✮⋆˙01˙⋆✮

110 11 0
                                    

Berbicara lebih mudah daripada melakukannya, itulah yang terjadi sekarang pada Flora Van Dragnell. Semua orang kini percaya jika Flora adalah wanita di balik perilaku Devon Don Dragnell yang semakin mirip dengan iblis. Kekejaman yang tiada akhir membuat seluruh kota takut akan kehadiran pria yang sudah menguasai kota Gough selama beberapa tahun. 

Di hadapan semua orang, Devon selalu menuruti keinginan tidak masuk akal dari sang istri. Salah satu permintaan yang dituruti Devon adalah menggantung salah satu tetua dari keluarga Devon di alun-alun kota. Bukannya marah, Devon justru senang dengan permintaan sang istri. 

Flora sekarang juga dapat mengatur apa pun perihal pekerjaan Devon. Mereka berdua sekarang mulai terlihat lebih serasi daripada sebelumnya. Setidaknya, itulah yang semua orang pikirkan sekarang. Akan tetapi, perilaku Flora pada dasarnya tidak hilang sepenuhnya, terutama saat ia hanya sedang berdua dengan Devon di kamar.

Devon berjalan memasuki kamar dan melihat kamarnya kosong seperti tidak ada orang yang memasukinya. Dengan santai, ia berjalan menuju lemari pakaian dan membukanya. Di sana ia melihat Flora yang bersembunyi sambil menutup wajahnya menahan malu. Devon menggelengkan kepalanya pelan. Istrinya benar-benar seperti memiliki dua kepribadian.

Dengan lembut, Devon menggendong Flora dan duduk di pinggir ranjang sambil memangkunya. Ia dapat melihat daun telinga Flora yang memerah, masih merasa malu atas kejadian beberapa saat yang lalu.

"Ada apa denganmu?" tanya Devon lembut sambil mengelus punggung Flora.

Lembut? Ya, semenjak Flora dapat menguasai Devon di depan semua orang, perlakuan pria itu terhadap Flora semakin lembut saat mereka berdua saja. Flora benar-benar tidak mengerti mana sifat Devon yang sebenarnya.

"Kau menciumku di depan semua orang," jawab Flora setengah ragu.

Ragu dengan apa yang mereka lakukan di hadapan anak buah Devon. Pria itu tidak pernah memintanya untuk melakukan keintiman di hadapan orang lain.

"Apa salahnya mencium istriku sendiri?" jawab Devon dengan santainya.

"Tapi ... mengapa di hadapan semua orang?" tanya Flora sambil memperlihatkan wajahnya yang masih memerah.

Devon tertawa kecil, memandangi keindahan wajah yang dimiliki istrinya. Iris mata Flora berwarna zamrud, sama seperti miliknya. Bentuk wajahnya yang sedikit tirus memberi kesan misterius sekaligus hangat, ditambah hidung kecilnya yang mancung menambah kesempurnaan yang diberikan Tuhan padanya.

"Apakah butuh alasan untuk mencium istriku sendiri?" Flora menggelengkan kepalanya atas pertanyaan Devon.

Memang tidak perlu memiliki alasan untuk mencium pasanganmu sendiri, tetapi Flora lebih curiga jika Devon melakukannya tanpa alasan. Pria itu selalu melakukan sesuatu atas dasar alasan dan intuisinya. Lalu, apa yang membuat Devon melakukannya tanpa alasan?

Flora masih berpikir keras, sedangkan Devon hanya menggelengkan kepalanya pelan. Istrinya hanya di depan orang lain saja begitu ganas menerkamnya, sedangkan jika sudah hanya berdua saja, ia akan kembali pada sifat aslinya yang takut dan pemalu.

"Jadi, apa aku juga harus menciummu di depan orang lain juga?" tanya Flora yang takut menatap mata Devon.

"Bukankah itu hal yang wajar? Kau harus berani menciumku bahkan melakukan hal lebih," jawab Devon dengan seringaian di wajahnya.

Flora hanya dapat menutup wajahnya menahan rasa malu, ia benar-benar ingin menggali lubang dan masuk tanpa keluar sampai akhir hidupnya. Jika bukan karena keluarganya, ia sudah melarikan diri sejak lama.

"Mengapa hal itu masih membuatmu malu? Pernikahan kita sudah berjalan selama satu tahun, aku bahkan sudah melihat seluruh tubuh-" Flora langsung saja mendekap bibir Devon.

Tease The HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang