Tengah malam, Mona tampak terbangun dari tidurnya karena ia merasa kehausan. Ketika ia meraih gelas yang ia letakkan di atas nakas samping ranjangnya, ternyata gelas tersebut sudah kosong. Dengan terpaksa Mona harus turun ke bawah untuk mengambil air minum di dapur.
Mona mulai turun dari ranjangnya seraya berjalan untuk membuka pintu kamarnya. Suasana di luar kamarnya begitu gelap karena ia maupun Keenan tidak menyalakan lampu ruang tengah.
Ketika Mona menuruni anak tangga, ia seperti melihat sosok Keenan yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Keenan terlihat sedang meminum sesuatu dari dalam gelas, namun itu bukan air bening. Bukan juga teh ataupun kopi.
Karena Mona mulai khawatir, akhirnya Mona memutuskan untuk menghampiri Keenan dahulu sebelum ia beranjak ke dapur.
"Kakak lagi ngapain tengah malem begini?" tanya Mona seraya bersimpuh di hadapan Keenan. Ia juga tampak mengusap pipi Keenan karena keadaan Keenan sungguh tidak karuan.
Wajahnya memerah seperti habis menangis. Keadaannya juga sedikit berantakan. Bahkan, ia terlihat masih mengenakan kemeja putih yang ia pakai ketika ia bekerja tadi siang.
Keenan mulai menumpukkan tangannya di atas tangan Mona yang sedang memegang pipinya. Digenggamnya erat tangan mungil nan halus itu. Matanya dan hidungnya kembali memerah ketika ia menatap wajah Mona.
"Apa salahku, Mona?" tanya Keenan dengan suara yang terdengar sangat serak.
"Kakak mabuk?" Mona balik bertanya karena ia mencium aroma alkohol yang berasal dari hembusan napas Keenan.
Keenan tersenyum perih sembari menundukkan kepalanya. Ia juga mulai melepaskan tangan Mona yang sedari tadi digenggamnya dengan erat.
Mona mulai bangkit seraya duduk di samping Keenan. Ia memang menyadari perubahan sikap Keenan sejak tadi pagi di kantor.
"Kakak ada masalah apa? Kenapa kakak bisa sampe kayak gini?" Mona kembali bertanya dengan sangat khawatir.
Keenan tampak mengarahkan pandangannya pada Mona. Ia menatap wajah adik iparnya tersebut dengan sangat lekat.
"Tadi pagi waktu saya mau mandi, saya menemukan alat tes untuk kehamilan di bawah wastafel. Saya tau, itu milik Liora. Tapi, yang membuat saya terkejut adalah karena ada dua garis yang terdapat dalam alat tes kehamilan itu," terang Keenan dengan suara yang cukup bergetar.
Degh ...
"Apa Kak Liora hamil? Terus, gue gimana?" Hati picik Mona sedang menggerutu.
"Lalu ..., kenapa kakak kayak yang gak seneng gitu pas tau kalo Kak Liora hamil?" Akhirnya, hanya pertanyaan itu yang berhasil keluar dari mulut Mona.
Keenan semakin dalam menatap Mona seraya menerawang. Ia tampak meraup oksigen cukup dalam sebelum ia menjelaskan kepada Mona, alasan mengapa ia tidak senang setelah mengetahui Liora sedang mengandung.
"Tahun lalu, saya sempat memeriksakan kondisi tubuh saya tanpa sepengetahuan Liora. Saya melakukan semua itu karena saya mulai putus asa. Apa yang membuat Liora belum bisa mengandung. Padahal, waktu itu kami sudah menikah selama dua tahun. Setahu saya, Liora gak pernah mengikuti program KB atau semacamnya ..."
"... Ternyata, hasil tes dari dokter menyatakan bahwa saya mand*l dan saya gak bisa memberikan keturunan untuk Liora," terang Keenan dengan suara yang cukup pelan karena ia tak kuasa menahan rasa perih di dalam hatinya ketika ia menceritakan semua itu.
Mona sendiri tampak menutup mulut dengan kedua tangannya setelah ia mendengarkan penjelasan dari Keenan. Ia tidak menyangka, jika kakak iparnya mengalami musibah yang cukup mengkhawatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN BODY [ TERBIT ]
RomanceSUDAH TERBIT di Teori Kata Publishing.. Cerita ini di up ulang karena kena take down lagi. Keenan Danendra Xavier adalah cinta pertama bagi Mona. Cinta pertama yang seharusnya tidak Mona rasakan dalam hati karena Keenan adalah suami dari kakak kandu...