Uneasy Part [Ending]

94 24 1
                                    

"Having a manor and a company? Are you kidding me, Minho?"

Peter melongo tak percaya ketika Peter mendengar semua cerita lengkap Minho. Minho hanya menunjukkan barisan giginya dan melirik ke arah lain dengan tatapan bodoh.

"Bro, you were rich!" seru Peter.

Minho mengernyitkan dahinya, merasa tidak terima dengan panggilan akrab Peter, "Did you just call me 'bro'? I thought you will call me babe."

Peter tertawa lepas mendengar komplain dari yang lebih tua. Tangannya dengan cepat meraih bir kalengan yang ada di mejanya.

"Hyung, you asked me over and over for being my mate? Why?"

Nampaknya, tupai satu ini sudah mabuk. Minho sudah menjelaskannya tadi dan Peter tetap menanyakan hal yang sama.

Apa Peter masih tidak percaya padaku?

Minho menghela nafasnya kasar, "Peter, you drunked."

Peter menggeleng lemah, "I'm not!"

Merasa menjadi pusat perhatian banyak orang, Minho dengan sigap mengangkat Peter dalam gendongannya. Walaupun Peter sedikit memberontak dan menolak fakta bahwa dirinya mabuk, Minho bersikeras membawanya pulang.

Daripada terjadi hal yang tidak-tidak kan ya?

---

"You sleepy, little head,"

Minho mendorong dahi Peter yang tengah tertidur dengan jari telunjuknya perlahan. Gemas melihat Peter yang tidur dengan bertopang pipi di bantalnya yang empuk. Minho duduk di sisi ranjangnya, mensejajarkan dirinya dengan Peter yang tengah terlelap.

"You said that you weren't wait, but....here you are. You came," ucap Minho lirih.

Peter hanya mengangguk sekilas ketika dirinya menjelaskan semua situasinya. Ia yang mengambil satu keputusan rumit yang membuat dirinya dan Peter harus mendekam sementara di balik jeruji besi. Pria yang lebih muda itu tidak ambil pusing. Masih segar di dalam ingatan Minho ucapan Peter ketika berada di restoran.

"Kau lebih dewasa, Minho. Aku paham,"

Minho ulurkan tangannya, mengusap rambut yang lebih muda dengan penuh kasih.

"Good night, Peter,"

---

Peter membuka kedua matanya dalam sekejap. Ia raba perlahan selimut warna merah maroon yang menyelimuti tubuhnya. Di atas kasur besar dengan ruangan yang elegan.

Ini pasti kamar Minho.

Ia kemudian bangun dan berjalan menuju pintu. Tepat ketika ia membuka pintu, semerbak aroma kopi menyambutnya di pagi hari.

"Did you sleep well, Peter?"

Itu Minho. Peter bergegas turun untuk melihat apa yang dilakukan laki-laki itu. Betapa terkejutnya dia ketika ada seorang wanita paruh baya dengan menggunakan pakaian rumahan, tengah memasak di pantry. Sedangkan Minho, dengan secangkir kopinya, tengah fokus melihat tab nya di meja makan.

"I do sleep well. But....where you sleep last night?" tanya Peter.

Minho mendongak, "I sleep on the couch. Its just---I still can't sleep with you in the same bed. You know---"

Minho kesulitan memberikan gestur kepada Peter. Sedangkan Peter sudah paham ke mana arah percakapan ini.

"Cause we aren't lover?"

Pergerakan Minho terdiam seketika. Yang lebih tua kemudian mengangguk kecil. Peter yang melihat itu hanya bisa menghela nafas. Ia kemudian menoleh ke arah wanita yang ada di pantry. Merasa ada yang janggal, Minho kemudian berkata,

"Dia ART. Datang dari jam tujuh hingga jam sepuluh di pagi hari. Jangan berpikir yang aneh-aneh."

Peter menggeleng sangsi. Matanya memicing, menatap ke arah Minho, "Aku tidak meracau hal aneh kan semalam?"

"Kau sadar kalau kau mabuk?" tanya Minho.

"Aku sadar. Tapi aku tidak bisa berhenti. Aku tidak bisa berhenti karena telah bertemu denganmu," jawab Peter.

Merasa ada tanda dari Peter, Minho kemudian berdiri dan berkata dengan suara lirih.

"Can we talk for a moment, Peter?"

---

Dua tahun kemudian...

"Wah besar sekali rumahnya. Adikmu akan kesal jika dia tidak ikut bersamaku."

"Yah, dia masih sekolah. Mau bagaimana lagi, Bun?"

Dari ujung ruang tamu, muncul sang pemilik rumah, Lee Minho.

Sekaligus calon suami dari Peter.

Awal pertemuan Minho dan Ibu Peter sangatlah sulit. Ibunya menolak mentah-mentah hubungan Peter karena Minho pernah membuat Peter masuk ke dalam penjara.

Namun, atas bujukan kedua belah pihak, perlahan hati Ibu Peter melunak. Namun tetap, Minho harus membuktikan beberapa hal, agar terlihat serius katanya.

Minho menyambut calon mertua serta calon suaminya itu dengan baik. Mereka membicarakan rangkaian perbikahan yang akan digelar satu tahun kedepan.

"Kadang saya masih bingung, kenapa anak orang kaya seperti dirimu harus menjadi seorang pekerja kasar," tukas Ibu Peter.

Meliat gelagat Minho yang kurang nyaman, Peter kemudian menegur ibunya, "Ibu, bukankah aku sudah cerita? Kasihan Minho-hyung."

Ibu Peter terkekeh, namun masih menatap tajam Minho. Aduh, Minho semakin kikuk dibuatnya.

"Jadi, bagaimana?"

Minho menerangkan beberapa vendor serta EO yang mau mengurus pernikahan mereka berdua. Pernikahannya akan dilangsungkan di Korea, sesuai keinginan Peter. Wanita tersebut hanya mengangguk samar.

Peter kemudian berpamitan karena harus kembali bekerja, ia hanya izin masuk terlambat. Dan kini, menyisakan Minho dan calon mertuanya itu.

"Kau tahu, ia sangat kesulitan ketika kau pergi,"

Minho yang menyajikan teapot di depan calon mertuanya itu mengerjapkan matanya kebingungan, "Kesulitan?"

"Ia terkadang masih merasa bahwa kau ada di dekatnya. Bahkan setelah ia keluar dari penjara pun, ia tidak ceria seperti biasanya. Hanya pemuda hambar yang melakukan rutinitas nya setiap hari," jelas Ibu Peter.

"Dia sering menceritakan dirimu padaku, dimana aku tidak menyukainya. Bagaimana kau bisa membuat anakku terjatuh seperi itu?"

Ibu Peter kemudian menghadap ke arah Minho denganbtatapan tajam.

"Aku harap, kau tidak mengecewakan aku lagi kali ini, Minho. Kalau sampai kau melukai putraku, aku akan membawanya kembali. Dan jangan harap kau bisa bertemu dengannya lagi."

Ancaman itu menjadi gong final bagi Minho yang ia dengar dan kunci rapat di dalam pikirannya. Ibu Peter kemudian menyeduh teh yanh disediakan oleh Minho, kemudian tersenyum.

"Aku percaya ketika kalian bersama saling membujukku untuk merestui kalian. Lucu juga kalau dipikir-pikir," tambah Ibu Peter.

Minho kemudian menghela nafasnya. Hari-hari yang sulit sudah berakhir. Ia harus fokus dengan Peter bersama dengan masa depannya. Melupakan masa lalu yang membuatnya terjebak dalam mimpi dan angan-angan semata.

Baby ♡
Bunda sudah pulang, Hyung?

Minho
Baru saja pulang. Ia mau membeli oleh-oleh untuk adikmu. Kau bisa menyusulnya nanti di hotel.

Baby ♡
Okay. See you soon, my future husband ♡

Minho
See you soon, my little squirrel ♡

[End]

---

Note :

Book ini emang rencananya dibikin singkat, karena isi masalahya gara-gara si Minho ga bisa pulang aja T^T

Anyway, thanks untuk kalian yang nungguin book---yang sudah berdebu---ini!!

Maaf banget kalo ada kekurangan dalam penulisannya. Happy reading!

Behind The Wall - MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang