Royal Prince : 10

7.9K 302 8
                                    

Kobaran api dan suara ledakan terdengar di mana-mana. Negeri Orlando sudah mulai terkena serangan perang. Para penduduk di negeri Orlando berlari luntang-lantang demi mendapatkan tempat aman untuk berlindung. Banyak anak-anak yang terpisah dari orang tuanya karena perang tersebut, banyak juga korban yang berjatuhan di dalam perang tersebut. Seluruh tentara dari istana maupun setiap daerah berusaha mati-matian demi mengusir penjajah dari tanah mereka. Beribu-ribu pasukan di kerahkan oleh Edward untuk melawan penjajah. Hingga pada akhirnya Edward memutuskan untuk turun tangan bertarung melawan penjajah di dampingi oleh Kenny.
Pembantaian massal terjadi di sebuah desa yang bernama Legra. Di sana, semua penduduk di kumpulkan menjadi satu kumpulan, kemudian dengan kejamnya para tentara Jepang menembaki mereka satu per satu hingga semuanya menghembuskan nafas terakhir. Kejam.

Suara teriakan, rintihan, tangisan dan juga ratapan terdengar di mana-mana. Bau anyir darah hingga mayat-mayat dapat di temukan di setiap sudut negeri. Peperangan tidak menyisakan belas kasihan.
Melihat sebagian negerinya hampir rata dengan tanah, Edward merasa sangat iba, ia juga dendam dengan perbuatan para penjajah, terlebih-lebih adalah Kanata yang menjadi akar dari peperangan tersebut. Tepat pada saat itu, segerombolan tentara Jepang menyerbu rombongan pasukan tentara kerajaan yang di pimpin oleh Edward. Kenny segera berteriak dan memerintahkan semua pasukan untuk melindungi Edward. Baku tembak antar senjata pun terjadi. Kenny segera menarik Edward, keduanya menunggangi kuda dan meninggalkan tempat tersebut. Edward panik.
Di tengah kepanikannya, ia teringat akan desa Ardellos, dimana Christian masih berada di sana, ia pun mengarahkan kuda yang ia tunggangi menuju jalur yang menghubungkan pusat kota Orlando dengan jalur menuju desa Ardellos. Kenny dengan sigap menghentikan langkah Edward.
"Apa yang kau lakukan?" teriak Edward.
"Aku tidak mengijinkan tuanku untuk mengunjungi desa Ardellos!"
Edward terdiam sejenak, matanya yang bulat menatapi Kenny lekat-lekat,
"Apa hak-mu untuk melarangku kesana, disana juga masih banyak rakyatku yang menderita."
"Anda mengunjungi desa Ardellos bukan untuk rakyat, melainkan untuk Christian!" teriak Kenny.
Edward sedikit terkejut mendengar teriakan Kenny. Karena selama ini, Kenny yang ia kenal sama sekali tidak berani membantah ataupun berteriak di hadapanya seperti sekarang ini.
"Besar nyalimu berteriak di hadapanku! "teriak Edward tak mau kalah,
Kenny terdiam sejenak.
"Bisakah tuanku melihat kepadaku untuk sejenak, bisakah tuanku merasakan apa yang ku rasakan?"
"Apa yang kau katakan? aku tidak mengerti."
"Bisakah tuan memandang hatiku dan jangan terus menerus memandang pada Christian?"
Setelah di putar-putar perkataan yang di ucapkan oleh Kenny, Edward baru menyadari arti dari pengawalnya yang setia itu, ia tertegun sejenak. Mereka terdiam di tengah keadaan pusat kota yang sangat gawat dan di iringi dengan suara-suara tembakan dan juga bom.
"Hamba juga ingin di perlakukan oleh tuanku seperti tuanku memperlakukan Christian." ujar Kenny lirih.
"Hamba juga ingin mendapat cinta kasih dari tuanku." Sambungnya.
Edward tidak dapat berkata-kata, ia terdiam. Ia tidak pernah mengetahui sama sekali jika pengawalnya yang paling setia itu diam-diam memendam perasaan terhadapnya.
"Apakah tuanku tidak menyadari jika aku sudah menyukai anda sedari dulu?" ungkap Kenny sekaligus bertanya pada Edward.
Lagi-lagi Edward terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa dan harus berbuat apa,
"Aku tak tahu, dan baru hari ini aku mengetahui semuanya." ucap Edward.

"Lalu apa yang kau inginkan dariku untuk sekarang ini?" tanya Edward.
"Aku ingin memiliki hati tuanku seutuhnya."
Edward berpikir cukup lama mengenai hal yang di utarakan oleh Kenny. Ia tak mungkin menerima pernyataan Kenny, karena ia sudah menganggap pemuda itu seperti kakak kandungnya sendiri. Di dalam hatinya hanya bersemayam seorang Christian.
"Maaf, aku tak dapat melakukan itu." ujar Edward sembari mengarahkan kudanya menjauh dari Kenny.
Hati Kenny benar-benar hancur pada saat itu. Ia menatapi Edward yang menunggangi kuda semakin jauh darinya, tapi karena terpikir akan keselamatan Edward, ia pun segera mengarahkan kuda yang ia tunggangi untuk menyusul Edward.
***
Mata Edward tertutupi oleh asap-asap yang mengepul di sekitar desa Ardellos. Desa yang sebelumnya ramai, kini menjadi sepi layaknya areal pemakaman. Banyak mayat yang tergeletak di sepanjang jalan yang Edward lewati, kobaran-kobaran api masih tampak melumati rumah-rumah yang sedang terbakar. Taman tempat Edward bermain kini sudah berubah menjadi puing-puing, pohon di tengah taman telah terbakar. Padang rumput tempat dirinya dan Christian berehat sembari menatapi langit, kini sudah menjadi tandus dan gundul akibat lalapan api. Edward merasa dirinya berada di dalam mimpi buruk. Hanya dalam sekejap, desa yang menjadi legenda turun temurun karena keindahannya, menjadi desa mengerikan yang tidak layak di tinggali oleh manusia.
Setetes air mata mengalir dari pipi Edward diikuti tetesan-tetesan lainnya yang lama kemudian menjadi tangisan. Sebuah tangisan yang mewakili tangisan dari orang banyak. Edward mengarahkan kudanya menuju kediaman Christian, kediaman itu sudah hancur dan rata dengan tanah. Tidak ada lagi sebuah rumah yang berdiri yang di kelilingi oleh taman.
Edward turun dari atas kuda tunggangannya, ia berlutut menangis sejadi-jadinya, ia menangisi kekejaman perang yang telah merenggut nyawa orang yang sangat berarti baginya. Suara tangis yang amat memilukan jika terdengar oleh siapapun yang mendengarnya. Langit seolah ikut berduka atas apa yang di rasakan oleh Edward dan perang yang sedang berlangsung. Hujan turun dengan sangat derasnya. Meredam segala kobaran api, membersihkan segala darah yang bercecer.
Kenny yang sampai di tempat Edward berada, segera berjalan mendekat ke arah pangeran kecilnya tersebut. Ia berlutut di samping Edward, menyadari kehadiran Kenny, Edward pun menjatuhkan kepalanya dan menangis di dalam dekapan Kenny.
-
Ratu Victoria tampak sangat khawatir tentang keselamatan putranya yang turut turun tangan untuk berperang melawan penjajah. Karena kekhawatirannya yang teramat, membuat dirinya jatuh sakit. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin terus mengucur dari dahi dan lehernya. Mulutnya selalu menanyakan kabar tentang kepulangan putranya kepada para dayang-dayang istana yang melayaninya.
Di ruangan aula istana, Alexander, para menteri dan juga negarawan, ikut memprihatinkan keselamatan pangeran mereka yang berada di medan perang. Mereka menggelar acara penolakan bala yang bertujuan untuk menghindarkan segala kejadian-kejadian buruk yang suatu saat dapat menimpa pangeran pemimpin negeri mereka.
-
Christian, Hellena dan juga adiknya yang paling kecil beserta para penduduk desa Ardellos lainnya yang tersisa, berlindung di sebuah tempat ibadah, karena tersiar kabar bahwa tentara Jepang tidak akan menyerang tempat ibadah. Di kala itu, tempat ibadah yang sebalumnya bersih, kini menjadi kotor akibat darah yang berceceran di sana sini. Pengurus tempat ibadah tersebut mengeluarkan segala bekal pengobatam yang ada di sana untuk mengobati para korban-korban perang yang masih dapat tertolong. Pada saat tak sengaja menatap keluar jendela, mata Hellena menangkap sosok orang yang menurutnya tak begitu asing,
"Bukankah itu pangeran Edward?" ucap Hellena pada putra sulungnya yang pada saat itu dengan segera bangkit berdiri dan menatap keluar jendela.
Mendengar sebutan pangeran yang terlontar dari mulut Hellena, membuat sebagian warga desa Ardellos ikut menatap keluar jendela, karena mereka sangat ingin melihat pangeran pemimpin negeri mereka tersebut.
"Benar, itu Edward." ujar Christian dengan perasaan senang,
Christian segera bangkit berdiri, ia bermaksud keluar dari dalam tempat ibadah untuk mengejar Edward, karena ia berpikir pastilah Edward datang untuk mencarinya,
"Apa yang kau lakukan?" cegah Hellena sembari memegang erat lengan putranya itu dengan kuat.
"Aku ingin menemui Edward."
"Di luar sana keadaan sangat tidak memungkinkan kau untuk keluar, tentara Jepang dapat muncul kapan saja."
Para penduduk desa yang mendengar percakapan antara ibu dan anak itu membenarkan ucapan Hellena dan meminta Christian untuk lebih mendengarkan perkataan ibunya. Christian bersikeras untuk keluar, karena ia sudah sangat lama menunggu kedatangan Edward.
"Aku harus menemuinya."
"Tidak bisa."
Di dorong perasaan sangat terpaksa, Christian melepaskan genggaman erat tangan ibunya tersebut, ia berhambur keluar dan meneriakkan nama Edward, ia tak perduli bahwa pada saat itu ada tentara Jepang datang ataupun tidak, yang ia tahu kedatangan Edward, hanya untuknya. Sayup-sayup di balik suara deraan hujan, terdengar sebuah suara memanggil-manggil namanya dari kejauhan. Edward mengalihkan pandangannya ke sekeliling, tepat ketika ia menoleh ke arah belakang di lihatnya sesosok orang yang ia sangat kenal. Air mata Edward kembali menetes karena orang yang di sangka telah menjadi korban kekejaman perang tidak meninggal. Edward turun dari atas kuda dan ikut berlari ke arah Christian.
Ketika keduanya mendekat, keduanya berpelukan satu sama lain di bawah derasnya hujan. Kenny sangat murka, perlahan-lahan ia mengarahkan kudanya ke arah keduanya berada. Dari dalam saku celananya, ia mengeluarkan sebuah pistol yang akan di lepas pelurunya ke arah Christian. Hujan deras dan lebat membuat pandangan Kenny sedikit terganggu. Dari balik derasnya hujan, mata Kenny menangkap ada beberapa orang berpakaian tentara Jepang yang mengendap-endap di sekitar mereka. Tampaknya tentara Jepang tersebut memanfaatkan hujan deras yang membuat segala pandangan kabur untuk menembak.
Kenny melepaskan satu tembakan hingga tentara Jepang tersebut jatuh di tempat. Suara tembakan Kenny membuat Edward dan juga Christian terkejut dan menyadari adanya bahaya di sekitar mereka. Suara tembakan dari pistol di tangan Kenny ternyata membuat beberapa orang tentara Jepang tersebut melayangkan tembakan balasan. Christian berusaha melindungi Edward, begitu pula dengan Kenny, ia segera turun dari atas kuda dan berhambur ke arah dimana Christian dan Edward berada sambil terus melayangkan tembakan. Baku tembak sempat terjadi sesaat .
Dikarenakan jarak tempat mereka berdiri dengan rumah peribadatan cukup jauh, Kenny pun menggiring keduanya untuk bersembunyi sekedarnya di balik sebuah dinding yang menjulang tinggi di dekat mereka guna sebagai perlindungan. Kenny melayangkan tembakan, kemudian bersembunyi di balik tembok, lagi dan lagi seperti itu.
Mayat-mayat bergelimpangan di balik tembok, Edward membenamkan kepalanya di balik dekapan Christian. Kenny sedikit cemburu. Kenny menarik paksa Christian untuk mendekat ke arahnya tanpa memperdulikan Edward.
"Apa yang ingin kau lakukan?" ucap Edward pada Kenny, Kenny melirik sejenak ke arah Edward, lalu pandangan ia alihkan kembali pada Christian.
"Dengar... setelah ini aku akan menerobos keluar untuk menghabisi para tentara busuk itu, kau...jaga pangeran baik-baik, jangan sampai terjadi apa-apa pada pangeran, atau nyawamu yang akan ku habisi!" ujar Kenny, "Mengerti?" gertaknya kemudian.
Christian mengangguk-anggukkan kepalanya.
Edward hanya tertegun melihati itu. Ia benar-benar menghaturkan rasa terima kasih yang amat besar kepada Kenny. Kenny merapatkan punggungnya pada dinding, ia sudah mengambil posisi akan keluar dari persembunyian untuk menerobos dan menyerang. Dada nya naik turun seiring nafasnya yang terus menerus menderu di dalam kedua lubang hidungnya. Sebelum Kenny keluar untuk menyerang, Edward terlebih dahulu meraih Kenny untuk di peluknya. Kenny hanya terdiam, membiarkan Edward mendekap erat tubuhnya.
"Terima kasih."
Edward juga mendaratkan sebuah kecupan di bibir Kenny, sebagai balasan atas rasa cinta Kenny yang sempat ia tolak sebelumnya. Belum sempat Kenny membalas memagut bibir Edward, pangeran muda tersebut telah terlebih dahulu menarik kembali bibirnya. Christian segera membawa Edward menjauh dari tempat tersebut, mata Edward tak henti-hentinya menatapi Kenny yang berdiri dan tampak makin jauh dari pandangannya. Kenny keluar dari persembunyian bermodalkan sebuah pistol di tangannya. Ia terus berjalan maju ke arah para tentara tersebut sambil terus menerus melayangkan tembakan.
Karena terus menerus menembak tentara Jepang yang berada di depannya, membuat ia tak memperhatikan arah belakang yang sudah ada beberapa orang tentara. Seketika beberapa buah tembakan terlepas ke arah Kenny. Peluru-peluru dari senapan dengan segera bersarang di punggung Kenny yang mengalirkan darah segar.
Sebelum tubuhnya terjatuh di atas tanah seutuhnya, Kenny masih sempat membalikkan tubuhnya dan menembaki satu per satu tentara-tentara Jepang tersebut. Ketika tidak ada lagi para tentara Jepang di sekitarnya, tubuh tegap Kenny terjatuh, dan terkapar di atas tanah dengan posisi tubuh menatapi langit yang masih saja menurunkan hujan.
"Edward... aku menyayangimu dan mencintaimu.."

Royal PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang