CHAPTER 4

217 35 16
                                    

"Welcome home my princess"

Booom!! Duarr!!

"YEAYYYY!!!"

Richard dan dua dayangnya baru saja bertepuk tangan ria didepan Anya dan Meira. Meira memasang wajah sinisnya dan Anya malah menatap tiga orang didepannya dengan tatapan konyol.

"Mas, mbak kan lagi pulang kampung, kamu malah ngajak anak-anak untuk menghancurkan rumah?"

Itu suara Meira. Istri Richard Olsen itu menyilangkan tangan di dada dengan wajah tegasnya yang biasa. Ia menatap suami dan anak kembarnya secara bergantian sedangkan yang ditatap hanya menunduk dan saling menyikut tak mau bertanggungjawab.

Anya terkikik lalu menjulurkan lidah meledek dua saudara kembarnya yang kini menggaruk tengkuk mereka.

"Habislah kalian semua, selamat makan Indomie lu pada"

"Ya Tuhan, Dad liat kelakuan Anya sialan itu, kita nyiapin surprise ini buat dia", tunjuk Alden tak terima. Ia baru memanyunkan bibir saat Meira berdehem.

"Maaf Bunda", cicitnya tak berdaya. Ia menyikut siku sang Ayah meminta pertolongan.

Richard tersenyum lebar dan menghampiri istrinya lalu meraih telapak tangan cinta pertamanya itu dengan sayang.

"Sayang, aku pasti beresin semuanya kok, tenang aja ya", bujuknya mesra.

Tak lupa ia mencium kening istrinya itu sekilas. Meira yang memasang wajah galak itu tiba-tiba tersenyum dan mengangguk.

"Beneran ya?"

"Iyaaa cintaku sayangku, buat kamu apa yang ngga sih"

"Ya Tuhaaan, aku iri syekaliii", ledek Anya yang kini senyum-senyum disamping orang tuanya.

Richard makin merangkul istrinya itu yang membuat sang anak bungsu makin melebarkan senyum.

"Ya Allah mau jodoh kayak Richard Olsen", sambung Anya dengan wajah gemas.

"Ann, kamu ih, masa ntar judulnya anak adalah maut?", celetuk Alden menghampiri adik satu-satunya itu sambil memasang wajah no nooo jangan ya dek yaaa.

"Maksud lu apaan dah?", ujar Anya sewot.

Ia menggeser posisi berdiri agar ia tak dirangkul si Alden yang sok dekat dan sok manja itu. Tak lupa juga dengan wajah jijiknya.

"Kagak usah rangkul-rangkulan bjirr, emang sejak kapan kita semesra itu?"

"Dihhh!!"

"Jauh-jauh sono, jangan sampe gue harus cuci tangan pake tanah"

"Astaga Ann, gue kira lo kehilangan ingatan doang pas kecelakaan, tapi kehilangan akhlak juga?"

Anya melengos berjalan menuju kamarnya tanpa mempedulikan Alden yang tampak sebal. Ia sempat bertemu pandang dengan Alfred sebelum naik tangga dan melempar senyum yang jauh berbeda ketika ia bertemu pandang dengan Alden tadi.

"Welcome home, sayang aku", ucap Alfred dengan wajah teduh. Anya mendekat dan memeluk tubuh tinggi kakak keduanya itu dengan wajah senang.

"Thank you, Mas. Sorry aku sempat bikin semua orang khawatir"

"It's okay, Ann. Kita khawatir karena takut ga ada yang akan berantakin rumah lagi", seloroh Alfred mengusap pelan kepala adik perempuan nya itu sambil tertawa kecil.

"Mas, jangan ikutan iseng kayak kudanil lilac itu!", ucap Anya memanyunkan bibir tak terima.

----

Anya menghamburkan diri ke atas ranjang yang sudah lama ia rindukan. Ia membiarkan kepalanya tertelungkup beberapa saat dan menghirup aroma spreinya dalam-dalam.

NICOTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang