papi

36 5 1
                                    

Syok berat.

Vinnie mematung cukup lama diluar, memikirkan nasib jantungnya yang sudah babak belur karna ucapan singkat tersebut.

Sekarang lupakan Michael, karna Marshal lebih brutal dalam hal mengobrak-abrikkan hatinya.

"Masuk" ucapan tegas tiba-tiba terdengar dibelakangnya, membuat Vinnie merinding sebadan-badan. Siapa lagi kalau bukan baginda raja papi tercintah.

Vinnie tidak diberitahu bahwa papinya akan pulang hari ini, tau begitu harusnya Vinnie pulang lebih awal. Aneh saja menurut Vinnie, dia anak cowok tapi tidak boleh pulang malam?

"ah lu jalan-jalan gak ngajak" kata Axel saat melihat Vinnie masuk kedalam rumah.

"atur volume kamu saat bicara, jangan berisik" tegur sang papi pada Axel

"hehe maaf papi"

"Evan!" panggil papi

"Evan masih kerja pi" kata Axel. Papi pun mengusap dahinya dan memanggil anak sulungnya.

"Tammy!"

"ya papi?" Tammy pun datang dari lantai dua sambil mengendong bayinya, diikuti sang suami dari belakang.

"ternyata kalian menginap disini, bagus. Besok kita akan liburan ke Maldives, jangan lupa kasih tau Evan" mendengar itu satu rumah langsung senang dan mulai membicarakan tentang planning tersebut

"harus besok banget?" tanya Vinnie. Ya kenapa coba tiba-tiba banget mana keperluan buat ini itu kan belum ada.

"iya besok malam jadi kita ada waktu buat siap-siap, mumpung anak sekolah udah pada libur" Jelas sang papi. Kalau begitu masih bisa Vinnie terima, kalau berangkatnya pagi mungkin Vinnie akan protes.

"Yeey, baby Mimi ke pantai" kata Mami yang muncul entah dari mana sambil mengambil sang cucu dari pelukan kak Tammy.

"eh tapi nanti yang terima raport anak-anak siapa?" tanya Mami tiba-tiba.

"udah ada disini, papi udah kasih tau wali kelas mereka" Kaya sang Papi sambil meletakkan satu buku raport keatas meja, yaitu milik Monika.

"buat punya Vinnie bakalan di kasih online, jadi tenang saja"

"oh" Vinnie hanya meng oh ria saja.

Hidup dengan keluarga kaya rasanya semua terlalu digampangkan, terkadang Vinnie senang akan hal itu tapi terkadang menurutnya itu terlalu berlebihan. Vinnie juga ingin merasakan bagaiman liburan dengan keluarga yang biasa saja, mereka pergi kemana? makan apa? obrolan apa yang mereka bicarakan?

"Vinnie" panggil Papi

"ya?"

"selalu cemberut, kamu anak paling ganteng tapi tidak mau menonjol, jangan sia-siakan kelebihan kamu"

"oh, ok" Vinnie hanya bisa tertawa. Papinya suka sekali komen terhadap semua yang dia rasa kurang dari Vinnie

"lah bukan aku yang ganteng" protes Axel

"iya kamu juga" kata Papi lalu pergi kekamar. Ya sudah begitu saja, memang sangat sulit ditebak pria tua satu itu.

Sulit memang menjadi Vinnie, anak yang terlalu tertutup memang selalu menjadi sasaran orang tua yang ambisius. Papinya ingin semua anaknya dilihat oleh dunia, bukannya menjadi pemeran sampingan saja. Dalam hal emosi dan mood mungkin Vinnie dan papinya sama, namun dalam hal passion keduanya sangat berbeda.
.
.
.
.
.
.
Liburan di Maldives sangat tidak menyenangkan, Vinnie malah merasa kesepian karena tidak bisa bertemu dengan Marshal, padahal baru dua hari.

Which one [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang