Dorm II

132 28 3
                                    

"Makanan kemarin gimana? Aman?"

Felix bertanya sambil menyodorkan snack cokelat kepada Peter. Peter mengambil snack milik Felix sambil tersenyum, "Aman, masih enak kok. Aku simpan di kulkas semalam," ujar Peter. Sengaja berbohong demi kebaikan keduanya. Peter tak enak hati kalau sampai membuat tetangga yang baru dikenalnya itu khawatir.

Tiba-tiba, ada seorang pria jakung, berjalan ke arah mereka berdua. Ia berjongkok dan tersenyum, "Ayo, disimpan dulu makanannya. Acaranya mau dimulai," ujarnya.

Mata Peter mengarah ke sebuah name tag kecil bertuliskan 'SAM'. Peter dan Felix hanya terkekeh dan tersenyum canggung, "Baik. Maafkan kami."

---

Sekitar pukul empat sore, Peter kembali ke kamar kosnya. Ia merebahkan tubuhnya di lantai, menyerap seluruh hawa dingin yang ada di lantai kamarnya.

"Argh, aku lelah."

Tubuhnya ia golerkan ke samping, mengambil ponselnya, dan mengecek beberapa notifikasi yang mulai ramai dari grup kampusnya. Peter menghela nafas sejenak, kemudian dirinya kembali meletakkan ponselnya ke sembarang tempat.

Terlintas sedikit di benaknya wajah Sam yang tengah tersenyum ke arahnya dan Felix ketika di kampus. Tanpa sadar wajahnya bersemu, menahan rasa penasaran yang mulai mengalir.

"Ganteng banget..."

Peter kemudian melepas seluruh pakaiannya dan pergi untuk membersihkan diri. Setelah memakai pakaian santainya, Peter berjalan menuju kulkasnya untuk mengambil snack. Dirinya sudah makan malam di luar tadi, tentu bersama Felix dan Lewis.

Peter menggenggam erat pintu kulkasnya. Mulutnya komat-kamit mengucap ssesuatu, matanya terpejam erat, takut-takut kejadian kemarin terulang kembali.

"Jangan ada yang hilang, jangan ada yang hilang, jangan ada yang hilang..."

Klap!

Peter membuka kulkasnya dan mengecek isinya secara keseluruhan. Dan, ada satu makanan favoritnya yang menghilang.

"Astaga...cheese cake ku,"

Tapi anehnya, kenapa yang diambil hanya makanannya saja? Apakah hantu disini meminta persembahan atau semacamnya?

"Aku baru tahu jika hantu juga suka cheese cake..."

Rasa takut dan kalut menyelimuti hati Jisung. Ini baru hari ketiganya di kamar kos nya dan sudah ada dua kejadian tidak mengenakkan yang terjadi.

Ia kemudian mencoba mengkontak landlord, sang pemilik kos. Menceritakan semua kejadian secara runut melalui chat, tanpa ada yang terlewat sedikitpun. Hingga beberapa menit kemudian ada balasan yang sedikit membuat hati Peter tenang.

Mr. Christ, Lanlord
[Baik, saya akan kesana besok pagi]

---

Tepat sebelum Peter beranjak ke kampus, sang pemilik kos datang untuk mengecek apa yang terjadi.

"Ah, Tuan Christ. Maaf mengganggu anda pagi-pagi seperti ini," ujar Peter sambil tersenyum.

Peter kemudian menceritakan kembali apa yang terjadi selama tiga hari ini. Ia juga bersikukuh bahwa dirinya sudah menutup dan mengunci pintu serta jendela kamarnya.

"Atau kemungkinan ada tikus ya?" ujar Christ.

Christ pun juga menceritakan kejadian serupa yang dialami oleh penghuni kos sebelum Peter. Namun, setelah penghuni itu pergi pun, ia tetap tidak menemukan apapun yang menyebabkan makanan-makanan itu hilang.

"Apa mungkin..."

Peter memotong kalimatnya. Takut-takut menyinggung Christ.

"Mungkin?" tanya Christ.

"Ada hantu di kamar saya?" cicit Peter dengan suara rendah.

Christ hanya tergelak melihat wajah ketakutan Peter, "Tenang, aku sudah memanggil Pastor sebelum dirimu menempati tempat ini. Tenang saja," ujar Christ.

Peter dapat bernafas lega untuk sesaat. Kepalanya masih sibuk mencari-cari sebab mengapa makanannya hilang satu-persatu. Belum lagi, jejak makanannya pun sama sekali tidak ada.

Jika hewan yang memakannya, bukankah akan terlihat tidak rapi atau tercecer sana sini? Ia bahkan tidak menemukan sedikitpun sampah!

"Ugh, baiklah. Saya mau pergi ke kampus dulu. Terima kasih sudah repot datang, Tuan Christ," ujar Peter sambil menjabat tangan pemilik kosnya.

Selepas kepergian Peter, Christ nampak memikirkan sesuatu.

"Haruskah aku memasang CCTV di lorong ini? Huft, aku benar-benar khawatir jika ada pencuri."

---

Peter menatap makan siangnya dengan wajah tidak minat. Dirinya berpikir, apa yang akan hilang lagi nanti ketika dirinya kembali ke kamarnya?

Mau pindah pun, dirinya terlanjur menyewa untuk satu tahun. Pindah secara tiba-tiba, itu akan merugikannya sekali. Apa yang harus dia lakukan?

Felix yang menyadari keanehan Peter berbisik, "Ada sesuatu yang mengganggumu?"

Peter menoleh perlahan ke arah Felix. Haruskah dirinya bercerita? Tapi bagaimana kalau Felix tidak percaya?

"Jika kau ada masalah, aku bisa membantumu," tambah Felix.

Peter mengulum bibir bawahnya. Jujur, dirinya sedikit ragu. Tapi dirinya juga tidak memiliki solusi saat ini.

"Felix..."

Peter memanggil nama Felix dengan lirih. Tangannya masih memegang erat alat makannya. Sedangkan Felix, sudah siap mendengar apa yang akan dibicarakan oleh Peter.

"Apa kau percaya hantu?"

---

Sepulangnya dari kampus, Felix mengekori Peter masuk ke dalam kamarnya. Felix tidak merasakan ada hal aneh ataupun ganjil di kamar Peter. Ia kemudian mendudukkan dirinya di atas karpet bulu yang cukup tebal.

"Tidak ada yang aneh bukan?" tanya Peter.

Felix mengangguk. Peter kemudian berjalan menuju kulkas miliknya dan membukanya.

"Lihat, keripikku bahkan sudah menghilang siang ini," ujar Peter.

Kedua pemuda itu terdiam. Padahal auranya tidak terlalu mencekam. Tapi mengapa rasanya aneh sekali?

"Tikus tidak mungkin bisa membuka pintu kulkas bukan?"

Hendak mengucapkan sesuatu, namun Felix mengurungkannya. Terlalu mengerikan untuk diucapkan, tapi itu satu-satunya 'tersangka' yang bisa melakukannya.

"Pasti manusia yang melakukannya Peter, tidak salah lagi. Ia hanya mengincar makananmu," ujar Felix.

Kedua pemuda itu kembali terdiam. Mereka kemudian memiliki pemikiran yang kurang lebih sama.

Bagaimana cara orang itu melakukannya?

Felix kemudian menpuk bahu Peter, "Bagaimana kalau begini, pindahkan semua makananmu ke tempatku. Sisakan dua atau tiga makanan disini. Mari kita lihat, apakah ia masih tega untuk mengambilnya," ujar Felix.

Terdapat sercercah cahaya dalam mata Peter. Ia kemudian mengangguk, namun kemudian kembali meragu.

"Kalau dia berpindah untuk mengincarmu, bagaimana?" tanya Peter.

Felix tersenyum, "Tenang, Kak Lewis akan terus bersamaku," ujarnya bangga.

Peter hanya tersenyum kikuk. Dalam hatinya, ia sedikit lega memiliki tetangga kos seperti Felix. Setidaknya, ia merasa memiliki teman di tengah situasi yang aneh ini.

"Terima kasih Felix, kau sudah berbuat banyak untukku," ujar Peter.

"Bukan apa-apa," balas Felix sambil tersenyum.

---

Catatan penulis :

Kalian kalo makanannya diambil kayak Peter begini, bingung, marah, atau gimana ges?

Behind The Wall - MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang