GADIS DAN TEKAD?
Setiap tempat punya cerita, setiap celah punya kisah. Dunia akan hampa bila tak diisi oleh beragam kejadian, mulai yang bisa diterima nalar hingga yang sulit terjejaki akal. Semua itu diciptakan oleh makhluk pemikir bernama manusia. Di antara semua kisah yang pernah ada, akan kau temukan tanda-tanda pesan atau justru tanda-tanda tanya. Pada akhirnya semua akan kembali pada bagaimana kau meyakini kisah itu. Kukatakan, manusia itu rumit.
Naroa dulunya adalah desa yang kecil. Berpenduduk para manusia yang saling mengenal, bahkan orang bisa mengenal anggota keluarga yang hidup di paling ujung desa. Hidup berkelompok membutuhkan seorang pemimpin dan dikenal-lah Koa sebagai pemegang kekuasaan itu.
Koa adalah pemimpin yang kuat, cermat, tangkas, namun kurang bijaksana. Maka, Merle diangkat untuk menyeimbangkan cara memimpin Koa yang berandalkan fisik dan kekuatan. Merle dikenal sebagai wanita yang lemah lembut nan arif. Matanya tak pernah memancarkan kemarahan berapi-api, mulutnya tak pernah melontarkan kalimat keji nan kasar, tindakannya tak pernah sembrono. Ia cerdas untuk seorang tangkas.
Selama dua belas tahun desa itu dihinggapi kedamaian dan keharmonisan. Masyarakat bertani di ladang mereka, berkebun di perkebunan kecil yang mereka miliki, atau terkadang memancing di sungai. Kebahagiaan itu tersempurnakan dengan kelahiran putri bungsu dari keluarga kepala desa mereka. Semua orang bersuka cita sebab tak dilahirkan perempuan dari rahim istri Koa itu, semua laki-laki. Sehingga kelahiran itu menciptakan cinta dari semua orang untuk sang putri-Tallula.
Iris matanya sewarna hutan hijau, dipadukan dengan rambutnya yang panjang bergelombang sewarna arang. Fisiknya adalah perpaduan harmoni dari Koa yang tinggi dan Merle yang membawa warna anggun. Namun, tak sebaiknya berekspektasi terlalu tinggi mengharap sempurna terhadap sesuatu sebab Lula tidaklah sesempurna itu.
Hidup dipayungi oleh kasih sayang dari semua orang di desanya ternyata mengubahnya menjadi seorang gadis angkuh dan manja. Tutur katanya tak seindah nada suaranya, tatapan matanya selalu setajam pisau, bibirnya enggan tersenyum kecuali pada hal yang menyenangkan hatinya.
Lula menyenangi hal-hal berkilau. Sebagai contoh, kalung dan cincin. Ia senang mempercantik diri. Ia merasa dirinya cantik dan perlu dipercantik lagi. Membuatnya sebagai pribadi yang senang menghamburkan harta orang tuanya hanya untuk bertandang ke pasar guna membeli aksesoris dan pakaian.
Suatu hari, di saat semua orang sudah sibuk menutup jendela mereka sebab petang sudah bertandang, bunyi lonceng di pintu masuk desa menggema.
"Lonceng di waktu petang?"
"Siapa yang datang?" Tanya Lula pada sahabat karibnya.
Idra berbisik pelan di telinga Lula, "sekelompok pedagang-"
"Apa salahnya dengan pedagang?" Potong Lula sembari menyisiri rambut hitamnya.
Idra memekik tertahan sembari melirik sekitar, takut orang lain mendengar percakapan mereka. "Mereka sekelompok pedagang tetapi mereka tak pernah datang ke desa kita. Aku mendengar dari orang-orang yang menjaga di pintu masuk bahwa kelompok itu tak memiliki lisensi sebagai pedagang," sambung Idra.
Lula menilik dengan rasa penasaran. "Lantas apa yang membuatmu berlari hanya untuk datang ke sini?"
Idra menggeser duduknya lebih dekat dengan Lula. Mulutnya terbuka, siap untuk mengatakan hal yang akan membuat Lula melupakan ritual tidurnya. "Mereka pedagang perhiasan," bisik Idra yang mendapatkan pekikan semangat dari sang gadis kepala desa.
Lula dengan cepat menyambar kantung kecil berisi berlembar-lembar uang yang ia dapat dari ayahnya untuk kemudian ia bawa berlari menuju tempat para pedagang itu ditahan. Sesampainya di pintu masuk desa, Lula bersama Idra mendengar suara teriakan dan makian dari dua kubu. Ayahnya adalah salah satu pelaku teriakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Have A Good Day
Teen FictionPada tahun pertamanya, Inka Anaira dikenal sebagai Sang Pemegang Keberuntungan. Tahun keduanya ia dikenal sebagai Wajah Shankara. Tahun ketiganya, ia adalah Bintang Terakhir Yang Tersisa. Setelah liburan kecil-kecilan di pantai yang diimpikan semua...