Sebuah Aston martin Vantage terlihat melaju kencang dijalanan kota Bangkok yang cukup padat pagi ini. Didalamnya seorang pemuda berambut hitam legam terlihat mengendarai mobilnya dengan sedikit ugal-ugalan. Beruntung ini jalan bebas hambatan, sehingga tidak akan menimbulkan kecelakaan karena laju mereka yang searah." Iya, ini sedang dijalan!" Ditelinganya terselip sebuah earphone yang tampaknya tersambung dengan ponsel seseorang diseberang sana. " Hem. Ayah tidak percaya padaku?" Ia terlihat mendengus dengan raut kesal.
" Bukanya tidak percaya, tapikan kau memang selalu membolos." sosok diseberang sana terdengar menyanggah.
" Tapi kali ini aku serius Pa. Sudahlah, nanti aku kirimi foto jika sudah sampai. Biar kau puas!"
" Ide bagus, nanti akan kuminta pamanmu untuk mengirimiku fotomu duduk manis dikelas."
" Pa, aku hanya bercanda. Terserah, lakukan sesukamu."
Lalu dengan cepat, ia memutus panggilan. Mengabaikan jika ayahnya diseberang sana mungkin akan mengomel karena ulahnya.
" Hah! Sepertinya aku akan melewati hari yang sangat membosankan mulai hari ini." Ia menghela napas pelan, mengetuk-ngetukkan jarinya pada stir mobil sembari mengawasi keadaan sekitar yang cukup padat akibat lampu merah yang tengah menyala didepan sana. Membuat mobilnya mau tak mau juga ikut berhenti.
" kenapa dia itu selalu ikut campur urusan pribadiku sih." Ditatapnya keadaan sekitar yang menurutnya sangat membosankan. Ini baru pukul 7 pagi, namun jalan raya telah dipenuhi oleh kendaraan yang berkeliaran.
Hingga netranya tanpa sengaja terfokus pada sosok berseragam sekolah menengah atas yang baru turun dari sebuah angkutan umum. Tidak ada yang aneh memang, namun entah kenapa senyum lebar pemuda itu sedikit banyak mampu membuatnya tertegun. Hingga tanpa sadar, lampu lalu lintas telah berganti menjadi warna hijau, membuatnya mau tak mau harus menjalankan mobilnya.
Namun saat melewati pemuda itu, ia sempatkan untuk meliriknya sekilas. Dan tanpa disadarinya sebuah senyum merekah keluar dari bibir ranumnya.
Namun begitu sadar, ia merasa keki sendiri." Ya, ampun. Apasih yang kulakukan? Aku bahkan tak tahu siapa dia?" Ia menggelengkan- nggelengkan kepalanya. Merasa aneh dengan dirinya sendiri.
" Sepertinya aku sudah gila."Setelah berhasil melewati lampu merah diperempatan jalan utama, mobil sport berwarna abu metalik itu segera berbelok kekiri lalu memasuki sebuah bangunan bertuliskan K university dengan huruf kapital digerbang depan.
Mobil terus melaju, hingga tibalah ia di parkiran fakultas yang sudah sangat ia hapal diluar kepala. Setelah memastikan mobilnya terkunci dengan benar, pemuda dengan tinggi badan 180 cm itu segera melangkah cepat memasuki kelasnya yang hanya berjarak beberapa meter dari parkiran.
" Weh, Seorang PP Krit yang terhormat, akhirnya masuk kelas dihari senin."
Sebuah suara cempreng yang sudah sangat ia hapal pemiliknya menyambutnya, begitu ia melangkahkan kakinya kedalam kelas yang telah cukup ramai pagi ini.
" Kau tidak sedang demam kan Pi?" Sosok itu mendekat lalu menjulurkan tanganya, berniat untuk mengetes dahi sosok yang lebih tinggi. Namun sebelum niatnya tersampaikan, tanganya telah digeplak lebih dulu.
" Sakit tahu!"
" Kau yang membuatku melakukan ini." PP mendengus. Membuat sosok didepanya mengernyit tidak mengerti.
" Kok bisa?"
PP terdiam, namun kemudian tiba-tiba berteriak kencang.
" Joana, aku kesal padamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Through the Universe
FanfictionMenjadi putra dari pemilik Rumah sakit terbesar di negaranya. Ternyata tak membuat seorang PP Kritt bahagia. Ia justru merasa bahwa keluarganya tak pernah menyayanginya selama ini. Walaupun kehidupanya bergelimang harta, namun baginya rumah tak leb...