two

5 1 0
                                    

"Singkat cerita sih ga lama lagi mereka tunangan" Ucap Ashlyn sembari mengunyah somay kentang kesukaannya.

"Iya? Duh kenapa kak Vannya ga nunggu gua lulus?" Protes Yaxell yg saat ini jadi teman makan siang Ashlyn.

"Biar apa nunggu lo lulus?"

"Biar tunangannya sama gua"

Ashlyn tadi menceritakan kisah rumit perjalanan cinta sang kakak yg berujung akan bersatu dan bertunangan kepada Yaxell yang notabene nya fans nomor satu Jovannya .
Sebab kata Yaxell Kak Vannya itu idamannya sekali. Dari segi penampilan juga sikap.

Padahal sikap Kak Vannya menurut Ashlyn itu ya seperti gerandong.

"Ga bakal mau kak Vannya sama knalpot resing macem lo"

"Sial. Gua sama kak Bara gantengan siapa? " Tanya Yaxell congkak.
Wajah ia naikkan serta alis yg ia mainkan.
Sok ganteng.

"Ya kak Bara lah ! Lu jauh banget dibandingin dia" Ashlyn jelas tak Terima.

Kak Bara itu ganteng! Orang kaya -ya walaupun Yaxell juga kaya tapi kan Kak Bara sudah berpenghasilan sendiri.  Lagipula dia juga model. Kalo dibandingin sama Yaxell?
Astagaaa Ashlyn jadi ingin meninju wajah Yaxell.

"Pokoknya gantengan gua" Kekeuh Yaxell.

Ashlyn menghela nafas tak menjawab. Malas membalas ucapan Yaxell yg suka melantur. Ya walaupun memang dia akui Yaxell itu juga tampan. Tapi mau bagaimanapun kalo dibandingkan kak Bara ya tetap tampanan kak Bara . Sayang saja Kak Bara sudah milik kak Vannya, jika belum Ashlyn akan menggapai nya.

Hahhh,sudah lupakan saja.



"Gua gabung ya?"

Matanya berbinar. Punggungnya menegap.
Ashlyn tersenyum lebar, lalu mengangguk.

Itu Jadden.

Orang ganteng yg hampir menandingi gantengnya kak Bara.

"Gabung aja" Ucap Ashlyn senang.

Dibalas senyum oleh Jadden.

"Lo Ashlyn? Pena lo besok ya? Gua belum sempet beli " Ucap Jedden santai tak sekaku sebelumnya.

"Santai sama Alyn mah. Pena dia banyak. Suka nyolong soalnya" Celetuk Yaxell yg mendapat gamparan maut di lengannya.

"Lo ga usah sembarangan ya kalo ngomong!" Sebal Ashlyn.

"Iya bercanda! Sakit nih lengan gua! " Ujar nya sambil mengusap lengan yg lumayan perih.

"Awas lo! " Ancam Ashlyn. "Iya, gapapa pake aja dulu" Nada bicaranya berubah saat bicara pada Jedden.

Yaxell menyadarinya. Langsung saja ia sedikit menarik ujung helai rambut Ashlyn.

"Iyi gipipi piki iji Dili" Cibir Yaxell yg membuat Jadden tersenyum.

Tanpa sadar Jadden meletakkan susuk kotak ke samping piring Ashlyn. Susu coklat yg kebetulan menjadi rasa Favorit gadis itu.

"Ini apa? "

"Susu"

"Iya, tauuuu. Maksudnya kenapa kasih ini?" Tanyanya geregetan. Tiba tiba loh.

"Tadi ga sengaja beli. Buat lo aja." Balas Jadden lalu kembali fokus pada makanannya.

"Klasik banget mas Jadden" Timpal Yaxell yg sesama laki laki buaya.

"Ssshutt. Udah lo diem aja. Biar usaha gua lancar" Tegur Jedden bercandaan.

Yaxell tertawa nyaring, "Siaaappp. Semoga lancar" Yg dibalas tawa juga oleh Jadden.

Jujur Ashlyn tak paham. Jadi ia hanya memandang Yaxell dan Jadden bergantian.






.
.
.






"Mau pulang bareng?"

Ashlyn menoleh saat suara Jadden menyapa indra pendengar nya.
Dengan ducati hitam yang ia tuntun serta helm fullface nya Jadden berhenti tepat di sisi kiri Ashlyn.

"Ga usah. Ngerepotin lo nnti " Tolak Ashlyn.

Menyetandarkan motor, Jadden melepas helmet dan ia taruh diatas tangki motor. "Mau bareng temen lo?" Tanya Jadden.

"Iya. Si Sylvi". Balas Ashlyn sambil celingak celinguk. Mencari keberadaan Sylvi yg sedari tadi tak nampak batang hidungnya.

Memang setiap hari Ashlyn nebeng Sylvi yg kebetulan searah. Soalnya Ashlyn ini lumayan merepotkan. Tak bisa mengendarai motor apalagi mobil. Sedangkan orang tua juga kakak nya termasuk org sibuk yg tak pasti bisa untuk sekedar mengantar atau menjemputnya.
Jadi usul  kak Vannya tercinta ialah 'nebeng aja sama Sylvi. Nnti gua kasih duit bensin deh'

" Yang duduk dibelakang lo bukan?"

"Iya, bener"

"Tadi gua liat dia udah pulang duluan. Kaya buru² gtu" Ujar Jadden yg memang tadi tak sengaja melihat Sylvi berlarian keluar gerbang sebelum menaiki angkutan umum.

"Serius ? "

"Coba telfon kalo ga percaya" Suruh nya.

Menuruti perkataan Jadden, Ashlyn langsung sibuk mengetik pesan untuk Sylvi. Menanyakan apa benar Sylvi sudah pulang lebih dulu tanpa dirinya.

Ga lama, Sylvi membalas pesannya. Balasan 'Hehe iya nih.. Maap ya lyn ninggalin lo. Jangankan elo, motor aja gua tinggal. Urgent' yang Ashlyn terima.

"Kocak" Gumam Ashlyn terkekeh.

"Benerkan? Ayo, pulang bareng gua aja"

Disodorkannya helm yg tadi Jadden pakai kepada Ashlyn,

"Sumpah klo bukan karna Sylvi pulang duluan, gua ga mau ngerepotin lo" Ujar Ashlyn benar-benar tak enak.

"Ga ngerepotin kok. Gua seneng malah bisa pulang bareng lo"  Balas Jadden, masih memegang helmet yg juga belum diambil oleh Ashlyn.

"Pake. Pegel tangan gua" Ucap Jadden.

Mengerutkan alis, tanda gadis itu bingung. "Lo pake apa?"

"Ga perlu. Keselamatan lo lebih utama. Sini, " Jadden menarik tangan Ashlyn agar sedikit lebih mendekat. Lalu memakaikan helm di kepala Ashlyn. "Lucu"

'Sylvi tengkyu banyak karna lo udah ninggalin gua. I lov yu'













To Be C......






ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang