Quiet

91 24 0
                                    

Peter menatap kotak makannya dengan tatapan hambar. Mengingat keduanya sama-sama menjadi diam selesai perdebatan kecil tersebut. Minho tetap membawakan bekal untuknya, namun pemuda berhidung bangir itu tetap diam saja.

"Haahh...."

Drrt, drrt.

Ponsel Peter bergetar, ia mengecek sekilas dan cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Uang dari mana ini?"

Nominalnya memang tidak sebesar uang sakunya, namun tetap saja, uang dari mana ini?

Drrt, drrt.

Masuk kembali uang dengan nominal yang sama. Dirinya sedang tidak ditipu kan? Uang dari mana ini?!

Peter kemudian cepat-cepat kembali ke kosnya untuk mengambil buku tabungannya. Ia ingin mengecek uang yang tiba-tiba masuk ke rekeningnya ke bank terdekat

"Peter, apakah uangnya masuk?"

Ha? Apa yang baru saja Minho katakan?

"Uang? Hyung, kau yang mengirimkan itu?" tanya Peter.

Minho mengangguk. Ditunjukkannya sebuah situs freelance yang tengah ia kerjakan, "Komisinya lumayan dan aku bisa mengerjakannya," ujar Minho.

Peter duduk di samping Minho, masih dengan memegang dadanya, "Kau membuatku benar-benar terkejut, Hyung..."

"Maafkan aku. Aku membuatmu marah," ujar Minho.

Peter kemudian memperhatikan Minho yang tengah mengerjakan pekerjaannya. Kepala Peter kemudian turun dan tidur di pangkuan pemuda itu.

"Kau tidak ada kuliah lagi?" tanya Minho.

Peter memilih untuk tidak menjawab dan tertidur di atas pangkuan pemuda tersebut.

---

"Diam disana!"

"Jangan lari!"

Peter seketika terkesiap bangun dari tempat tidurnya. Peluh keringat membasahi pelipisnya. Kesadarannya kembali ketika ia mencium aroma gurih yang memasuki inderanya.

"Hyung?"

Minho sedikit memiringkan tubuhnya untuk menengok ke arah Peter, "Ya?"

Minho meletakkan masakannya di piring, bergegas mencuci tangan, dan menghampiri Peter yang wajahnya sudah pucat pasi.

Ketika Minho mendekat, Peter langsung membuka kedua tangannya, meminta sebuah pelukan kepada pemuda Korea itu. Ia tenggelamkan wajahnya pada perut yang lebih tua, terdiam disana sambil mengatur nafasnya.

"Mimpi buruk, hmm?" tanya Minho sambil mengusap surai belakang yang lebih muda.

Peter mengangguk. Ia meremat kaos yang digunakan oleh Minho, mendekap Minho dengan sangat erat, seakan enggan melepaskannya.

"Mau cerita?" tawar Minho.

Jisung menggeser sedikit tubuhnya, berbagi tempat dengan Minho. Minho duduk sambil mengusap wajah Peter perlahan.

"Sejak kapan ya, kita menjadi sedekat ini?" ucap Peter.

Minho reflek langsung menurunkan tangannya. Kepalanya ikut menunduk, tak tahu harus menjawab apa. Minho hanya bisa memainkan selimut milik Peter.

"Aku hanya merasa kalau kita dekat, Hyung. Kau datang dengan cara yang tidak terduga, tapi kita menjadi tidak asing dalam waktu yang cukup dekat," jelas Peter.

Minho mendongak untuk melihat raut wajah Peter. Peter juga tengah memainkan kedua jarinya, berusaha menghalau ketakutannya.

"Kau bermimpi apa?" tanya Minho.

Behind The Wall - MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang