one.

6 1 0
                                    

"Hoi!"

Ashlyna Belle. Gadis berkuncir kuda dengan sweater abunya itu merengut kesal saat acara "menguping" Nya diganggu oleh teman sekelas bernama 'Yaxell Marcelio'

"Apaan? Ganggu aja" Protesnya

"Ngapain diem disini?? Nguping ya lo" Tuduh Yaxell yg seratus persen benar.

"Kagalah" Balasnya

Yaxell memasang wajah tak percaya. Lalu menyenggol pundak Ashlyn untuk menggodanya.

"Boong. Gua tau lo nguping" Ledek laki laki tampan itu.

"Nggak Xel! Lo fitnah gua do'ain dosa lo makin banyak" Kesuh Ashlyn sambil menendang tulang kering lawan bicaranya. Pelan kok, hanya sebagai peringatan untuk  Yaxell.

"Yaudah deh iya enggak" Kalah Yaxell yg perlahan pergi meninggalkan Ashlyn.
Tapi,baru beberapa langkah ia berjalan maju. Laki laki tengil itu kembali melangkah mundur. Mambuat Ashlyn geram dan mendelik.

"Apa lagi?" Tanya Ashlyn dengan kesabaran 7%

"Enggak. Cuma mau bilang sesuatu"

Ashlyn mengerutkan dahinya, "Apa?"

"Lo cantik deh pagi ini" Dan secepat kilat Yaxell berlari sebelum sepatu yg baru ingin Ashlyn lepas melayang ke kepalanya.

Yaxell itu jahil. Setiap hari selalu membuatnya emosi. Tetapi Yaxell juga sih yg sering mentraktir nya ☺😁

Setelah tak lagi melihat punggung Yaxell yg berlari terbirit-birit. Ashlyn kembali melihat kearah awal yg menjadi objek nya.

Tapi sial, 2 gadis yg tdi sempat ia curi dengar pembicaraan nya, sudah tak ada lagi disana.

"Monyet. Ini semua salah Yaxell!!" Ujarnya

Ashlyn memilih pergi untuk melanjutkan jalannya menuju kelas yg berada di lantai 2,kelas 11- 3.

Ashlyn tidak begitu pintar,ia akui itu. Hanya saja ia tak pernah lengser menduduki juara 2 se sekolahan. Ia tak mau sombong, sebab masih ada sang Juara 1 yg tak lain dan tak bukan adalah tuan Yaxell Marcelio. Entah lah, Ashlyn pun bingung kenapa bisa Yaxell yg sengklek nya 11/12 dengan Dervin (Langganan guru konseling) , mampu menjadi juara pertama. Sangat tidak menggambarkan sifat anehnya itu.

"Alyyyn! " Itu Sylvi yg berteriak.

"Kita punya hotnyus" Heboh nya melambaikan tangan agar Ashlyn ikut bergabung kemejanya yg berada di pojok kelas.

Ashlyn menurut. Ia duduk di meja kedua dri belakang. Ya kebetulan itu memang tempat nya sih.

"Dervin mana?" Tanya Ashlyn saat tak melihat si perusuh kelas di bangkunya yg berada tepat disebrang kanannya.

"Izin gk masuk hari ini. Sakit dia" Jawab Debby, selaku sekertaris kelas.

"Heran gk Lyn? Masa si Dervin bisa sakit. Lucu ya" Celetuk Yaxell yg sudah duduk anteng dengan ponsel digenggaman nya.

"Palelu lucu. Dervin juga manusia. Yang terkadang menjelma sebagai raja iblis"  Ucap Henry teman sebangku nya.

Karna ucapan Henry, hampir semua yg berada di dalam kelas tertawa.

Lucu.

"Lyn,lo udh tau bakal ada murid baru di kelas kita?" Tanya Hilda

"Lah dikelas kita? Tadi gua cuma nguping bakal ada anak baru doang. Kaga expect bakal masuk kelas ini"  Balas Ashlyn.

"Gua kata Mami, dia bakal masuk kel-"

"Noh kan Ashlyn nguping" Ucapan Nadrine terpotong oleh Yaxell yg melirik Ashlyn seolah olah matanya dapat berkata 'beneeer kan??? beneeeer'

Tolong,bawa Yaxell pergi sejauh mungkin. Saat ini juga. Ashlyn sudah tak kuat.

.
.
.
.
.

"Ok Jadden silahkan duduk di bangku itu ya" Tunjuk Bu Winda pada bangku kosong yg terletak di depan Ashlyn.

Jadden. Murid baru yg tadi mereka bicarakan.
Duduk anteng dengan raut datar tanpa senyum  sedikit pun.

Kalo boleh Ashlyn nilai, menurut penampilan Jadden ini keren walau agak keliatan nakal . Karna rambut coklat gondrong nya ,yg Ashlyn pun gatau itu warna asli bawaan lahir apa emang sengaja diwarnain.
Dan kalau soal tampang.  Ashlyn akui Jadden ganteng. Banget. Walau mukanya datar tapi emang ganteng, jadi cocok aja gitu.

Ashlyn tebak, Jadden akan ikut bergabung dengan geng gengan yg dibuat Yaxell.

"Boleh pinjem pena?"

Ashlyn mengerjap, saat pemilik punggung yang sedari tadi ia pandangi kini menoleh dan berbicara padanya.

"Iya? "

"Pena. Saya lupa beli" Ucap Jadden lagi.

Dengan gelagat anehnya, Ashlyn mengangguk dann merogoh tasnya untuk mengambil Pena cadangan.

"Ini, " Beri nya pada Jadden.

"Pink" Gumam Jadden memandang Pena berwarna pink dengan hiasan bulu² di tutupnya.

"Adanya itu. Ini kalau mau ungu, tukeran" Ashlyn menyodorkan Pena yg semula ia pakai untuk menyalin PR.

"Ga usah ini  aja. Saya pinjem dulu" Lalu kembali ke posisi semula untuk mencatat yg sudah ada di papan tulis.


Dan,

Kisah ini bermula saat Ashlyn menyadari dirinya sendiri bahwa ia telah jatuh,

Sendirian

Di gelapnya malam yg Jadden buat.











To, Be C....

ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang