6

20 7 34
                                    

“Tatsuya, bisa bicara sebentar?”

Sang empunya langsung duduk di hadapan ayahnya yang saat itu berada di ruang tamu. Tatsuya sedikit terkejut karena ayahnya mengajaknya bicara. Sebab sang ayah jarang sekali berbincang dengannya di rumah, jika bukan untuk urusan kerja atau sejenisnya.

“Ada apa, Ayah?”

“Apa kau sedang berkencan?”

Bagaimana ayahnya bisa tau? Pikir Tatsuya. Namun, dia berusaha untuk tetap tenang menanggapi. “Iya. Bagaimana Ayah bisa tau?”

“Aku pernah melihatmu dengan seorang wanita di kafe. Bawa dia ke rumah, kenalkan pada kami,” pinta Keiji.

Tatsuya terkekeh mendengarnya. “Kapan Ayah melihat aku bersamanya?” Keiji mengangkat bahu.

“Kamu lebih banyak tersenyum belakangan ini, Sayang.” Mina ikut bergabung dengan dua kesayangannya itu di ruang tamu, dan duduk di samping Tatsuya.

“Jangan menggodaku, Ibu. Mana mungkin aku seperti itu di hadapan kalian?”

Tatsuya tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini, tetapi kedua orang tuanya tampak lebih tertarik dengan kelanjutan ceritanya. Seolah-olah ingin mengetahui lebih lanjut tentang wanita yang sedang menjalin kasih dengan anak mereka.

“Undang dia untuk makan malam bersama di sini, Ibu ingin bertemu dengannya, Tatsuya.”

Jika Mina sudah meminta seperti itu, Tatsuya tidak bisa menolaknya. Karena dia selalu menuruti kemauan sang ibu, apa pun itu. “Baiklah. Aku akan menyampaikan undangan makan malam dari Ayah dan Ibu padanya. Kapan waktunya?”

“Besok malam saja,” ujar Keiji. “Hari ini kami harus pergi ke Nagoya. Ada acara di sana dan kami akan kembali besok pagi,” lanjutnya lagi.

“Baik, Ayah. Nanti akan aku sampaikan.”

Keiji dan Mina beranjak dari ruang tamu menuju kamar. Tatsuya masih diam di tempat, memikirkan bagaimana cara untuk menyampaikan undangan makan malam dari kedua orang tuanya kepada Tania. Wanita itu pasti akan terkejut dan gugup mendengarnya, pikir Tatsuya begitu.

“Aku harus mengirim pesan padanya,” batin Tatsuya.

Ponsel yang baru saja akan diambilnya di saku bajunya tiba-tiba berdering. Nama Tania tertera pada layar depan, mengundang senyuman di wajah Tatsuya.

“Halo, Tania.”

“Halo, Tatsuya. Kau sibuk?”

“Tidak. Aku baru mau berangkat kerja. Ada apa?”

“Ah, begitu. Apa aku boleh ke kantormu? Ada hal yang ingin aku bicarakan.”

“Tentu saja. Aku tunggu kau di sana.”

“Baiklah. Sampai nanti.”

Panggilan berakhir dengan tanda tanya besar di kepala Tatsuya. Hal apa yang ingin dibicarakan oleh Tania, sampai dia harus menemui Tatsuya ke kantornya? Tatsuya tidak bisa menebaknya, dan dia penasaran.

☠️☠️☠️

Seluruh mata tertuju pada kemunculan Tatsuya yang baru saja tiba di kantor. Bagaimana tidak? Paras tampannya memikat hati para wanita, dan karismanya menarik perhatian para pria. Ditambah lagi kepribadiannya yang ramah dan baik hati, siapa pun pasti akan menyanjungnya.

“Selamat pagi, Presdir Tatsuya,” sapa sekretaris Tatsuya.

“Pagi, Sora.”

“Ada tamu datang. Saya memintanya menunggu Anda di dalam, Pak.”

Tatsuya mengangguk paham. “Tolong buatkan minum untuk kami, Sora. Dan panggil Ren untuk datang ke ruanganku satu jam lagi.”

“Baik, Pak.”

Lies Behind Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang