe
FanfictionMenjadi putra dari pemilik Rumah sakit terbesar di negaranya. Ternyata tak membuat seorang PP Kritt bahagia. Ia justru merasa bahwa keluarganya tak pernah menyayanginya selama ini. Walaupun kehidupanya bergelimang harta, namun baginya rumah tak leb...